Setelah cukup lama tertidur, trio death metal yang merangsek panggung musik cadas Tanah Air sejak 5 November 1994 silam ini kembali menggeliat. Diawali inisiatif satu-satunya personel lama yang masih aktif, yakni gitaris Heldevi ‘Devin’ Deristan. Saat itu, pada Agustus 2019 lalu, ia bertemu kawan lamanya, dramer Randy ‘Obien’ dan mulai membicarakan konsep-konsep untuk melanjutkan aksi Kremush selanjutnya.
Tapi, sebelum melangkah ke tahapan rekaman, Kremush perlahan menjajal beberapa panggungan lebih dahulu. Dimulai di acara “Timur Headbanger #2” pada 21 November 2021, dimana Kremush dibantu Eddy ‘Boet’ Tryono di departemen vokal. Formasi ini lantas tampil pula di acara “Prodigy” pada 19 Desember 2021, dengan menghadirkan Alank di instrumen bass.
Nah, di tengah-tengah ‘pemanasan’ tersebut, Kremush juga mulai menggarap materi lagu baru. Mereka memanfaatkan situasi pandemi yang serba membatasi ruang gerak untuk menggodok karya. Hingga akhirnya lahirlah lagu rilisan tunggal terbaru bertajuk “Semburat Hitam”.
“Rekaman single ini dibuat di masa pandemi, jadi ada break antar waktu untuk penyesuain dengan prokes saat itu. Kurang lebih satu bulan untuk penyelesaiannya,” tutur pihak Kremush kepada MUSIKERAS, mengungkapkan.
Proses kreatif pengonsepan musik “Semburat Hitam” sendiri dimulai oleh Heldevi, kemudian digodok lebih lanjut bersama Obien. Setelah konsepnya matang, barulah vokal Boet dimasukkan ke dalam lagu. Seluruh proses perekaman instrumen dan vokal dieksekusi di Venom Music Studio. Tapi untuk vokal tambahan dan vokal latar, dilakukan di The Doors Studio.
.
.
Secara musikal, formula yang diterapkan Kremush di “Semburat Hitam” kental akan kontur old school death metal, menonjolkan keganasan chainsaw tone dari efek gitar Boss HM2 yang dipopularkan band-band death metal asal Swedia.
“Namun kami menyisipkan nada-nada tradisional Indonesia. Referensi musikal kami terpengaruh dari (band-band dunia) seperti Obituary, Dismember dan Gatecreeper. Yang istimewa secara musikalitas dari single ‘Semburat Hitam’ ini adalah konsep yang dituangkan melalui proses panjang untuk penyelarasan dan penekanan ego untuk menuju konsep yang ingin Kremush capai,” papar Kremush lagi lebih jauh.
Nama Kremush sendiri diadaptasi dari bahasa Betawi, yang memiliki arti ‘mengunyah daging’. Karena walau terbentuk di kota Purwokerto, Jawa Tengah, namun penggagasnya adalah sekumpulan mahasiswa asal Jakarta yang saat itu sedang kuliah di kota tersebut. Awalnya, musik yang kerap mereka jajal di panggung adalah lagu-lagu milik band mancanegara seperti Morbid Angel, A.M.Q.A. (Apple Maggot Quarantine Area) hingga Obituary. Kremush juga sempat menciptakan karya lagu orisinal berjudul “Jane Doe” di awal kemunculannya, dimana mereka melebur death metal dengan sentuhan musik etnik khas Indonesia.
Sebelum vakum, Kremush yang kerap didera pergantian formasi sempat menghasilkan karya rekaman. Di antaranya merilis album mini (EP) bertajuk “Deadly Conscience” (1997) dalam format kaset, lalu menyumbangkan lagu “Infiltrasi Budaya” di album kompilasi “Dimensi Kematian” (2000) dan “The Gate of Deepest Sorrow” di kompilasi “Metal One Soul” (2013). Pada 2013, Kremush juga melepas karya demo berjudul “In the Picture of the Clairvoyant” dalam format CD serta album kompilasi “Anthology” (2019).
“Semburat Hitam” sendiri menjadi jalan pembuka bagi Kremush menuju perilisan album penuh. Saat ini persiapannya sudah dimulai dengan merekam beberapa lagu di Venom Music Studio. (mdy/MK01)
.