Ya, Cupumanik memang tengah mengumpulkan materi untuk memenuhi kebutuhan album ketiganya. Selain “Heroik”, unit grunge asal Bandung, Jawa Barat ini sudah merekam lima lagu baru, plus beberapa sisanya yang sedang dimasak.
Sebelum membahas proses kreatifnya lebih jauh, ada pesan khusus yang hendak disampaikan Cupumanik lewat tuturan lirik di karya terbarunya tersebut.
Mereka mengatakan, bahwa saat kita lahir, sebuah benih unik ditanam. Tersimpan secara genetik dalam DNA. Ia meminta untuk tumbuh, mengubah dirinya dan berbunga secara maksimal. Demi hidup yang sesuai kecenderungan alami kita. Dan kita semua adalah fenomena satu kali di alam semesta.
Kemudian masalah datang, karena membiarkan hidup kita dikendalikan oleh pandangan orang lain. Karena terlalu lama memelihara perasaan takut dan naif.
Lagu “Heroik” merupakan ajakan, untuk melihat diri kita secara jujur. Perlu menghubungkan lagi diri kita, dengan kenyataan. Peka terhadap bahaya, melawan para penghina, yang mengatakan bahwa kita aneh. Perlu menyingkirkan suara eksternal yang melemahkan, agar selalu terhubung dengan suara batin kita sendiri.
“Heroik” dilahirkan untuk merenungkan lagi siapa diri kita. Memeluk kembali panggilan hidup kita. Dan mencermati lagi, apa yang membuat diri kita unik. Jangan lupa, kita punya takdir hidup yang harus dipenuhi.
Tidak seperti di karya-karya Cupumanik sebelumnya, menurut ungkapan pihak band kepada MUSIKERAS, vokalis dan penulis lirik Candra Hendrawan Johan (Che) kini semakin berkeinginan untuk memilih kalimat dan bahasa yang lugas. Tidak terlalu metafor.
Tapi di peracikan musik, band yang juga diperkuat bassis Muhammad Riyadh (Iyak), gitaris Eski Mulya Gunawan (Eski) dan I Gede Rama Adita (Rama) serta dramer Dony Setiawan ini masih setia menerapkan olahan grunge tradisional dalam menciptakan lagu “Heroik”.
“Maksudnya referensi grunge kami masih sama seperti dulu. Dan dinamika musik masih menggunakan pakem stop and go dynamic. Keras di intro, kontemplatif di verse, keras lagi di chorus, kembali kontempatif di (bagian) song, lalu klimaks di akhir,” urai Che, menerangkan.
Namun di departemen gitar, band bentukan 1996 silam ini mencoba bereksperimen, dimana raungan gitarnya dibuat menjauh dari tipikal musik keras yang biasanya identik dengan distorsi hi-gain.
“Eksperimen baru kami adalah, melakukan setup dengan meminimalisir gain dan distorsi dari efek, lebih mengandalkan menggunakan single pickup di neck dan middle.”
Konsep ini, kata mereka lagi, agak sedikit mendobrak paradigma bahwa musik keras tidak harus selalu hi-gain dan hi-distortion. Para personel Cupumanik percaya bahwa gain dan distorsi itu ternyata bisa dibangun dari siapa the man behind the gun.
“Jadi konsep audio di departemen gitar, di lagu ‘Heroik’, itu kami namakan bersama para audio treatment sebagai ‘clean kotor’!”

Perilisan “Heroik” yang rekamannya dieksekusi di Binaural Studio, Bandung (termasuk tahapan mixing dan mastering) terpaut sekitar empat tahun, terhitung sejak Cupumanik memperdengarkan lagu “Yang Kan Terjalani” pada 15 Mei 2020. Band ini mengakui, terbilang lumayan sulit bagi mereka untuk berkarya lantaran beberapa kendala.
Yang pertama, jarak domisili antar personel yang berjauhan. Che, Rama dan Dony bermukim di Jakarta, Iyak di Bogor, sementara Eski di Bandung. “Jarak boleh jadi penyebab, karena momen jamming di studio menjadi terbatas. Dan (kedua), setiap personel punya kesibukan masing-masing di luar band,” ujar Che memberi alasan.
Selain dihidangkan di berbagai digital streaming platform sejak 7 Desember 2024 lalu, “Heroik” juga divisualisasikan dalam format video musik yang melibatkan 65 model klip, yang berasal dari para penggemar mereka.
“Ini momen kolosal. Setelah rilis audio dan video, kami (juga) akan menggelar pameran fotografi BTS video musik.”
Sejak terbentuk, sejauh ini Cupumanik telah melahirkan dua album penuh, yakni “Cupumanik” dan “Menggugat”. Masing-masing diluncurkan resmi pada 8 April 2005 dan 6 Juni 2014 menurut data di Spotify. (mdy/MK01)