Sacred Power akhirnya melepas album mini (EP) debutnya yang mengambil nama mereka sendiri sebagai tajuk album pada 14 Maret lalu, via label hardcore asal Jakarta, Set The Fire Records.
Sebelumnya, eksponen hardcore baru dari Bandung, Jawa Barat ini telah memanaskan jalannya menuju skena musik keras Tanah Air lewat peluncuran lagu rilisan tunggal berjudul “Strong and True” pada 3 Januari 2025 lalu.
EP “Sacred Power” sendiri memuat lima trek dengan spirit optimistis dan narasi pertemanan, berbalut karakter musik hardcore punk yang tanpa basa-basi, dan tetap ampuh memantik moshpit.
Sebagai unit yang seluruh personelnya diisi perantau, dalam EP mereka ini, Sacred Power lebih banyak berbicara tentang pergulatan mereka di lingkungan urban. Namun dengan dukungan pertemanan di sekitar, membuat langkah mereka lebih tegar.
Vibe itulah yang ingin mereka tularkan kepada pendengar mereka, melihat hal-hal dari dua sisi koin dalam tiap sekup kehidupan.
“EP ini isinya sebenarnya lebih ke curhat struggle kami dalam kehidupan sehari-hari. Jadi kayak ngajak pendengar ngerasain hal-hal positif dan negatif sebagai individu yang hidup di kota orang,” beber pihak band tentang narasi di balik lirik-liriknya.
Kepada MUSIKERAS, vokalis Galih Aditya, gitaris Uray Auzel Afgadeswa Fridera (Auzel) dan Nunu Nur Ichsan, dramer Adam Alfathi serta bassis Rafi Azani mengungkapkan bahwa proses kreatif penggarapan produksi EP “Sacred Power” terbilang singkat.
“Nggak terlalu makan waktu yang lama karena materi lagu ini sebenarnya simpenan dari gitaris kami di bandnya yang lama dan nggak sempet direalisasikan,” seru mereka terus-terang.
Jadi dari materi yang sudah tersedia itu, mereka tinggal mengeksekusi bagian isian dram dan memasukkan vokal per lagunya. Keseluruhan proses berlangsung selama sekitar 1-2 bulan, dimana proses teknis rekamannya dibantu Irfan Al Hafist dan Naufal Ekananda dari band Honey World, di sebuah studio rekaman bernama Blue Acid Room, pada Desember 2024.
Sementara khusus rekaman untuk vokal dilakukan di studio milik Abdul Hakim AlWafa, gitaris dari Last Kiss From Avelin. Terakhir, tahapan mixing dan mastering dipoles di The Pandora Labs.

Konsep hardcore punk tentu saja masih mendominasi keseluruhan EP. Dan terapannya, mereka akui tidak berbeda dibanding band-band hardcore punk pada umumnya. Kalau pun ada perbedaan, menurut mereka, mungkin di elemen power violence yang mereka susupkan, serta di terapan pola riff serta permainan dramnya.
“Untuk lebih jelasnya, mungkin di track 4, ‘Wandering Soul’ featuring vokalis dari (band) Waffle, yang bisa dibilang secara musikal konsep musik kami sejenis dengan mereka.”
Berbagai pengaruh dan inspirasi, diracik menjadi satu di EP “Sacred Power”. Khususnya di pola riff yangs edikit banyak mengambil referensi dari band-band California Hardcore, London Hardcore dan Swedish Hardcore. Sementara di bagian vokal mereka lebih mengacu ke Boston dan New York Hardcore.
Yang unik, di lagu “Piece of Mind” yang ditempatkan di urutan kelima, Sacred Power mengembangkannya dari sebuah komposisi yang tadinya hanya diniatkan sebagai intro.
“Tapi saat kami dalam proses rekaman vokal, ada perubahan yang kami putuskan buat nambahin lirik di lagu ini. Jadi prosesnya terjadi langsung di studio rekaman dan lumayan makan waktu lebih.”
Keseluruhan lagu di EP debut band bentukan 2024 ini sudah bisa didengarkan di berbagai gerai digital streaming, termasuk Spotify dan Bandcamp. (mdy/MK01)