Berangkat dari kesamaan dalam berhalusinasi, dalam bermusik, berirama dan menulis, terciptalah karya bertajuk “Black Wisdom”. Itu adalah judul album pertama Ruang Kosong, hasil eksplorasi kreativitas dari band alternative rock/grunge asal Surabaya, Jawa Timur ini.
Dari bentuk kata serta berdasarkan pemikirannya, Ruang Kosong yang kini dihuni Dicky Rachmad Dhermawan (gitar/vokal), Enggartiastos Sudibyo (bass), Fariz Alfarieza (dram) serta gitaris baru, Wildan H. Kusuma yang masuk menggantikan Novan Maulana Ishak, menggabungkan elemen sosial dan pesakitan ke dalam ekspresi pentatonis bernuansa Seattle (AS), seperti paham yang digeber oleh band grunge legendaris, Soundgarden dan Alice in Chains.
Ada delapan trek yang menyesaki “Black Wisdom”, yang terbagi atas lima lagu utama, yakni “Walrus”, “Blame Along”, “Swasembada Suara”, “Lawan Mereka” dan “Black Wisdom” serta tiga komposisi bonus berjudul “Jiwa yang Merdeka”, “Shotgun Battlefield” dan “Long Live Rock N Roll”. Keseluruhan proses rekamannya dieksekusi Ruang Kosong di studio Nadamusika, dan mempercayakan penataan serta pelarasan suara (mixing dan mastering) kepada engineer Edi Hazt.
Ruang Kosong mendeskripsikan konsep grunge/alternative yang mereka terapkan di “Black Wisdom” sebagai penggabungan ritmik heavy serta noise dari terapan riff yang lebih dominan di setiap lagunya. “Dan yang membuat kami berbeda dibanding band grunge lainnya adalah tempo yang kami mainkan cenderung di tempo rendah dengan tone yang juga low. Sedangkan di kebanyakan grunge lainnya cenderung cepat,” cetus pihak band kepada MUSIKERAS, menegaskan formulanya.
.
.
Lalu secara teknis, memainkan materi di “Black Wisdom” mengeksplorasi penalaan senar (tuning) di drop D standar yang disertai dominasi riff-noise. Sangat berbeda dibanding karya-karya Ruang Kosong sebelumnya seperti lagu rilisan tunggal debut, “Lawan Mereka” yang diluncurkan pada 22 September 2019 lalu, serta rilisan tunggal kedua, “Stay or Leave”, rilisan 30 Januari 2021.
Kali ini, seperti yang sedikit sudah disinggung di atas, referensi musik keseluruhan berkisar pada Seattle sound. Sebelumnya, Ruang Kosong banyak mengacu pada karakter Pearl Jam. Namun di “Black Wisdom”, mereka memilih mengarahkan ‘kiblat’ ke kesuraman Alice In Chains, Soundgarden serta Melvins.
Grunge sendiri dipilih oleh para personel Ruang Kosong karena memang telah menjadi santapan wajib mereka sejak awal, ketika pertama kali tergugah lagu-lagu milik Nirvana dan Pearl Jam. Tapi alasan lainnya adalah keragaman karakter yang bisa dibangun dari aliran musik tersebut.
“Yang menarik dari genre ini adalah, yang pertama, konsepnya diusung dari beberapa band grunge berbeda-beda, ada yang heavy, punk, rock n’ roll, ballad… jadi untuk memainkannya tidak ada batasan arahnya. Dan dari segi lirik lebih menjiwai dan jujur. (Kami) Masih menggelutinya karena dari awal musik yang didengarkan berawal dari musik Seattle sound, seperti Nirvana, Pearl Jam dan lainnya. Dan untuk mengolah konsepnya dari segi genre, grunge lebih mudah untuk bereksperimen.”
“Black Wisdom” dirilis Ruang Kosong dalam format fisik, dikemas berupa boxset dalam jumlah terbatas. Di dalamnya terdapat CD, t-shirt, beberapa gambar tempel (sticker) serta Zine dan Wine yang merupakan hasil kolaborasi mereka dengan Surabaya Punker Wine. Sementara untuk versi digital, “Black Wisdom” sudah bisa didengarkan di berbagai platform sejak 14 Agustus 2022 lalu. (aug/MK02)
.
.