Soundrenaline, di usianya yang ke-18, akhirnya usai digelar semalam. Selama dua hari, tepatnya pada 26 dan 27 November 2022, salah satu festival musik besar di Tanah Air ini kembali memanjakan para concert goers dengan keragaman genre yang disajikannya. Mulai dari metal, rock, pop hingga entakan musik dansa elektronik.
Yaaa… tentu saja yang paling ‘panas’ menjadi bahan gunjingan adalah gebrakan grup rock asal Los Angeles, California (AS), Weezer. Selain karena memang sudah sangat dikenal lewat lagu-lagunya yang berkadar rock ‘santuy’, dan sangat dinantikan kehadirannya, band ini juga jitu menerapkan jurus menyanyi dan menyapa penonton menggunakan bahasa Indonesia.
Alih-alih bercuit dengan kalimat standar seperti, “apa kabar?”, atau “selamat malam” yang kerap diucapkan band asing saat menggelar konser di Indonesia, Weezer malah dengan cerdik memilih kata-kata yang akrab di kuping remaja-remaja gaul masa kini. Misalnya kata ‘bestie’, ‘buset’ hingga ‘kamu nanyea?’, jargon yang diviralkan oleh TikTokers, Alif Cepmek. Terkesan receh, tapi berhasil!
Dan gongnya, Weezer makin mengacak-acak keriaan ribuan penonton saat memainkan “Anak Sekolah”, lagu pop tenar yang pernah dipopularkan mendiang penyanyi legendaris Indonesia, Chrisye. Weezer sangat fasih menyanyikan lirik berbahasa Indonesia di lagu itu, persis seperti yang sudah terdengar di bocorannya, yang diunggah Rivers Cuomo, vokalis dan gitaris Weezer di kanal YouTube pada 11 November 2022 lalu.
Terlepas dari kehebohan Weezer, ada beberapa hal unik (atau berani?) yang diterapkan Ravel Entertainment sebagai penyelenggara. Salah satunya aksi panggung Seringai yang ditempatkan di siang bolong. Monster rock beroktan tinggi asal Jakarta ini menghajar pentas A Stage Allianz Ecopark, Ancol tepat pukul 12.30 WIB. Dan mereka berhasil memaksa ribuan Serigala Militia (sebutan fans Seringai) untuk datang ke lokasi festival lebih pagi.
Sementara raksasa modern metal Deadsquad, malah ditempatkan di panggung dalam ruang yang berpendingin. Tepatnya di Tropical Stage yang berlantai karpet. Jadi sepanjang konser, terciptalah aksi moshing di circle pit yang biasanya berjibaku dengan debu, kini berganti adem tanpa keringat. Terhindar dari rumput becek sisa hujan, yang melumuri arena penonton di panggung utama yang termegah, A Stage.
Lalu, berkaca pada cacat penyelenggaraan festival Berdendang Bergoyang pada akhir Oktober lalu, arus penonton pun sepertinya sangat dipikirkan. Ruang konser yang dianggap sudah mendekati ambang batas kapasitas, dengan tegas ditutup. Konsekuensinya membuat beberapa penonton merasa tidak puas karena kehilangan hak untuk menyaksikan seluruh penampil, seperti yang terjadi saat grup pop rock Secondhand Serenade tampil di hari kedua. Awalnya, mereka dijadwalkan menemui penggemarnya di Amphitheater Stage, namun diputuskan pindah ke Tropical Stage yang sebenarnya berkapasitas lebih besar. Namun rupanya, di lokasi baru ini pun tak bisa membendung jumlah penonton yang ingin masuk.
Selain yang sudah disebutkan tadi, Soundrenaline yang kali ini menggaungkan semangat “Comeback Live & Louder” juga dimeriahkan belasan penampil lainnya. Khusus di jalur musik keras, di antaranya melibatkan Ignite, Copeland, FKJ, Plain White Ts, Neck Deep dan A Place to Bury Strangers yang mewakili band-band tamu, serta jagoan lokal seperti St. Loco, Rocket Rockers, The Brandals, Pure Saturday, Burgerkill, Indra Lesmana Project, Barasuara hingga The Sigit. Mereka tersebar di A Stage, Tropical Stage, Amphitheater Stage dan Remastered Stage.
Memang, sisa-sisa pandemi sepertinya masih memaksa para pelaku dan penyelenggara hajatan seni untuk berkompromi dengan ketidakpuasan. Semoga tahun depan, Soundrenaline serta pentas hiburan lainnya bisa lebih bebas berekspresi. (*/MK03)
.


.
Kredit foto: Dok. Soundrenaline