Usai membuka lewat lagu rilisan tunggal bertajuk “Vellichor Monachopsis” pada 20 Juli 2020 lalu, kini unit rock eksploratif asal Jakarta ini kembali melanjutkan petualangannya dalam berkarya. Sejak 7 Juni lalu, Mathology telah melepas sebuah karya rekaman baru lagi, sebuah lagu berjudul “Anthem of Destruction”.
Tapi kali ini ada yang berbeda. Konsep instrumental yang sebelumnya menjadi identitas mereka sejenak dikesampingkan. Ramcey Putra (gitar), Mondy Mamentu (gitar), Soebroto Harry (bass) dan Bistok Rukanzi (dram) lantas mengeksekusi “Anthem of Destruction” dalam konteks lagu berlirik. Mereka pun merekrut vokalis Adie Asturo untuk memperkuat formasi.
Mengapa kini memutuskan ada kontribusi vokal?
Mathology beralasan, mereka ingin mencoba hal baru dengan memasukkan kontribusi vokal di lagu-lagu mereka selanjutnya. “Karena jujur, bikin lagu intrumental lumayan berat dan agak susah untuk menyampaikan hal yang ingin disampaikan di dalam lagu. Sejak ada vokal, lagu jadi lebih dimengerti dan penyampaiannya ke pendengar juga jadi lebih jelas,” tutur pihak band kepada MUSIKERAS, memperjelas visinya.
“Anthem of Destruction” sendiri menjadi penyampai kegelisahan dari para personel Mathology mengenai kondisi Indonesia saat ini, masa pandemi dan perjuangan hidup orang-orang dalam melewati keadaan yang sangat berat dua tahun belakangan. Sementara, menurut Mathology, ada pihak-pihak di atas sana yang egois, yang dengan mudahnya memanfaatkan situasi tanpa memandang sisi kemanusiaan dan hanya mementingkan keuntungan pribadi.
.
.
Selain perubahan konsep dengan penambahan vokal, “Anthem of Destruction” juga menunjukkan sisi musikal Mathology yang lebih gahar, jika dibandingkan dengan lagu sebelumnya. Termasuk materi dari album mini (EP) “Crayon” yang dirilis pada Januari 2019 lalu, dimana mereka lebih banyak menyerap pengaruh dari band-band math rock atau djent macam Chon, Intervals, Plini, Polyphia dan Vitalism.
“Dari sisi aransemen, jadi jauh berbeda ya. Kalau di EP dan single sebelumnya kan lebih fokus ke tema-tema nada dan all about guitars. Dengan adanya vokal, jadi di divisi gitar (kini) lebih heavy di riff-riff yang memang lebih cocok untuk diisi oleh vokal.”
Band-band metal mancanegara seperti Kadinja (Perancis) dan Killswitch Engage (AS) menjadi referensi utama Mathology saat menggarap “Anthem of Destruction”. Khususnya dalam mengolah aransemen serta isian vokal. Sementara untuk mixing dan mastering, karya-karya rekaman band progressive metal Periphery yang dijadikan acuan.
Setelah meluncurkan “Anthem of Destruction”, Mathology yang mulai resmi dikibarkan pada Februari 2019 lalu ini akan memperkuat promosinya dengan menggarap video playthrough dari masing-masing personel untuk ditayangkan di kanal YouTube. Dan disamping itu, mereka juga akan meneruskan penggodokan lagu-lagu baru untuk bahan rilisan selanjutnya.
“Anthem of Destruction” kini sudah bisa dilantangkan via berbagai platform digital seperti Spotify, iTunes, Guvera dan lainnya. (mdy/MK01)