Evolusi band metal asal Malang, Jawa Timur ini semakin seru, setelah memantapkan format menjadi band yang semestinya. Maklum, sebelumnya Prasetya Jawi ini merupakan proyek solo dari gitaris Rury Eka Prasetya aka Pras, dan bahkan sudah sempat merilis tiga lagu rilisan tunggal.
Tapi kini, tiga kekuatan lainnya yang telah bergabung memberi kontribusi yang setara. Ada bassis Isa Wahyuda, rekan Pras di komunitas Malang Bergitar, lalu dramer Indira Nabila Aisyah dari Shaky Wacky serta vokalis Rivaldo Dwi Cahyono dari Syndrome.
Formasi tersebut sudah menghasilkan album debut “Hati Nurani” yang dirilis pada 18 Februari 2022 lalu. Namun bisa dibilang baru di karya rekaman terbaru mereka, yakni sebuah lagu rilisan tunggal berjudul “Angkara”, seluruh personel terlibat secara utuh. Jadi jika harus membandingkan dari segi konsep musik, perbedaan signifikan antara materi-materi di “Hati Nurani” dengan “Angkara” tergurat jelas.
“Konsep ‘Hati Tirani’ murni merupakan kompilasi dari beberapa egoisme Pras (gitaris) sendiri. Sedangkan ‘Angkara’ adalah proyek dengan tujuan bersama, yang juga tinggal melanjutkan gerbong kerangka yang Pras bangun. Dan kini gerbong itu sudah siap meluncur,” seru pihak band kepada MUSIKERAS, menegaskan.
“Angkara” sendiri digarap dengan geberan hardcore modern yang tanpa sekat. Artinya, terapan riff-riff terbuka yang kental akan karakter hardcore pada gitar beserta entakan dramnya, mereka kemas dengan karakter sound metal yang modern.
.
.
“Itu membuat kami penasaran untuk mewujudkannya, dan itu (akhirnya) terjadi di single ini. Beberapa garapan (musik) band-band seperti Drain, Knocked Loose, ditambah Bleed from Within serta band lokal Burgerkill-lah yang membuat ‘Angkara’ terlahir sebagaimana mestinya. Kalo boleh klaim, hardcore sudah tak tersekat lagi!”
“Angkara” sendiri menceritakan tentang pentingnya kehati-hatian dalam menyampaikan kebenaran di tututan liriknya. Marak terjadi situasi ketika orang ingin melakukan kebaikan namun penerima sudah terlanjur sakit hati karena nasihat yang menjurus hardik dan hukuman, hingga akhirnya kebaikan itu urung terjadi dan manusia melanjutkan keburukannya.
“Lisan memang layaknya pedang bermata dua. Jika digunakan dengan baik akan membawa hal-hal baik, jika digunakan sembarangan maka ia bisa membunuh tanpa harus melukai, melumpuhkan tanpa perlawanan fisik.”
Judul ‘angkara’ sendiri berasal dari Bahasa Jawa yang berarti nafsu yang tak terkendali. Sedangkan dalam Bahasa Indonesia, bisa diartikan kejahatan. “Dari sini bisa ditarik hubungan bahwa pemicu paling kecil dari sebuah angkara bisa berasal dari lisan yang tidak dijaga,” cetus mereka lagi.
Penggarapan “Angkara” dieksekusi setelah melalui proses kreatif selama empat bulan. Tepatnya dua bulan setelah perilisan “Hati Tirani”. Para personel Prasetya Jawi melakukan workshop, yang tidak hanya dilakukan di studio, namun juga brainstorming via aplikasi grup WhatsApp. Akhirnya setelah berjalan selama empat bulan, “Angkara” direkam pada 30 Juli 2022, di Featherfaded studio, Malang, bersama sound engineer, Tegar Punanda.
“Angkara” yang kini sudah bisa dilantangkan via berbagai platform digital menjadi jalan pembuka menuju penggarapan album kedua Prasetya Jawi. (aug/MK02)
.
.