GLOATH Kobarkan Emosi Rumit di “Solitude Consciousness”

Gloath yang terbentuk pada September 2019 lalu akhirnya melampiaskan album debutnya, bertajuk “Solitude Consciousness” yang telah dirilis via label Disaster Records sejak akhir Juli 2023 lalu. Karya rekaman kolektif terbaru band asal Bandung ini merupakan kelanjutan mendalam dari perjalanan musik yang dimulai dengan Demo 2020. Melalui album berisi 11 lagu ini, Gloath menjelajahi esensi kehidupan, kesadaran mental dan alur emosional yang menyelubungi mereka. 

Mengambil inspirasi dari riff ikonik band hardcore punk asal Inggris, UK-82, “Solitude Consciousness” menenun sebuah kisah musikal yang kuat. Garis bass yang tebal dengan harmonisasi yang apik bersama entakan dram yang dinamis dan menggelegar, menciptakan lanskap suara yang kaya dan mengigit. Di lini vokal juga memberikan aliran ekspresi serta intensitas yang stabil, mengobarkan emosi rumit yang mereka telusuri. 

Olahan kreatif saat penggarapan album “Solitude Consciousness” dimulai dari penuangan berbagai ide liar dan konsep dari setiap personelnya, yakni Muhammad Alifh Fitrah Ramdani aka Alif (vokal), Farhan Dira Pratama (dram), Ahmad Faizal (bass) dan Muhammad Aldhena aka Dena (gitar). Prosesnya dimotori oleh Dena sebagai riff-master untuk eksekusi terakhir dalam pembuatan materi. Semua trek dalam album berdurasi total 29:47 menit ini diproduksi dengan mahir oleh Gloath, plus arahan kreatif dari Alikbal Rusyad.

“Proses penggarapan album ini kurang dari setahun sudah beres. Tepatnya di tahun 2021, dan kami harus menunggu antrian label rekaman sekitar dua tahun. Tantangan (produksinya) kala itu, salah satu personel kami kehilangan sang Ayah ketika Covid-19 sedang berbahayanya pada tahun tersebut, dan sempat juga beberapa kali (kami) nggak masuk studio rekaman. (Tapi) Beberapa bulan setelah itu kembali semangat untuk menggarap album ini hingga seluruh prosesnya beres,” beber Gloath kepada MUSIKERAS, mengungkap proses di baliknya.

.

.

Saat meracik komposisi dan aransemen lagu-lagu yang menyesaki “Solitude Consciousness”, masing-masing personel Gloath menyuntikkan pengaruh dari berbagai referensi masing-masing yang berbeda-beda. “Secara garis besar referensi dari UK82 hingga dipadukan dengan bermacam referensi dari setiap personel, yang merujuk dari berbagai referensi band hardcore/punk dunia seperti Discharge, The Partisans, Blitz dan masih banyak lagi lainnya.”

Dari berbagai paduan tersebut, Gloath mengeksplorasi konsep yang sudah diterapkan di Demo 2020, melanjutkan benang merahnya, dengan pendekatan entakan dram d-beat dan hardcore. Selain Demo 2020, sebelumnya Gloath juga sudah pernah merilis dua lagu rilisan tunggal, yaitu “Solitude Consciousness” serta “Oblivion Massacre” pada Maret dan Juni tahun ini.

Sebagai pelengkap musik, terdapat karya seni yang menarik, dirancang dengan cermat oleh Eye Dust, membangkitkan representasi visual dari emosi-emosi murni yang tertanam di sekujur album. Dalam upaya mencapai keunggulan suara, mereka merekam vokal dan dram di Yans Studio oleh Gundem pada 2021, sementara di The Pandora Labs yang dipimpin oleh Alikbal Rusyad, menjadi basis kreatif untuk merekam gitar dan bass. Studio yang sama juga memberikan keahliannya dalam menata dan melaraskan suara dan bunyi di “Solitude Consciousness” sehingga menghadirkan spektrum emosi secara utuh dalam setiap trek. 

Lewat “Solitude Consciousness” yang diedarkan dalam format digital dan fisik (CD) ini, Gloath mengundang pendengar untuk memulai perjalanan merenung yang menggetarkan, menelusuri ranah introspeksi dan kesadaran diri melalui spirit hardcore punk. Album ini mencerminkan perkembangan Gloath sebagai musisi dan individu, dan mereka berharap karya ini dapat beresonansi mendalam bagi mereka yang mendengarkannya. (mdy/MK01)

.

.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts