Para personel band asal Yogyakarta ini bukan wajah baru. Paling tidak, Oblitera sesungguhnya merupakan identitas baru dari band sebelumnya yang bernama Daksa and The Clan (DATC). Familiar? Ya, DATC sempat masuk sebagai salah satu nominasi kategori “The New Beast” atau Band Pendatang Baru Terbaik di Hammersonic Awards 2023 lalu. Lagunya yang berjudul “Legacy of Sprat”, juga tercatat sebagai salah satu dari 15 Lagu Keras Terbaik 2022 pilihan MUSIKERAS.
Oblitera sendiri resmi didirikan pada Juni 2023 lalu. Mengapa harus mengubah nama band? “Karena terdapat masalah internal sehingga tersisalah empat orang yang memutuskan untuk regrouping dengan nama yang berbeda dan musik yang cukup berbeda pula,” ujar pihak band kepada MUSIKERAS, menegaskan.
Kini, dengan empat personel yang tersisa, yakni Alexander Rafel (vokal), Nada Dewana (gitar), Fajar Rama Putra (gitar) dan Reinhart Marchell (dram), Oblitera mengesahkan eksistensinya lewat dua lagu rilisan tunggal sekaligus, yang bertajuk “Defamation / Senyawa Laknat”.
Di kedua lagu tersebut, Oblitera bercerita tentang kasus kekerasan seksual yang belakangan ini menjadi momok bagi siapa pun, tanpa mengenal gender dan usia. Betapa bejat dan laknatnya pelaku yang merenggut kebahagiaan bagi para korbannya tanpa ada rasa bersalah serta bobroknya hukum dalam melindungi korban, menjadi keresahan dan alasan terciptanya karya ini.
.
.
Terciptanya “Defamation / Senyawa Laknat” sendiri diawali dari lirik terlebih dahulu, yang kemudian mereka tentukan dan sesuaikan antara musik dan liriknya agar keduanya dapat saling menyatu. Ide aransemen musik mereka lakukan secara kolektif, lalu dilanjutkan dengan pembuatan demo, sebelum merekamnya di Treatone Lab dan Southstar Record.
“Pada saat proses rekaman ‘Defamation’, kami dibantu oleh Jagad Mellian (Treatone Lab) sebagai produser sekaligus sebagai aranjer dan komposer. Sedangkan pada saat proses rekaman ‘Senyawa Laknat’, kami dibantu oleh Angger Putra Yudiarta (Southstar Record) sebagai produser dan mixing-mastering engineer.”
Konsep musik yang digelorakan Oblitera cenderung mengarah ke death metal, dengan mengacu berbagai referensi untuk membangun kekejaman komposisinya. Di antaranya dari band-band dunia macam Immolation, Carnivored, Dying Fetus hingga Suffocation.
“Kami mengusung konsep death metal yang notabene merupakan musik keras dengan mengawinkan elemen lain seperti string, dan alunan gitar yang mengambang pada ‘Defamation / Senyawa Laknat’ agar terdapat kesan chaotic pada single ini.”
Tentu saja, Oblitera tidak berharap usianya bakal seumur jagung, seperti DATC. Setelah perilisan “Defamation / Senyawa Laknat”, mereka telah berencana untuk membuat karya-karya berikutnya, dan berharap tahun depan bisa merilis karya-karya tersebut dalam format rilisan tunggal maupun album.
“Defamation / Senyawa Laknat” kini telah dirilis di berbagai platform digital seperti Spotify, Apple Music, Amazon Music, Joox, iHeartRadio, Deezer, YouTube Music hingga TikTok. (mdy/MK01)
Baca juga: