Pada Agustus 2022 lalu, Party at Eden kehilangan vokalisnya, setelah melahirkan dua lagu rilisan tunggal yang bertajuk “Alphawave” pada 1 Oktober 2021 dan “Virus” pada 23 Juli 2022. Pengunduran diri sang vokalis saat itu, Elly Chia sangat disayangkan oleh band metal bentukan 2020 asal Jakarta ini. Terlebih karena formasi mereka saat itu sudah dianggap sangat solid. Tetapi di dalam tubuh sebuah band, masalah komitmen memang bukan hal mudah untuk dipertahankan.
“Mempertahankan komitmen, menyisihkan waktu, melaksanakan tanggung jawab, solidaritas dan semangat untuk lebih berkembang lagi dari individu demi band itu sendiri adalah hal yang harus dilalui untuk mencapai tahap selanjutnya. Walau sebelumnya terjadi konflik di dalam internal, namun kami di sini masih ingin menjalin hubungan baik dengan Elly dan kami sangat merindukan hal-hal yang pernah dilalui bersama,” tutur pihak band kepada MUSIKERAS, berterus-terang.
Tapi singkat cerita, beruntung personel yang tersisa; Victor Ibanez Dimarzio (gitar), Silvester Dani Pratama (gitar), Vincent Atmadja (dram) dan Hadi Harsono (bass) langsung menemukan sosok pengganti yang mereka anggap potensial. Adalah Gita Desilia, vokalis asal Yogyakarta yang dipinang di awal 2023. Bersama Gita yang lebih lihai di terapan teknik vokal scream, growl dan guttural, Party at Eden berhasil merampungkan karya lagu terbaru yang berjudul “The Wish Key”.
Perubahan karakter di vokal tentu saja membuat konsep musik Party at Eden harus mengalami penyesuaian di sana-sini. Tadinya, misi awal adalah mencoba menggebrak industri musik lokal maupun global, dengan permainan musik yang berpijak pada referensi band-band Eropa dan Jepang. Mereka mengombinasikan elemen Djent, modern progressive metal, groove metal, metalcore hingga post-hardcore yang kebanyakan lebih didominasi clean voice. Karakter semacam itu sudah dibangun Party at Eden di dua lagu mereka sebelumnya, yaitu “Alphawave” dan “Virus”. Bahkan mereka juga sudah menyiapkan empat lagu lainnya yang siap diisi vokal.
“Dengan formasi baru, sudah pasti ada beberapa perubahan diterapkan agar kami juga dapat menyesuaikan dengan Gita. Perbedaannya juga cukup signifikan. Teknik dan karakter vokal Gita dominan, sehingga berpengaruh untuk penggarapan struktur lagu yang memiliki tema lebih gelap.”
Hasilnya, dari segi musikal, konsep metal yang tetap berpijak pada kerangka Djent yang groove kini diberi sentuhan dari genre lain. Kini mereka lebih banyak mengulik wilayah deathcore, black metal serta bahkan rock n’ roll dan juga gothic. “Menjadi acuan kami untuk disesuaikan dengan karakter Gita. Kami benar-benar mencoba menggabungkan struktur dari beberapa lagu dengan genre yang telah disebutkan tadi. Jadi musiknya sendiri memang orisinal dan memiliki karakter yang agak berbeda dibanding kedua single sebelumnya.”
Di luar urusan pengolahan formula musik “The Wish Key”, kali ini Party at Eden juga harus lebih cerdik dalam manajemen waktu, lantaran Gita berdomisili di Yogyakarta. Untuk menjalani proses eksperimentasi lagu barunya, mereka butuh waktu selama kurang lebih lima bulan untuk mematangkan materi dikarenakan terkendala perbedaan tempat tinggal.
“LDR (long distance relationship) Jakarta-Yogyakarta menjadi suatu tantangan juga bagaimana caranya agar lebih efektif untuk pendalaman materinya. Pada mulanya, idenya tercetus dari Victor dan Vincent, lalu yang lain mengikuti alur yang telah dibuat. Rekaman instrumen dan vokal semuanya dilakukan di Jakarta dan diarahkan langsung oleh Vincent. Kebetulan kemarin kami masuk nominasi Hammersonic Awards 2023 sebagai Band Pendatang Baru Terbaik (New Beast) sehingga Gita yang dari Yogyakarta juga berangkat ke Jakarta untuk melakukan rekaman serta meet up pertama kali secara langsung.”
Di luar urusan vokalis, penggarapan “The Wish Key” juga menjadi kerja sama sekaligus kenangan terakhir Party at Eden dengan mendiang gitaris dan produser Yutsi Putra Pratama yang meninggal dunia pada 28 Oktober 2023 lalu. “Beliau juga terlibat di proses kreatif lagu ‘The Wish Key’, memberikan inspirasi sekaligus komentar yang juga menjadi insight bagi kami….”
Alur kisah di lirik “The Wish Key” sendiri melanjutkan cerita dari lagu sebelumnya, “Virus” yang memiliki makna bahwa kehadiran gawai (gadget) dapat membawa keuntungan bagi kehidupan para remaja, tetapi sebaliknya akibat determinisme teknologi juga dapat mengganggu dan merusak kehidupan para remaja. Seperti virus yang menyebar.
Judul “The Wish Key” memiliki pelafalan yang mirip dengan ”Whiskey”, minuman yang familiar di kehidupan para remaja di era modern dan mengakibatkan kecanduan bagi penikmatnya. “The Wish Key” bercerita tentang seorang remaja yang memiliki niat untuk terlepas dari kecanduannya, tetapi ia berharap dalam keadaan tidak sadar atas pengaruh alkohol, sehingga kejadian tersebut menjadi repetitif dan berujung nihil. Di lagu ini, Party at Eden memberikan sudut pandang bias atau multi-interpretasi mengenai kejadian manusia yang terbuai oleh godaan iblis yang menyamar sebagai Nabi palsu untuk berbuat dosa, untuk kenikmatan sesaat dan terjebak pada lingkaran setan yang tidak berujung.
Sejak 16 November 2023 lalu, “The Wish Key” sudah bisa dilantangkan via berbagai kanal streaming seperti Spotify, Apple Music, Amazon Music, TikTok, Tidal, YouTube dan banyak lagi. Secara paralel, kini proses penggarapan album debut Party at Eden juga sudah setengah berjalan. (mdy/MK01)
.