ASCARIA Lepas “Ascent”, Karya Instrumental Prog-Metal Berkadar Jazz

Tiga genre musik, yakni metal, post-rock dan jazz dilebur jadi satu. Hasilnya adalah sebuah komposisi yang berkontur unik, seperti yang dihasilkan kuartet progressive metal asal Bandung, Jawa Barat ini. Lewat sebuah lagu tunggal instrumental debutnya yang bertajuk “Ascent”, Ascaria mencoba memperdengarkan eksplorasi karya yang menarik dan variatif.

“Kami ingin para pendengar, tahu dan paham bahwa keberagaman musik itu sangat luas dan ada berbagai macam interpretasi musik. Kami ingin para pendengar bisa merasakan atmosfer dari setiap bagan lagu kami,” ujar pihak Ascaria kepada MUSIKERAS, memperjelas misinya.

Ascaria yang baru terbentuk pada Februari 2021 lalu, memang terbentuk dari karakter, latar belakang serta referensi musik yang berbeda-beda. Para personelnya, yaitu Ivandi Hadid Firdaus (gitar), Rafik Syahrizal (bass), Nadika Abyan Fakhri (dram) dan Juliandi Alfian a.k.a. Alvian (gitar) awalnya mempunyai kelompok musik masing-masing. Namun akhirnya mereka bersatu dan sepakat menggarap musik yang menyatukan perbedaan-perbedaan tadi.

Berawal, atau berakar dari pemikiran Ivan yang datang dari disiplin ilmu jazz. Ia ingin menyatukannya dengan rekan lainnya yang lebih kental akan referensi metal. Akhirnya mereka masing-masing membuat riff, Ivan dengan bumbu-bumbu jazz, sementara Alvian dengan tekstur metal. Seminggu kemudian kedua jenis riff tersebut digabungkan.

.

.

“Seperti musisi pada umumnya, kami bertemu, briefing, bertukar pikiran dan saling bertukar ide, tentang riff tadi. Peran Nadika di sini begitu penting, mengingat lagu ‘Ascent’ terdapat berbagai macam time signature (ketukan tempo) serta pola permainan dram yang kompleks. Time signature 4/4 & 7/8 dan ada bagian tutti, dimana semua player memainkan nada dan ritmis secara bersama-sama,” urai mereka lagi, merinci teknis penggarapannya. 

Sebagai bayangan terhadap proses kreatif yang mereka garap di “Ascent”, Ascaria menyebut beberapa band yang dijadikan sumber inspirasi serta acuan dalam penggarapan musiknya. Yang pertama datang dari Chon, band asal California, AS yang memang berkubang di math-rock. Sebuah sub-genre yang banyak menggunakan time signature ber-variasi serta pola ritmik yang kompleks, dan dibarengi dengan tone gitar sedikit kasar. Belakangan, math-rock juga berkembang tak hanya dari segi birama, namun juga pada progresi kord yang cenderung bernuansa jazz.

Band lainnya adalah Periphery dan Intervals, dua pendekar prog-metal yang masing-masing berasal dari AS dan Kanada. Periphery merupakan salah satu pelopor gaya djent di rumpun prog-metal. “Lagu-lagu mereka sangat banyak menginspirasi kami.”

Tidak hanya dari kalangan metal. Inspirasi lainnya, juga datang dari Tigran Hamasyan, seorang pianis jazz keturunan Armenia. Ascaria menganggap Tigran sebagai musisi yang menciptakan komposisi lagu yang unik, dimana ia menggabungkan jazz, musik tradisi Armenia dan djent. Ada lagu ciptaan Tigran yang menerapkan konsep penggabungan riff serta frase tradisi Armenia, dengan bumbu time signature yang kompleks.

Satu band lagi yang juga mereka anggap berperan dalam menggerakkan daya kreativitas musikal Ascaria adalah Under the Big Bright Yellow Sun, kelompok musik bentukan 2007 silam asal Bandung. Mereka memainkan konsep post-rock, dimana penekanan rocknya lebih mengutamakan tekstur dan timbre ketimbang power chord.

Setelah perilisan “Ascent” yang digodok di Studio Lakipadada selama kurang lebih satu bulan, Ascaria rencananya bakal melepas satu lagu tunggal baru lagi, yang diberi titel “07.00 AM”. Proses mixing serta mastering lagu tersebut bakal dieksekusi dalam waktu dekat. Lalu setelah single kedua tersebut, Ascaria mencanangkan segera merampungkan penggarapan album mini (EP). (mdy/MK01)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts