Di mata unit hardcore asal Pasar Minggu, Jakarta Selatan ini, progresi hardcore yang lumayan popular di Indonesia mulai terkesan monoton. Mereka ingin membuatnya terdengar lebih modern. Jadilah sebuah formula, dimana unsur-unsur khas hardcore punk dikombinasikan dengan elemen metalcore era 2000an yang dikemas dalam sound modern.
Terapan itu sudah dirumuskan Silence As Revenge lewat single terbarunya yang bertajuk “Consequences”. Di sini, band bentukan Desember 2018 tersebut mengurai alur yang cukup berbeda jika dibandingkan dengan geberan hardcore pada umumnya. Mereka menyajikan komposisi yang cukup unik.
Di bait pertama, riff hardcore yang dimainkan dipadukan dengan melodi khas thrash metal era ’80an, dilanjutkan dengan melodi yang bernuansa gothic sebelum akhirnya masuk ke breakdown khas metalcore era 2000an. Yang lebih menarik lagi, mereka juga menyuntikkan geraman vokal growling khas deathcore yang dipadukan dengan vokal middle khas hardcore punk di bagian akhir lagu.
Menerapkan pola ini tentunya tidak mulus, karena para personel Silence As Revenge – Bobby Hartanto Prabowo (gitar/vokal), Haikal Aryana Ranuaji (gitar/vokal), Zulfikar Tri Aditya (bass) dan Sheryl Maria Gagola (dram) – tidak datang dari latar belakang musik yang sama.
“Dalam penulisan single terbaru ini, ada beberapa tantangan yang dihadapi para personel Silence As Revenge, antara lain background musik masing-masing personel yang beragam, yang kemudian berusaha disatukan untuk menghasilkan suatu komposisi musik yang harmonis,” imbuh pihak band kepada MUSIKERAS, menegaskan.
Tapi jika ditarik benang merahnya, secara keseluruhan Silence As Revenge mengaku banyak menyerap pengaruh dari band-band dunia yang mereka pantau seperti Counterparts, Norma Jean, A Day to Remember, As I Lay Dying, Metallica hingga Kreator.
Proses penggarapan single “Consequences” sendiri sebetulnya sudah dimulai sejak 2019 lalu, bersamaan dengan penggodokan tujuh materi lagu lainnya, yang rencananya bakal menjadi amunisi album perdana Silence As Revenge. Jika tak ada perubahan, bakal diberi judul “Waiting for the Light”. Ekesekusi rekaman dikerjakan pada Agustus 2020 di dua studio yang berbeda. Keseluruhan instrumentasi direkam di Plug Studio, Cibubur, sedangkan untuk vokal direkam di Play Records, Jakarta. Tapi proses yang cukup menantang terjadi saat mereka menjalani pemolesan mixing dan mastering yang terpaksa dilakukan secara remote oleh Apache Studio, Bekasi lantaran diberlakukannya PSBB. (aug/MK02)
.