EVE: Titik Tengah di Ranah Modern Rock/Metal

Beberapa lagu telah diperdengarkan EVE via berbagai platform digital, sebagai bagian dari amunisi album mini (EP), yang akan dirilis akhir tahun.
eve
EVE

EVE baru terbentuk di awal tahun ini, namun band modern rock asal Surabaya, Jawa Timur ini langsung memberondong lagu demi lagu yang dirilis lepas untuk menancapkan eksistensinya.

Dimulai lewat lagu rilisan tunggal bertajuk “Pulang Kembali” pada 14 Februari lalu, kemudian disusul “Garuda” pada 30 Mei, “Destiny” di 7 Agustus dan yang terbaru, “Running Through the Dark” pada November mendatang.

Nama band ini sendiri awalnya berasal dari kata ‘Eleven’, diambil dari tokoh film di kanal Netflix yang berjudul “The Stranger Things”. Di dalam film itu, sang tokoh memiliki kemampuan untuk menggerakkan benda-benda dan menolong teman-temannya.

Selaras dengan harapan dari band ini, bahwa lagu-lagu yang diciptakan bisa menggerakkan pendengar ke arah yang positif dan menjadi penyemangat untuk dapat melewati masa-masa sulit.

Namun dari hasil diskusi para personelnya, yang digerakkan oleh vokalis Fadina Ayu (Dyna) dramer Rocky Martinus, gitaris Ahmad Taufiq Sarif (Taufiq) dan Reza Rifanto serta bassis Nur Aida (Inung), nama Eleven akhirnya disingkat menjadi EVE agar sesuai dengan paham post-core yang mereka anut.

Konsep musik itu, merupakan penggabungan dari elemen rock, pop dan hardcore. Kendati terkontaminasi unsur hardcore, namun musik EVE dirancang ‘ramah’ di kuping pendengar dari berbagai kalangan. Terlihat dari notasi-notasi yang mereka tuliskan hingga lirik yang bertema positif.

eve

Bludnymph

Tapi pada awalnya, saat menjalani proses kreatif penggarapan rekaman lagu-lagunya, EVE sempat mengalami kendala di peracikan formula musik yang bisa menyatukan segala perbedaan karakter dari para personel.

Khususnya saat menggarap tiga lagu rilisan awal, yakni “Pulang Kembali”, “Garuda” dan “Destiny”.

“Para personel memiliki karakter masing-masing dan menyukai genre musik berbeda-beda sehingga harus take berulang-ulang. Namun karena kami berfokus mengedepankan kekuatan dari vokalis, maka kami mengarah ke genre modern rock,” tutur Reza Rifanto kepada MUSIKERAS.

Ya, referensi musik Dyna termasuk cukup unik dibandingkan personel lainnya yang masih terbilang umum. Cucu dari Achmad Albar (vokalis Godbless) tersebut sangat terpengaruh band dan penyanyi mancanegara seperti Falling in Reverse, Poppy dan Bludnymph.

“Sehingga menemukan titik tengahnya cukup menantang di awalnya. Apalagi dalam segi pembuatan lirik. Dari beberapa kali take tersebut dan setelah lagu  Destiny jadi, akhirnya EVE menemukan karakter musik dan lirik yang disepakati.”

Dari segi musikal, saat meracik komposisi serta aransemen lagu-lagunya, Reza menyebut mereka banyak terinspirasi atau terpengaruh formula musik dari band-band modern dunia macam Bring Me the Horizon, Bad Omens, Linkin Park dan Dayseeker.

“EVE ingin menonjolkan lagu yang distorsi kental namun masih mudah didengarkan oleh kalangan umum,” ujar Reza kembali menegaskan.

Setelah memanaskan kehadirannya lewat beberapa rilisan, kini EVE mulai menyiapkan materi EP debutnya. Bahkan sejauh ini, prosesnya sudah mencapai 90% dari keseluruhan produksi. Rencananya, EP yang bakal beramunisikan enam lagu tersebut akan dirilis pada akhir tahun. (mdy/MK01)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts
abe tobing
Read More

ABE TOBING: Distorsi Industrial yang Satir

Lirik satir Abe Tobing, telah diluncurkan lewat lagu rilisan tunggal terbaru, yang melebur nuansa industrial gelap dengan electro-rock yang kotor.