Trivium masih bertaji. Terbukti, hanya dalam tiga minggu sejak diluncurkan, video single terbarunya yang bertajuk “The Sin And The Sentence” sudah ditonton sebanyak 1,5 juta khalayak YouTube. Single tersebut merupakan lagu pembuka dari album terbaru berjudul sama, yang bakal dirilis via Roadrunner Records pada 20 Oktober 2017 mendatang.

Saat penggarapan “The Sin And The Sentence” yang dieksekusi di Santa Ana, Hybrid Studios, California AS, Matt Heafy (vokal/gitar), Corey Beaulieu (gitar/vokal), Paolo Gregoletto (bass) dan Alex Bent (dram) kali ini memilih berkolaborasi dengan Josh Wilbur, produser yang tercatat pernah sukses menggodok rekaman album milik Lamb Of God dan Gojira. “The Sin And The Sentence” ini juga menandai keterlibatan perdana Alex Bent yang baru bergabung di formasi Trivium pada akhir Januari 2017 lalu.
Album baru ini, bagaimanapun, menjadi semacam uji nyali bagi para personel Trivium. Sebuah momentum yang menentukan karir Trivium selanjutnya. “Sebuah momen lakukan sekarang atau mati,” cetus Matt Heafy serius, seperti dikutip dari siaran pers resminya.
“Tak ada jalan lain (dalam melakukannya). Saya mulai mengumpulkan segala hal yang pernah kami lakukan, yang benar dan yang salah, dan itu membuat saya mengaplikasikan (konsep) musik baru. Hasilnya, menurut saya, adalah sebuah kombinasi terbaik yang pernah kami lakukan. Kami harus membuat album terbaik dalam karir kami sekarang!”
Namun berbeda dibanding album “Vengeance Falls” dan “Silence in the Snow”, Trivium dan Josh Wilbur hanya butuh waktu sebulan untuk merampungkan rekaman “The Sin And The Sentence”. Karena penulisan materi album tersebut sudah rampung 90% sebelum mereka memulai penggarapan album di studio.
“Saat menggarap ‘Vengeance Falls’ dan ‘Silence in the Snow’, kami masuk studio dengan materi yang baru rampung 50%. Kali ini lebih seperti penggarapan ‘Ember to Inferno’, ‘Ascendancy’, ‘Shogun’ dan ‘In Waves’ dimana kami memboyong visi kolektif ke dalam studio. Josh lantas memaksimalkan potensi kami dan membuatnya menjadi lebih baik. Kami membuat lagu-lagu persis seperti yang ingin kami dengarkan,” urai Matt lebih lanjut.
Setelah perilisan album debut bertajuk “Ember to Inferno” (2003) – atau sekitar empat tahun setelah terbentuk di Florida AS – nama Trivium melesat tinggi berkat album keduanya, “Ascendancy” (2005) yang terjual sebanyak lebih dari 500 ribu keping di seluruh dunia. Album yang antara lain melejitkan lagu “Pull Harder on the Strings of Your Martyr”, “A Gunshot to the Head of Trepidation” dan “Dying in Your Arms” tersebut juga merupakan album pertama Trivium yang melibatkan gitraris Corey Beaulieu dan bassis Paolo Gregoletto. Album “Ember to Inferno” sendiri sempat dirilis ulang via label Lifeforce Records pada 2 Desember 2016 lalu.
Pada 4 Februari 2010, dramer Travis Smith yang ikut andil dalam melahirkan Trivium pada 1999 hengkang dari formasi Trivium. Sejak itu, permasalahan di lini dram sepertinya tak pernah tuntas di tubuh band heavy metal (sebelumnya dikenal ber-genre metalcore) tersebut. Penggantinya, Nick Augusto yang pertama kali tampil mengawal konser Trivium di Jakarta pada 11 Februari 2010 tersebut lumayan bisa bertahan lama. Bahkan terlibat di penggarapan dua album, yakni “In Waves” (2011) dan “Vengeance Falls” (2013). Pada 7 Mei 2014, Nick mundur dari band dan digantikan oleh Mat Madiro. Usai perilisan album “Silence in the Snow” (2015), posisi dramer kembali berubah.
Pada 5 Desember 2015, Trivium lantas merekrut Paul Wandtke, atas rekomendasi dari Mike Mangini, dramer Dream Theater. Tapi belum sempat menghasilkan album, Paul dipecat dan digantikan oleh Alex Bent, yang diumumkan pada awal 2017. Alex sendiri telah mengantongi pengalaman bermain dram bersama band Battlecross, Decrepit Birth, Testament serta proyek band Eric Peterson (gitaris Testament) yang bernama Dragonlord. Penampilan Alex pertama kali bersama Trivium terjadi pada 11 Februari 2017 lalu, di sebuah konser di Dublin, Irlandia. (MK03)
Kredit foto: Jon Paul Douglass
.