Pada 2019 lalu, unit modern hardcore dari Tangerang Selatan ini sempat menghentikan sejenak kinerja mesinnya. Tapi kini, dengan formasi baru yang telah digenapkan menjadi lima orang, Timekeep ingin melanjutkan langkahnya, dengan arah dan konsep yang lebih segar. Seperti yang tersirat dari lagu rilisan tunggal terbarunya, yang diberi judul “Leaving”.
Lagu itu, mengungkapkan keputusan untuk melanjutkan langkah (move on), meninggalkan semua hal yang sudah terjadi. Meninggalkan yang hilang, patah dan habis di masa lalu, untuk menuju ke kehidupan baru atau kenangan baru.
“Saat beranjak dewasa, banyak hal yang tidak diinginkan terjadi, kekecewaan yang semakin menumpuk membuat kami mencetuskan ‘Leaving’ sebagai awal kami untuk bangkit dan menerima perubahan, sebagaimana waktu yang menentukan dan berjalan. Drama hidup tidak bisa dihindarkan. Let’s see how time play this life,” ujar Timekeep menegaskan makna lagunya.
Proses penggarapan “Leaving” yang dimulai pada wal 2019 terbilang unik. Awalnya diniatkan ingin dirilis di sekitaran 2019 atau 2020. Tapi waktu berkata lain, tidak diduga Timekeep harus kehilangan vokalis mereka, Vian Pratama yang terkena kanker di masa mudanya. Lalu setelah itu, gitaris mereka, Ridho Azhari Riyadi juga mengalihkan fokus ke kehidupan barunya, dimana ia membangun keluarga kecil yang membuat para personel Timekeep harus mencari solusi lain. Hingga akhirnya, posisi vokal yang kosong akhirnya diisi oleh tiga vokal, yakni Ridho (personel lama), Naufal ‘Nopal’ Ozy (vokalis baru) dan Andre dari band Tough Love untuk mengeksekusi suara scream.
Dalam menggarap musiknya, band bentukan 7 Agustus 2017 yang juga dihuni Muhammad Rinaldy (bass/vokal latar), Reyhans ‘Tiwa’ Tiwanatu (gitar), Idaem Risna (gitar/vokal latar) dan Brian Agni Bregastantyo (dram) masih menorehkan benang merah, jika membandingkannya dengan karya rekaman mereka sebelumnya, yakni album mini (EP) “Epoch” (2018). Masih menerapkan sisi emosional di dalamnya, dengan tempo yang cepat, easy listening, plus riff-riff dan nada-nada gitar yang bisa dibilang minor. Jika dilihat dari ‘Epoch’ hingga ‘Leaving’, ciri-ciri Timekeep terlihat di penciptaan lagunya yang kebanyakan bersifat linear. Tidak ada lirik atau verse yang diulang.
.
.
“Karena pada awal terbentuk, Timekeep pun sudah dilandaskan untuk melampiaskan perasaan para personel, entah sedih, marah, bahagia apa pun itu, sampai dengan formasi baru (saat ini),” seru pihak band kepada MUSIKERAS, mengungkap alasan.
Tapi dalam mengeksekusi musik “Leaving”, mereka menerapkan komposisi vokal yang beragam, sehingga menjadikan lagu tersebut berbeda dibanding konsep musik Timekeep sebelumnya. Bagian vokal diisi oleh tiga orang dengan karakternya masing-masing yang cukup kontras, menggabungkan karakter suara rendah, tinggi serta scream.
“Konsep ini menunjukkan bahwa adanya suatu transisi dari konsep Timekeep yang lama menuju Timekeep yang baru, dengan formasi yang baru. Intinya (kami) terbuka dengan apa pun, bahkan ada vokal cewek di ‘Leaving’. Terlihat modern. Keras tapi lembut, hahaha!”
Saat menggarap komposisi dan aransemen “Leaving”, para personel Timekeep mengaku banyak menyerap inspirasi serta ide-ide dari album rekaman milik band hardcore punk Kanada, Comeback Kid yang bertajuk “Wake the Dead” (2005), lalu band melodic hardcore Inggris, Departures di album “When Losing Everything Is Everything You Wanted” (2011), lagu-lagu dari band post-hardcore asal AS, Touché Amoré serta lagu-lagu emo dari era 2000-an.
Disamping perilisan “Leaving”, Timekeep juga sudah menyiapkan sejumlah rencana ke depan. Banyak cerita unik yang bakal mereka luapkan di musik-musik berikutnya. Bakal ada lagu rilisan tunggal baru lagi tentunya, namun saat ini masih dalam tahap produksi. “Dibilang sejauh mana, single-nya sedang tahap vokal dan pembuatan lirik. Musiknya sih sudah jadi…. Tahun 2024 akan menjadi waktu yang hebat untuk Timekeep. So it’s time to leaving for something new. Time will tell!” (aug/MK02)
.
.