Kelakar, band asal Jakarta yang berkonsep musik avant garde, kembali menuangkan ‘kegilaannya’ lewat sebuah album baru berisi 12 lagu bertajuk “The Colonel” via label independen, Hitam Kelam Records. Dirilis resmi pada 28 Desember 2016 lalu, band yang dihuni Reynold Silalahi (piano, kibord), Didi Priyadi (vokal, gitar), Wisnu Adrian (synthesizer), Bistok Simangunsong (dram) dan Mattheus Aditirtono (bass) kembali menggelontorkan komposisi-komposisi liar yang melebur konsep metal yang eksperimental dengan beragam elemen musik lain di album tersebut. Ada perpaduan gitar berdistorsi, suara-suara synthesizer yang beragam, walking bass hingga pola ketukan dram yang variatif – mulai dari swing, bossanova, pop sampai blast beat, thrashing dan grinding. Lalu peleburan musik seperti itu disuguhkan dengan uraian lirik bertema absurd, multi tafsir dan spiritual.
“The Colonel” sendiri sebenarnya merupakan nama maskot Kelakar yang mulai menghiasi sampul album mereka sejak debut, “Mari Kita Mulai!!” rilisan 2015 lalu. Kali ini di artwork-nya, The Colonel digambarkan berada di depan kawanan makhluk aneh bin ajaib, sebagai pemimpin. Suatu harapan bahwa band ini mewakili rekan-rekan musisi sejenis untuk mulai maju dan berkarya meskipun karyanya aneh dan bertentangan dengan arus utama.

Komposisi-komposisi Kelakar sendiri sepintas menyita enerji ketika didengarkan. Tetapi, menurut siaran pers yang diedarkan pihak band, proses itu tidak lama. Karena kendati masing-masing karya sangat intens dan padat, tetapi durasinya relatif pendek. Dan ketika didengarkan secara berurutan dalam satu pemutaran CD dijamin akan memberikan sensasi yang unik, yang terbilang langka ditemui di konsep musik band lain. Karena Kelakar memang mengklaim musik mereka tak mirip band manapun.
Sama seperti album debutnya, kali ini Kelakar pun masih menerapkan formula penulisan lagu yang ‘tidak bersahabat’. Menurut ‘r (akronim dari Reynold Silalahi), gol utama di Kelakar adalah menantang diri sendiri. Jadi sebenarnya tidak ada ‘tantangan’ dalam prosesnya. “Yang ada malah nantangin, lebih mengarah ke nantangin diri sendiri untuk keluar dari titik nyaman. Karena kalau orang bilang tantangan, berarti maksudnya bicara sesuatu yang berasal dari luar. Kami justru dari dalam diri kami… menantang diri sendiri,” cetus ‘r meyakinkan.
Semua lagu juga selalu dimulai dengan spontanitas. Karena menurut ‘r, proporsi lagu yang ia buat kebanyakan tidak dengan instrumen musik yang ada. “Sangat sedikit prosentase-nya untuk meng-adjust harmonisasi yang sudah saya buat melalui tulis tangan pada instrumen musik yang ada….”
Kelakar sendiri mulai menancapkan karirnya pada akhir 2014 lalu, dengan berbasis pada ide untuk menghasilkan karya-karya musik cadas yang berbeda dibanding tipikal band metal arus utama. Awalnya, berawal saat ‘r yang merupakan konseptor dan komposer utama Kelakar, menerima tantangan dari kurator Komunitas Salihara untuk tampil dalam salah satu perhelatan tahunan di Teater Salihara. Lantas, ’r memanfaatkan momen tersebut untuk mengajukan konsep band, ketimbang konsep solo piano seperti yang semula ditawarkan. Dari situlah ia mulai merekrut personel yang lain, yang kemudian berujung pada terciptanya album “Mari Kita Mulai!!”. Sementara dari referensi musikal, para personel Kelakar membiarkan imajinasinya menjelajah luas ke karya-karya unik seperti Fantomas, Naked City, Mr Bungle, Frank Zappa & The Mothers of Invention, AMQA, Frans Lizst, Napalm Death hingga ke Papa T. Bob, Rinto Harahap dan Benyamin S. Pokoknya, menurut mereka, tidak ada satu artis atau band mana pun yang bisa dianggap mirip Kelakar. Begitu juga sebaliknya, Kelakar tidak bisa disebut mirip dengan band mana pun. (MM)