Nama pemantik paham death metal asal Malang, Jawa Timur ini diambil dari keadaan saat ini yang penuh dengan ketidakmurnian pada setiap individu manusia. Ketidakmurnian yang dimaksud Dawn Of Impurity di sini adalah bagaimana selayaknya manusia sejalan dengan nilai-nilai kemanusiaannya, peperangan tanpa akhir adalah berperang melawan diri sendiri, melawan dan mengendalikan sebuah ego, karena sebenarnya individu itu sendiri yang menentukan bagaimana interaksinya terhadap sesama manusia.
Topik ketidakmurnian itu pula yang lantas menjadi bahasan di karya rekaman demo mereka yang bertajuk “Embodemon”, rilisan Oath Artifact Production, Malang. Ada dua lagu mengerikan yang terlampiaskan di demo tersebut, yaitu “Gold, Glory, Genocide” dan “Hymn Of Destruction”. Lalu untuk menggambarkan pesan di liriknya, rancangan grafis ilustrasi karya sang vokalis, Ruuhul ‘Jihad’ Al Ayyubi, menghadirkan sesosok yang memiliki dadu di kepalanya. Dadu itu menggantikan dua bola mata, yang menyimbolkan bahwa korban akan selalu ada karena dadu tidak pernah kosong.
Band yang juga diperkuat gitaris Guntur Shahaansyah Atmanegara aka Atma dan dramer Akhmad Qudsi Tafansa ini mengakui, olahan musik mereka banyak terpengaruh band dunia macam Nile, Inferi dan Necrophagist. Butuh dua tahun bagi mereka untuk meracik “Gold, Glory, Genocide” dan “Hymn Of Destruction”, yang dieksekusi selama pandemi bersama peramu rekam Yasa Wijaya dari studio Vamos31.
Kepada MUSIKERAS, band bentukan 2019 ini mengungkapkan bahwa pembuatan panduan lagu mengacu pada demo yang digarap oleh Atma. Materi itu lantas diolah bersama lewat beberapa kali proses latihan hingga para personel benar-benar menguasainya.
.
.
“Karena alasan teknis, kami sengaja menggarap demo dengan hasil mixing dan mastering yang matang. Tidak raw. Karena kami sadar, bahwa musik yang kami bawakan cukup kompleks dan sarat (teknik dram) blastbeat,” seru mereka meyakinkan.
Death metal sendiri menjadi sebuah landasan bermusik bagi Dawn Of Impurity dan juga sebagai kendaraan untuk menyalurkan sebuah pemikiran dan pandangan tentang keadaan sekitar melalui lirik. Lalu mereka menggunakan dua gaya dalam dua trek sebagai pengenalan kepada para pendengar. Trek brutal, kejam dan membara terlampiaskan di lagu “Gold, Glory, Genocide”, sementara sentuhan melodis pada bara yang sama diterapkan di “Hymn Of Destruction.”
“Komposisi musik yang lebih luwes dan tidak terpaku oleh satu atau dua pengaruh. Harapannya, kami bisa lebih ekspresif dan agresif. Dari segi vokal, kami juga menambahkan dinamika dan tekstur pada setiap treknya.”
Saat ini, usai melepas “Embodemon” sejak Juli 2022 lalu, Dawn Of Impurity merencanakan bakal menggelar tur mini di seputaran Jawa Timur untuk memperkenalkan musik mereka secara langsung. Disamping itu, mereka juga akan memulai penggarapan album, bermodalkan pengalaman selama proses penggarapan demo.
“Bisa dibilang album kami nantinya adalah hasil pembelajaran selama proses penggarapan demo. Materi album kami nantinya akan sedikit berbeda dibanding trek demo.”
Selain dalam format cakram padat (CD), dua trek di “Embodemon” juga bisa didengarkan via platform digital seperti Spotify, Apple Music, Joox, Deezer, Amazon Music dan YouTube. (mdy/MK01)
.
.