Disonansi Kegelapan dan Kematian di EP Debut VIRULENT

Kecintaan mendengarkan band-band metal ekstrim serta punk lawas, menjadi cikal bakal terbentuknya Virulent. Diproklamirkan kelahirannya oleh dua musisi, yakni gitaris Adam ‘Hex’ Fauzan dan vokalis Arigi ‘Moon’ Muhammad. Walau domisili keduanya terpisah 100 kilometer, namun tidak menjadi hambatan bagi keduanya untuk berkolaborasi. Bahkan akhirnya bisa menghasilkan sebuah album mini (EP) debut bertajuk “Vicious Vortex”.

EP tersebut sudah diluncurkan pada 15 Januari 2024 lalu, via label milik sang gitaris, Dead By Knife Records. Memuat empat amunisi lagu orisinal mereka, yakni “Vicious Vortex”, “Stygian Radiance”, “Malignant Aether” dan “Corrosive Defilement” plus satu tambahan lagu daur ulang milik band metal legendaris asal AS, Morbid Angel yang berjudul “Day of Sufferinc”.

Sementara di liriknya, bertemakan kegelapan, kematian, kekacauan bawah sadar hingga nihilisme, untuk menegaskan identitas Virulent di skena death metal ‘jurang neraka’ Tanah Air.

Hex dan Moon sendiri mulai meracik komposisi lagu-lagu di “Vicious Vortex” setelah mendengarkan musik dari beberapa referensi band yang mereka sukai. Tujuannya untuk mendapatkan gambaran riff-riff serta sound yang akan dikemas menjadi sebuah lagu. Tak lupa juga menentukan tema yang akan dituangkan ke dalam lirik. EP “Vicious Vortex” dikerjakan Virulent bersama bantuan dramer Bobi Pinasti Afandy (Siegward/Infitar), gitaris Danang Wijanarko (Dvez/Jakarta90) serta Ridho ‘Rsharsh’ Leonard (Choria/Infitar) yang mengisi isian solo gitar sekaligus mengeksekusi pemolesan mixing dan mastering.

“Vicious Vortex” digarap selama kurang lebih lima bulan dan direkam di beberapa tempat. Isian gitar dan bass dilakukan di Okami Studio, Jakarta dan Tonebetter Soundlab, Bogor. Lalu dram di Rocky Studio, Bogor serta vokal di Tonebetter Soundlab, Bogor.

Dari segi musikal, materi di “Vicious Vortex” banyak terpengaruh band-band dunia seperti Incantation (AS), Asphyx (Belanda), Necros Christos (Jerman) yang bertempo pelan namun memberikan atmosfir gelap dan suram. “Namun kami tak ingin sekadar menelan mentah apa yang kami suka. Saya memberikan ciri khas petikan dawai kematian sendiri berupa bunyi disonan yang acap kali terdengar di beberapa trek. Tak terbatas pada death metal, (tapi) kami juga sangat menyukai band-band punk (dari Swedia) seperti Anti Cimex, Skitsystem, Driller Killer dan The Varukers (Inggris) yang akhirnya kami terapkan pada imej serta estetika musik Virulent,” beber Hex kepada MUSIKERAS menegaskan konsepnya.

Hex dan Moon mengaku banyak belajar dalam hal teknis dan non-teknis saat menggarap “Vicious Vortex”. Di EP ini, untuk pertama kalinya Hex memulai karir sebagai gitaris dan penulis lagu. Butuh banyak adaptasi saat penulisan dan proses rekaman. Sementara untuk lini vokal, Moon yang bertanggung jawab dalam meracik pola serta penulisan liriknya.

“Setiap tahap dalam EP ini adalah sebuah tantangan tersendiri bagi kami. Dan jarak antar kota yang kami tinggali pun menjadi sebuah tantangan. Saya berdomisili di Jakarta, dan Moon berdomisili di Sukabumi,” ujar Hex lagi.

O ya, untuk sementara ini, perilisan EP “Vicious Vortex” hanya diproduksi dalam format kaset. Jumlahnya terbatas, hanya sebanyak 50 keping. Karena kebetulan Hex baru saja mendirikan Dear By Knife Records, label rekaman kecil-kecilan yang terfokus pada format kaset. Dan Virulent menjadi artis pertamanya. “Tapi kami tidak menutup kemungkinan untuk bekerjasama dengan label lain jika ada yang berminat untuk merilis ‘Vicious Vortex’ dalam format yang berbeda.” (aug/MK02)

.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts