Depths – atau biasa ditulis ((Depths)) – telah merilis sebuah lagu baru beserta video musiknya, yang bertajuk “Unheard/Unseen”. Karya baru itu berjarak empat bulan sejak meluncurkan lagu “Noise Abadi Dalam Telingamu”. Tepatnya pada Februari 2025 lalu.
Unit hardcore/powerviolence asal Purwokerto, Jawa Tengah ini mencanangkan kedua lagu tersebut sebagai bagian dari album terbaru mereka yang akan segera diluncurkan.
Tema “Unheard/Unseen” sendiri, merupakan ledakan batin dari dunia yang menuju kehancuran. Interpretasi brutal dan jujur tentang bayang-bayang Perang Dunia ketiga.
Bukan dari teriakan kemenangan, tapi dari sunyi yang membunuh perlahan. Tentang jeritan yang tak pernah didengar, luka yang tak terlihat, dan kebenaran yang dikubur di bawah puing-puing propaganda. Setiap dentuman riff dan teriakan adalah suara dari mereka yang dilupakan. Tubuh tanpa nama, jiwa tanpa pelindung.
Depths menyebut “Unheard/Unseen” bukan sekadar musik, tapi perlawanan. Bukan hanya lirik, tapi luka terbuka. Sebuah elegi dari kemanusiaan yang dirampas, dibungkam dan dilupakan.
Evolusi Industrial
Secara musikal, lirik keresahan itu diekspresikan vokalis Faisal Nur Muhammad Basef, gitaris Jonathan Febri dan Fariz Rahman, bassis Ariq Athollah serta dramer Purwa Rekaharta dengan menghadirkan nuansa yang berbeda dibanding rilisan-rilisan sebelumnya.
Kali ini dengan komposisi yang lebih padat dan intens, yang menampilkan perubahan tempo yang dinamis, tone gitar yang lebih berat yang terinspirasi dari band-band hardcore modern dan death metal Swedia, serta isian bass yang tebal dan pukulan dram yang rapat.
Depths juga mengeksplorasi wilayah baru dengan memasukkan elemen-elemen industrial ke dalam aransemen, menciptakan sound yang segar namun tetap agresif dan menunjukkan evolusi musikal yang berani dan penuh eksperimen.
Secara umum, disampaikan Depths kepada MUSIKERAS, musik yang mereka suguhkan sebagai perpaduan dari berbagai elemen musik ekstrem. Sebutlah macam hardcore, grindcore, death metal dan beatdown.
Antara lain diserap dari berbagai referensi musik yang didengarkan, seperti karya-karya band-band mancanegara macam END, Nails, Nine Inch Nails, Fear Factory dan Godflesh.
“Kami (juga) mencoba memasukkan unsur-unsur industrial dan elektronik ke dalam musik kami, yang mana menurut kami masih jarang dieksplorasi oleh band lain,” seru mereka meyakinkan.
Selain itu, imbuhnya, mereka juga mencoba menulis lagu dengan dinamika tempo cepat dan lambat. “Kami juga sangat memperhatikan dari segi proses produksi, mixing dan mastering, karena proses ini yang membuat lagu tersebut menjadi ‘hidup’.”
Saat menjalani proses penulisan “Unheard/Unseen”, para personel Depths mengakui sedikit menghadapi kendala saat pengumpulan ide-ide menarik yang dirasa fresh.
Keseluruhan proses menghabiskan waktu selama kurang lebih sebulan. Mereka mengeksekusi rekamannya di studio pribadi milik Fariz. Termasuk tahapan mixing dan mastering.
Sejauh ini, tahapan peracikan album juga sudah dimulai oleh Depths. mereka mengungkapkan bahwa semenjak dirilisnya “Unheard/Unseen”, terjadi pergeseran gaya penulisan lagu, dimana mereka mulai mengeksplorasi unsur-unsur industrial dan elektronik di musik mereka.
“Sehingga mungkin ada beberapa lagu kami yang sudah rilis atau biasa kami bawakan saat live tidak masuk ke dalam album, karena konsepnya berbeda,” urai Depths menjelaskan.
Tahun depan ditargetkan menjadi momentum perilisan album tersebut, yang kemungkinan beramunisikan 10 lagu. Tapi sebelum sampai di sana, dalam waktu dekat band bentukan 2021 ini akan merealisasikan kolaborasi split album dengan Agenda, band hardcore asal Singapura.
Visualisasi lagu “Unheard/Unseen” sudah bisa disaksikan di kanal YouTube. (mdy/MK01)