Akhirnya DJIN Rilis Album Kedua, Makin Ekstrim dan Berbahaya

“Pada dasarnya kami sangat jarang mendengar musik death metal dalam menggarap ‘Science’.” 

Pernyataan di atas terlontar dari mulut David Salim, gitaris Djin sekaligus produser terkait proses kreatif penggarapan album terbaru bandnya yang bertajuk “The Science of Thought”. Karya rekaman dari unit technical death metal asal Medan, Sumatera Utara tersebut sudah dirilis via label Blackandje Records sejak 22 Februari 2022 lalu.

Karena sejak dulu, tutur David lagi kepada MUSIKERAS, ia sendiri memang sangat senang mendengarkan berbagai macam genre musik. Dan sejak awal pengerjaan “The Science of Thought”, David mengaku memang berniat untuk memainkan apa saja yang ia anggap bagus dan sesuai kebutuhannya. 

“Unsur-unsur musik yang saya masukkan mulai dari beat dan riff industrial, rock seperti Muse, techno/EDM dan lainnya. Azlan (Siregar, dramer) juga memasukkan pengaruh musik progressive rock seperti Dream Theater, Dewa19 hingga Between the Buried and Me.”

Jika sejenak menengok ke belakang, karir Djin yang dimulai sejak 2009 silam, memang eksplorasi musiknya terbilang dinamis. Berada di kubangan yang sarat mineral musik keras, mulai dari deathcore, industrial hingga progressive. Tapi yang paling menonjol, Djin menggeber formula death metal teknikal yang dikembangkan dengan nada-nada diatonis, yang dieksekusi secara progresif dan eksperimental. Kemampuan bermusik mereka mengutamakan kecepatan, unison serta singkup di dalam pertunjukannya, sehingga menjadikan Djin sebagai salah satu band yang disegani di kancah musik cadas Tanah Air. 

Sejak terbentuk, kengerian Djin sudah terekam di album berbagi (split) berjudul “Three Way to Split” (2011) bersama Muntah Kawat dan Foredoom serta album studio pertama, “The Era of Destruction” (2012). Karya itulah yang melesatkan reputasi Djin, dan membawa mereka bermain di berbagai pentas festival bergengsi macam Bandung Berisik (2012), Rock in Solo (2013), Hammersonic (2014), Sonicfair (2015), Rock in Celebes (2016) hingga menggelar tur di 10 kota di pulau Jawa.

.

.

Di album “The Science of Thought” ini sendiri, Djin memberikan suguhan baru yang berbeda dibanding album sebelumnya, namun tanpa menghilangkan karakter musik mereka yang sudah terbentuk di karya-karya sebelumnya. Namun dari sisi aransemen, Djin melakukan pergeseran yang signifikan dalam hal teori, dimana mereka kali ini sangat merinci hitungan ritem, pola, hingga metode penulisan lirik untuk meleburkan vokal dengan ritmik musiknya.

“The Science of Thought” mulai dikerjakan David pada 2015 lalu, namun dalam menjalani prosesnya terhadang beberapa kendala. Vokalis dan dramer mereka sebelumnya memutuskan mundur karena kesibukan di luar band. Pada 2020, Djin lantas memperkenalkan dua personel baru untuk melengkapi David dan bassis Chiko Teuku Tommy, yaitu vokalis Emil Salim Harahap dan dramer Azlan Siregar. Keduanya kemudian dilibatkan dalam penggarapan “The Science of Thought”. Rekaman dimulai pada Mei 2021 lalu, dilanjutkan proses mixing dan mastering dan akhirnya selesai keseluruhan pada akhir 2021.

Djin sebenarnya sudah memulai pemanasan menuju album kedua dengan melepas lagu tunggal berjudul “Phase 2: Lucid Interception” pada Agustus 2017 lalu. Secara lirik, lagu tersebut merupakan satu bagian dari sebuah trilogi. Namun David menegaskan, dari sisi pengonsepan musik dan tema secara keseluruhan, semua lagu di “The Science of Thought” sebenarnya terikat satu sama lainnya.

“Kalau Anda dengar track pertama sampai terakhir, maka lagu akan kembali berputar kembali ke awal,” serunya meyakinkan.

Enam dari total sembilan lagu di album kedua sebenarnya juga telah terkonsep beberapa tahun silam. Dan tiga lainnya digarap David bersama Azlan. “Proses kreatif dalam menulis keenam lagu pertama terbilang cukup sulit karena kesibukan dan juga banyak hal personal yang terjadi. Namun, dalam proses penulisan dan penggarapan tiga lagu lainnya terbilang sangat mudah dan mengalir begitu saja. Hal ini mungkin terjadi karena kami benar-benar satu frekuensi dan tidak mengedepankan ego masing-masing.”

Untuk memperkaya olahan musik di album baru, kali ini Djin juga mengajak beberapa musisi Medan untuk berkolaborasi. Ada Rambe (Garside) sebagai ambience singer di lagu “Hyperbrain”, lalu Ijen Vila (Showbox) untuk pengisian piano, strings serta rhythm guitar di lagu “Intransigence” dan “Stockholm Syndrom”. Ada pula Bio (Xcorpio) mengisi synthesizer di lagu “Hyper Brain”, Gery Otre (Revenge The Fate) mengisi lead untuk gitar di lagu “A Time in Revers” serta Evan Natanael (Showbox) untuk mengisi vokal latar. 

Selain via berbagai platform digital, album “The Science of Thought” ini juga diedarkan dalam format cakram padat (CD) ke seluruh Indonesia. (mdy/MK01)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts