Setelah tertunda selama dua tahun, unit punk and roll asal Bogor, Letterbomb akhirnya meluncurkan album penuh perdana mereka, “Born In Sin” dalam format fisik. Sebelumnya, album berisi 12 trek tersebut hanya dirilis dalam format digital via mixtapechords.com dua tahun lalu, dan lantas dirilis ulang dalam format yang sama setahun kemudian via channel Reverbnation milik Def (vokal, gitar), Lukman (dram) dan Irdham (bass).
Pengumpulan materi untuk “Born In Sin” memang sudah diangsur sejak 2007 silam, dimana saat itu Letterbomb menulis dua buah trek bertajuk “Crack Streets And The Broken Homes” dan “Let’s Move To Destroy”. Namun proses rekamannya, baru dieksekusi di studio Kucing Hutan Record antara 2012 hingga 2015 berbarengan dengan materi-materi baru yang menyusul kemudian.
Selain “Raja Korupsi” yang ditulis oleh Lukman, seluruh lirik di album ini dibuat oleh Def. Di dalamnya, menyuarakan tentang kebingungan akan keadaan saat ini dan mempertanyakan segala ketidakadilan di muka bumi. “Intinya ada di lagu ‘Born In Sin’, dimana kami menolak perang, apapun bentuknya. Karena buah perang itu mengakibatkan banyak hal pada generasi yang akan datang,” urai Def kepada MUSIKERAS.
Di sela-sela promosi “Born In Sin”, Letterbomb langsung kembali ke studio menggarap album ketiganya yang hingga kini sudah memasuki sesi rekaman lagu kedelapan dari 10 lagu yang direncanakan. Seperti sebelumnya, Def dkk masih menyuguhkan barisan komposisi yang dihujani elemen hura-hura berbalut musik tiga jurus ala rock n’ roll yang terinfluens Sex Pistols, Social Distortion hingga Green Day.
“Kalau dibilang (ada referensi) baru nggak juga sih, karena masih seputar rock n roll punk. Tapi di album ini, mengingat gitaris kedua kami mengundurkan diri, mau nggak mau ada sedikit perubahan dari sisi konsep lagunya agar tetap terlihat ‘bertanggung jawab’ saat dibawakan di atas panggung. Mungkin tambahan barunya ada pada porsi lirik yang ditulis lebih banyak dan sok-sokan ngerap di salah satu lagu. Mencoba menggabungkan pengaruh The Strokes dan RATM,” lanjut Def.
Dibandingkan album pertama, kali ini Letterbomb juga mencoba untuk mempersempit ruang lingkup pembahasan dalam lirik-liriknya, dengan hanya bercerita tentang orang-orang yang dikenal baik tapi bertingkah sebaliknya saat berada di belakang. “Pesan intinya, semua orang bisa saja menjadi seorang bajingan yang ngomong di belakang, menyulut perselisihan, menawarkan impian hidup yang indah tapi menipu. Maka berhati-hatil dan waspadalah!”
Letterbomb sendiri terbentuk pada April 2005, dengan formasi Def (vokal, gitar), Lukman (dram) dan Irdham (bass). Awalnya, ketiga sahabat ini memilih The Rebel sebagai identitas band mereka, yang didasari oleh lagu-lagu bernafaskan pemberontakan seperti “American Idiot” (Green Day) dan “Anarchy in the U.K.” (Sex Pistols) yang sering mereka bawakan saat itu.. Di penghujung 2005, mereka merekrut Adim sebagai gitaris kedua.
The Rebel kemudian berganti nama menjadi Misery of the Minority lalu berubah lagi menjadi Walking Disaster, yang dicomot dari salah satu lagu milik Sum 41. Namun nama itu pun hanya bertahan sekitar dua bulan, sebelum akhirnya diputuskan untuk menggunakan nama Letterbomb hingga sekarang. Pada Oktober 2010, Letterbomb pun mengeluarkan EP (album mini) pertama mereka yang diberi tajuk “1st Education Of Punk N’ Roll”.
Setelah sekian lama absen menghasilkan karya, Def dkk akhirnya merilis album penuh perdananya, “Born In Sin” pada September 2017 ini. Album ini berisi 12 lagu plus satu lagu milik Nena, “99 Red Balloons”. Namun menjelang album ini dirilis, Adim memilih mengundurkan diri dan meninggalkan Letterbomb seperti saat pertama kali terbentuk sebagai power trio. (Riki)
.