SENGARA Meracik Metal Modern di “King Of Blasphemy”

Terbentuk pada akhir 2020 lalu, ketika wabah virus Covid-19 baru menancapkan cengkeramannya yang mengerikan. Dan usai melalui proses pengumpulan personel, Sengara langsung meracik dan meletupkan lagu rilisan tunggal pertamanya, “Masauth”, pada Juli tahun berikutnya.

Kini, dengan amunisi yang lebih mengerikan, band metal asal Kebumen, Jawa Tengah ini kembali menerjang skena ‘bawah tanah’ lewat karya lagu terbaru, berjudul “King Of Blasphemy”. Para personelnya – Jauhar Singgih Pradipta (vokal), Lukman Ridho (gitar), Andhika Wahyu (gitar), Dwi Karyanto (bass) dan Prayogo Dwi P. (dram) – mengumbar kisah tentang penghujat, pelaku fitnah, pengadu yang biasanya ada di sekitar kehidupan manusia. Pembunuhan dan huru-hara juga menjadi bumbu tambahan dari apa yang dihasilkan oleh orang-orang sekitar.

Penggarapan “King Of Blasphemy” sendiri diproduseri langsung sang dramer, Prayogo Dwi Prasetyo. Sementara untuk penggodokan musik serta lirik, masing-masing dieksekusi oleh gitaris Lukman Ridho dan vokalis Jauhar Pradipta. Bisa dibilang, menurut mereka, “King Of Blasphemy” merupakan titik awal perancangan prototipe album Sengara yang akan datang.

“Dalam penggarapan ‘King Of Blasphemy’, dikemas dengan cukup ringkas tanpa workshop yang rumit,” seru Sengara kepada MUSIKERAS, mengungkap proses kreatifnya. 

Mereka memulainya dari memproses struktur isian dram, lalu gitar, bass hingga vokal latarnya. Bahkan menurut mereka, penulisan lirik lebih banyak persiapan dibandingkan musiknya. Olahan aransemen musik “King Of Blasphemy” digarap Lukman Ridho di Nocturnal Records, lalu rekaman satu shift di Singamenggala Records dengan bantuan Pascal Aji untuk urusan teknis di vokal. Sementara untuk mixing mereka poles secara mandiri, tepatnya dilakukan oleh Prayogo Dwi Prasetyo dan Lukman Ridho. Sentuhan akhir, termasuk mastering diserahkan kepada Syukron Alaik. 

.

.

Bagaimana Sengara mendeskripsikan konsep metal yang mereka terapkan di “King Of Blasphemy”? 

“(Kami) Mencoba eksperimen menggabungkan antara modern metal dengan classic death metal. Kami banyak memasukkan unsur modern metal seperti riff-riff djent dan breakdown yang digabungkan dengan chorus ala crossing death metal, ditambah unsur vokal growl dan scream yang menambah kesan gelap pada lagu ini.”

Sengara mengakui, saat meracik komposisi dan aransemen “King Of Blasphemy”, mereka banyak terpengaruh beberapa band metal luar yang modern seperti Periphery, Vitalism dan Monuments. Sementara dari dalam negeri, mereka juga menyerap referensi dari Revenge the Fate, Burgerkill serta Jasad.

Sejauh ini, Sengara juga sudah memulai proses penggarapan materi album yang rencananya bisa mereka lampiaskan ke audiens metal pada tahun depan. Namun sebelum menuju album, nikmati terlebih dahulu video musik “King Of Blasphemy” yang digarap oleh sutradara Pascal Aji Jalu. 

“Video di lagu ini juga menjadi pengalaman pertama kami berakting di dalam bus yang kami sewa dan kami kotor-kotori dengan darah buatan dari bahan yang seadanya,” urai Sengara puas. 

Selain itu, “King Of Blasphemy” juga bisa didengarkan melalui berbagai saluran digital seperti Spotify, Apple Music, Joox, iTunes, Tidal, Deezer dan platform lainnya. (aug/MK02)

.

.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts