Lima tahun sejak merilis album “Sonder”, tepatnya pada 20 April 2018 silam, akhirnya unit progressive metal TESSERACT mengumumkan jadwal perilisan karya rekaman kolektif terbarunya. Pada 15 September 2023 mendatang, band asal Inggris tersebut bakal meluncurkan album berjudul “War Of Being” via label Kscope.

Bassis Amos Williams mengungkapkan, materi lagu di album “War of Being” mencakup Tesseract segalanya, khususnya sejak akhir 2019. Setelah kepulangan Amos seusai sesi pengambilan gambar album konser “Portal” (2021), ia menemukan dirinya berada di ruang kepala yang sangat introspektif.

“Kami hanya harus mencoba dan melihat seberapa jauh kami dapat melakukan album konsep dengan Tesseract. Di dalam lagu-lagu ini, band ini menghidupkan tema dan ide yang dipersonifikasikan dalam karakter kisah ‘The Strangeland’. Ini tentu saja merupakan katarsis dan cara bagi saya untuk mengeksplorasi disonansi internal.”

Sesi rekaman “War Of Being” sendiri dieksekusi di Middle Farm Studios, di Inggris bersama produser pendamping, Peter Miles (Architects, Sylosis). Untuk urusan produksi, di antaranya juga ada bantuan dari Randy Slaugh yang pernah menangani album milik Periphery dan Architects. Selain “War of Being” yang dijadikan unggulan pertama, album terbaru tersebut juga bakal memuat delapan lagu lainnya, di antaranya bertajuk “Natural Disaster”, “Legion”, “The Grey” dan “Burden”.

Tesseract terbentuk pada 2003 silam dan diperkuat formasi Amos Williams, Acle Kahney (gitar), Jay Postones (dram), James ‘Metal’ Monteith (gitar), Daniel Tompkins (vokal). Sejauh ini telah merilis album “One” (2011), “Altered State” (2013), “Polaris” (2015) dan “Sonder”.

.

Unit death metal kelahiran Osaka, Jepang, SUBCONSCIOUS TERROR telah menyasar Indonesia sebagai target untuk menebar keganasannya. Kali ini mereka bekerja sama dengan label independen asal Jakarta, Brutal Mind untuk merilis album terbaru mereka, “Chaotic Diffusion”, yang akan mulai diedarkan lusa, 19 Juli 2023.

Subconscious Terror sendiri bukan nama baru. Mereka – Toshihide ‘Hammer’ Hamasaki (vokal/gitar), Suzuki ‘Shinnosuke’ (bass) dan Metadon (dram) – telah malang-melintang sejak 1994 silam. Ihwal pertemuan mereka dengan Brutal Mind sendiri berawal dari inisiatif Hammer yang mengirimkan demonya ke Brutal Mind, yang langsung disambut hangat.

“Saya tahu Brutal Mind dari jaringan media sosial. Mereka label spesialis musik ekstrim dan brutal, serta sudah banyak merilis band yang keren. Saya kirimkan demo kami karena saya merasa musik kami cocok dengan orientasi musik label ini. Sejak itu hubungan saya dengan Deni (Lisain, pemilik dan manajer Brutal Mind) semakin erat,” ucap Hammer mengungkap latar belakang kerja samanya.

“Di mata saya, Brutal Mind sudah sebagai salah satu label musik ekstrim yang prestisius di dunia dan sudah memiliki kantor cabangnya di Amerika Serikat. Saya bisa merasakan kecintaan Deni terhadap musik ekstrim melalui apa yang dia rilis dan distribusi ke seluruh dunia. Saya berharap melihat lebih banyak band Asia yang berkualitas mengembangkan aktivitasnya sehingga skena Asia menjadi lebih menarik.”

Sebagai band yang menggeliat sejak era 1990an, bukan suatu kejutan nuansa OSDM (Old School Death Metal) cukup kental mendominasi materi baru Subconscious Terror di album “Chaotic Diffusion” tersebut. Namun kali ini lebih sarat brutalitas dan teknikalitas dengan vibrasi musikal band-band seperti Vader, Cannibal Corpse serta Decapitated era awal. Jika dibandingkan dengan dua album sebelumnya, eksekusi musik di “Chaotic Diffusion” lebih cepat dan brutal dengan hantaman blast beat di tiap lagu.

Setelah album “Chaotic Diffusion” rilis, Subconscious Terror mencanangkan tur ke beberapa kota besar di Jepang. Mereka juga berharap bisa konser di Indonesia. “Indonesia adalah salah satu skena death metal garda terdepan di Asia yang cukup jelas ketika kamu mendengarkan rilisan-rilisan dari Brutal Mind. Kami belum pernah tampil di Indonesia, tolong undang kami. Kami juga ingin menonton performa band-band Indonesia di sana,” cetus Hammer berharap.

.

Belum lama ini, vokalis DRAGONFORCE, Marc Hudson telah menanda-tangani kontrak rekaman sebagai penyanyi solo dengan label rekaman Napalm Records. Album pertamanya, berjudul “Starbound Stories” bakal dirilis pada 25 Agustus 2023 mendatang. Menurut keterangan di siaran pers resminya, album Marc tersebut sangat kental akan pengaruh musik power metal ala anime, plus musik-musik bernuansa Jepang serta video game.

Sebagai materi promosi awal, Marc meluncurkan lagu rilisan tunggal pembuka berjudul “Astralive” yang sekaligus menandai kiprah awal Marc sebagai artis solo.

Di album ini, Marc tidak sendirian. Ia didukung oleh kibordis Shaz D, dramer Rich Smith serta mantan bassis Dragonforce, Frédéric Leclercq untuk mengeksekusi musik di rekamannya. Lalu selain itu, Marc juga mengajak beberapa musisi tamu seperti samurai metal master, Ryoji Shinomoto (Ryujin) di komposisi instrumental “As The Twilight Met The Sea” serta di lagu “Freedom Heart”. Lalu ada pula permainan gitar dari Syu (Galneryus), Jacky Vincent (mantan Falling In Reverse), Steve Terreberry aka Stevie T., dan Galen Stapley (Azure) serta sumbangan vokal dari Adrienne Cowan (Seven Spires) serta permainan violin dari Mia Asano.

.

Sambil menantikan perilisan album terbarunya yang direncanakan bakal diluncurkan pada awal tahun depan, UNDEROATH kembali melampiaskan sebuah lagu rilisan tunggal terbaru berjudul “Lifeline (Drowning)” via label MNRK Heavy. Sebelumnya, band rock/metalcore asal Florida, AS ini sempat mengisi kekosongan dengan melepas lagu “Let Go” tiga bulan lalu, plus versi akustiknya di Juni 2023 lalu.

Belum ada jadwal pasti mengenai album baru, dan sementara ini Underoath yang diperkuat formasi Aaron Gillespie (dram/vokal), Christopher Dudley (kibord), Timothy McTague (gitar), Grant Brandell (bass) dan Spencer Chamberlain (vokal) masih sibuk menjalani rangkaian tur di AS bersama beberapa band, di antaranya THE GHOST INSIDE, WE CAME AS ROMANS, BETTER LOVERS, FALLING IN REVERSE dan ICE NINE KILLS.

.

Salah satu penganut black metal senior asal Swedia, MARDUK telah menetapkan 1 September 2023 mendatang sebagai momen peluncuran album terbarunya, atau album studio ke-15 mereka, yang diberi judul “Memento Mori”. Bocoran musik dari album yang bakal diedarkan oleh Century Media Records tersebut bisa didengarkan di lagu rilisan lepas “Blood Of The Funeral” yang menyajikan paduan permainan riff yang agresif, gemuruh permainan dram serta vokal yang mengendap sambil menghembuskan nuansa kegelapan dan keputus-asaan.

“Memento Mori”, di mata vokalis Daniel Rostén, merupakan sebuah lompatan ke depan yang berani dari Marduk, sambil memperhitungkan langkah ke samping serta pandangan ke belakang yang menyedihkan. “Artinya, kami telah membuka jalan baru tanpa melupakan warisan kami atau perjalanan yang membawa kami ke titik ini,” cetusnya.

Marduk yang dihuni formasi Daniel Rostén, Morgan Hakansson (gitar), Devo Andersson (bass) dan Simon Schilling (dram) telah menggeliat di skena black metal sejak awal 1990 dan telah menancapkan pengaruh yang cukup kuat di jagat global. Mereka sempat beberapa kali menggelar konser di Indonesia, tepatnya di rangkaian “Asian Black Death Redemption” di Makassar, Bali, Surabaya, Semarang dan Jakarta pada Desember 2010 silam. Sempat dijadwalkan tampil di panggung megah Hammersonic Awards 2020, namun gagal lantaran terhadang pandemi. 

.

Veteran death metal CANNIBAL CORPSE juga sudah tak sabar untuk segara menghantam skena musik keras dunia lewat gempuran lagu-lagu baru. Pada 22 September 2023 mendatang, mereka akan meluncurkan album baru berjudul “Chaos Horrific” via label Metal Blade Records. Karya rekaman terbaru ini sekaligus menandai usia perjalanan karir band bentukan 1988 silam tersebut, yang bakal memasuki 35 tahun.

“Buat saya, album ini terasa seperti kelanjutan dari ‘Violence Unimagined’,” cetus bassis Alex Webster. Judul yang dia sebutkan tersebut merupakan album studio Cannibal Corpse sebelumnya, yang dirilis pada April 2021 lalu.

Selain keagresifannya, Cannibal Corpse selama ini dikenal sebagai band yang selalu konsisten mengumbar materi lagu berstruktur kompleks dan teknikal. Namun menurut gitaris Rob Barrett, penulisan lagu di Cannibal Corpse kini telah berkembang sedemikian rupa, di mana setiap lagu di album “Chaos Horrific” membuka jalannya sendiri, apakah itu lagu yang lugas atau teknikal. “Kadang-kadang merupakan campuran keduanya, jadi tidak ada ide sebelumnya bahwa kami ingin lebih teknis. Musiknya mengambil jalannya sendiri.”

“Saya tidak berpikir ada upaya sadar untuk membuat hal-hal lebih teknis, jadi jika akhirnya seperti itu, itu hanya hasil alami dari kami mencoba menulis lagu terberat yang kami bisa,” seru Alex menimpali.

Sesi rekaman “Chaos Horrific” kembali dilakukan di Mana Studio di Florida, AS, yang juga merupakan milik gitaris Erik Rutan. Erik yang sekaligus menjadi produser untuk album ini, juga ikut menegaskan, bahwa tak ada metode khusus saat menggarap materi lagu di album terbaru tersebut.

“Saya tidak pernah membuat rekaman dengan memikirkan apa pun, saya hanya membiarkan proses penulisan mengalir bebas tanpa batasan. Tapi kali ini, saya ingin sedikit mendorong ke arah yang berbeda, memperluas dinamika, menjelajahi wilayah baru tanpa menyimpang dari karakter Cannibal Corpse, dan akan selalu seperti itu.”

.

ORBIT CULTURE siap semburkan materi lagu-lagu baru yang jauh lebih agresif dibanding sebelumnya, lewat album studio berjudul “Descent”, yang akan dilampiaskan ke seluruh jagat digital mulai 18 Agustus 2023 mendatang. Sementara sebagai suguhan pemanasan, unit melodic death metal asal Swedia ini telah memperdengarkan lagu rilisan tunggal bertajuk “From The Inside”.

“Kami ingin album ini terdengar semegah dan seagresif mungkin, dengan tetap mempertahankan pengalaman mendengarkan yang menyenangkan. Saya mengambil banyak inspirasi dari film ‘Dune’, bukan karena ceritanya atau apa pun, tapi karena kombinasi visual dan musiknya. Kami ingin menyampaikan nuansa epik itu dengan album baru ini,” cetus vokalis dan gitaris Niklas Karlsson lewat siaran pers resminya.

Sebelumnya, band yang juga dihuni Richard Hansson (gitar), Fredrik Lennartsson (bass) dan Christopher Wallerstedt (dram) ini telah merilis album “Odyssey” (2013), “In Medias Res” (2014), “Rasen” (2016) dan “Nija” (2020).

.

Ket. foto: Underoath