Sebuah lagu rilisan tunggal bertajuk “Binar”, menjadi nomor pemanasan bagi unit metalcore asal Bandung-Jakarta ini, sebelum meletupkan album penuh debutnya pada 25 Agustus 2023 mendatang. Di lagu tersebut, Grief. mengajak Alditia Krama Yudha, vokalis grup chaotic hardcore Ametis untuk berkolaborasi.
Lewat “Binar”, Grief. dan Alditia mencoba menerima fakta bahwa hidup dapat diandaikan seperti berjalan di atas lapis permukaan es yang sangat tipis: kematian dan kesengsaraan selalu membayangi setiap langkah manusia dalam ketidakpastian. Adanya ketidakpastian itu mendorong kita untuk menjalani setiap momen dengan berhati-hati sembari menghargai keindahan sekaligus kelemahan yang terpapar di sepanjang perjalanan tersebut.
“Binar” sendiri merupakan satu-satunya trek berbahasa Indonesia yang termuat di “A Compendium of Split Visions”, album debut Grief. yang bakal dilepasliarkan oleh label rekaman independen Disaster Records.
Grief. yang digerakkan formasi Agung Dafin (bass), Zacky Ahmad Saleh (gitar), Akbar Karunia (dram), Bimantara Septianto (gitar) dan Danny Supit (vokal) memulai proses kreatif penggodokan “A Compendium Of Split Visions” sekitar 2019, lalu semakin intensif di 2020, saat serangan Covid-19 sedang gencar-gencarnya.
Mereka mengeksekusi rekaman untuk vokal, gitar dan bass di Tunnel Vision Audio dan Southside Chamber, sementara untuk isian dram diarahkan oleh Zoteng di Funhouse Studio. Sementara untuk pengolahan mixing dan mastering masing-masing dipercayakan kepada Bimantara Septianto di Tunnel Vision Audio serta Brad Boatright di Audiosiege.
“Jadi (kami) lebih sering diam di rumah untuk menulis materi, sampai 2022. Biasanya saya yang mengemukakan ide terlebih dahulu untuk lagu, kemudian dibantu Akbar, Biman, Agung dan Danny untuk penyelesaian, seperti mau dibawa ke mana arah materi albumnya. Tapi, ada beberapa lagu yang juga diprakarsai oleh Biman dan Agung. Seperti biasa, kami selalu lebur ide bareng-bareng sebelum menjadi materi final,” ujar Zacky kepada MUSIKERAS, mengungkapkan.
Produksi awal album tersebut, timpal Biman, 100% dikerjakan dengan jarak berjauhan. Biasanya, ia atau Zacky yang membuat kerangka awal sebelum diolah bersama. “Cuma beberapa lagu yang sempat kami bawa rehearsal di studio,” katanya.
Sementara dalam konteks metal, Grief. secara tegas mengatakan bahwa konsep yang diterapkan di “A Compendium Of Split Visions” sebenarnya tidak jauh dari berbagai referensi yang mereka dengarkan. Hanya kali ini, menurut dramer Akbar, pendekatan yang diterapkan pada saat penggarapan materi diusahakan lebih segar seiring dengan bertambahnya referensi setiap personel.
“Mengingat referensi utama yang mempengaruhi Grief. saat menggarap album ini adalah Misery Signals, mungkin dapat disebut gaya musik yang Grief. mainkan adalah metalcore.”
“Jenis metalcore yang dipopularkan oleh 7 Angels 7 Plagues, Misery Signals atau Unbroken, yang pendekatannya masih sangat terasa (era) 90-an atau 2000-an,” imbuh Danny.
Zacky ikut menambahkan, bahwa sejak awal, dasar musik Grief. memang berkisar pada ranah melodic hardcore/metalcore, yang kemudian banyak mendapatkan masukan dari personel lainnya sehingga membuatnya menjadi lebih menarik.
“Dan akhirnya terjadilah konsep metal ‘A Compendium Of Split Vision’. Bisa dibilang lebih banyak bermain chording ketimbang riffing, seperti halnya band-band seperti Poison The Well, Congress, Shai Hulud, Misery Signals, Pitfall dan metalcore awal 90-an hingga 2000-an.”
“Misery Signals menjadi inspirasi utama Grief. dalam menggarap album ini. Selain itu, referensi yang turut mempengaruhi pada tahap pra-produksi, beberapa di antaranya adalah Shai Hulud, Vision of Disorder, One King Down, dan sound dari band-band yang sering dikategorikan ke dalam gaya ‘H8000’,” seru Akbar menambahkan.
Sementara di lini vokal, Danny mengakui cukup banyak mengambil referensi dari band screamo seperti Slow Fire Pistol atau Nuvolascura, lantaran terpikat cara mereka menyampaikan emosi yang terdengar tepat. “Ada juga band hardcore mulai dari Method of Doubt, True Love sampai sejenis More Than Life.”
Sedikit menengok ke belakang, Grief. terbentuk pada 2018 lalu, oleh para musisi arus keras yang sudah cukup punya jam terbang di kancah ‘bawah tanah’. Danny sang vokalis merupakan mantan anggota Sequel Of Sunday, sebuah unit metalcore asal Jakarta. Lalu Zacky berasal dari unit metalcore Bandung, Colors & Carousels. Sementara Akbar sebelumnya telah terasah di Glare dan Peel, sebuah unit hardcore punk di Bandung.
Sebelum melontarkan “Binar”, Grief. telah menebar karya-karyanya di platform digital, yang dimulai dari album mini (EP) debut berjudul “Denial, Anger, Bargaining, Depression & Acceptance” pada 22 Maret 2019. Setelah itu berturut-turut ada rilisan lepas berjudul “Permanence” (Desember 2019), “Pine Away” (Desember 2020), “Staples of Despair” (Februari 2021), “…Even in the Warmest Embrace” (Agustus 2022) dan “Unbridled by the Heaven’s Whispers” (Agustus 2023). (aug/MK02)
.
.