Dengan formasi kuartet, unit metal crossover asal Bandung, Godless Symptoms siap meluncurkan album penuh keempatnya. Belum ada penetapan judul, tapi materinya sudah dicanangkan bakal rilis pada Mei 2017 mendatang via label independen asal Bandung, Bloods Records.
Ada tekad kuat untuk menggeber guratan musikal yang berbeda kali ini, dan mengeksplorasi elemen-elemen yang belum tersentuh selama ini. Tidak tanggung-tanggung, Baruz (vokal), Tommy (gitar), Goestie (dram) dan Diki (gitar) bekerja keras memilah materi lagu yang tidak sewarna dengan album sebelumnya, “Negeri Neraka”, sambil tetap mempertahankan ciri khas crossover, dimana mereka memadukan heavy metal dan hardcore klasik dengan berbagai ramuan elemen lainnya.
“Kami sebelumnya sudah membuat hampir 15-20 lagu, tapi bagi kami (terdengar) hampir tak ada bedanya dengan album ‘Negeri Neraka’, walau benang merah crossover-nya tetap ada,” ungkap Goestie saat dihubungi MUSIKERAS.
Para personel Godless Symptoms memulai proses ke penggarapan album pada awal 2016, lewat beberapa kali proses pematangan lagu di studio latihan. Setelah matang, mereka lantas memboyongnya ke Red Studio, Bandung untuk direkam dengan proses yang sangat santai. “Sehingga prosesnya memang terasa agak lama. Saat ini, masih dalam proses mastering, semoga Mei 2017 album ini sudah bisa dinikmati,” cetus Goestie lagi.
Jeda sekitar tiga tahun sejak merilis album “Negeri Neraka” juga sedikit banyak terkendala transisi studio latihan serta adanya pergantian personel di tubuh Godless Symptoms. Sejak 2010, Baruz dan personel lainnya rutin berlatih di Studio Valhalla milik gitaris Tommy, yang berlangsung hingga proses album kedua dan ketiga. Namun setelah “Negeri Neraka” dirilis, petualangan panggung mulai menyita waktu, dan studio Valhalla harus pindah tempat. Lalu, pada akhir 2015, pembetot bass Lukita mengundurkan diri dari band, sehingga proses akhir penggarapan album dijalani perlahan tanpa pemain bass. Akhirnya, saat memasuki periode rekaman, pengisian bass di rekaman album baru Godless Symptoms dieksekusi oleh Aul dari Nectura/Mitosmistis.
Adalah Baruz, yang tadinya dikenal sebagai vokalis grup hardcore legendaris Bandung, Balcony, yang menggagas lahirnya Godless Symptoms. Band ini dibentuknya setelah Balcony bubar pada 2003. Setelah sempat melalui proses pergantian personel, Godless Symptoms merilis album debut bertitel “Crossover” pada Juli 2007. Dari situ, musik mereka lantas berevolusi dan mulai mengawinkan elemen thrash metal dan hardcore, dengan jeratan kuat pengaruh musik dari band-band seperti Anthrax, D.R.I era awal hingga Napalm Death, sekaligus mengadaptasi attitude dan groove ala Sick of It All, Warzone dan Bad Religion. Pengaruh yang juga tak bisa dikesampingkan dalam perjalanan karir Godless Symptoms, tentunya dari inspirator lokal seperti Forgotten, Jeruji, Puppen dan Burgerkill, karena mereka besar dengan rekaman dan menyaksikan aksi-aksi band tersebut. Kombinasi segala pengaruh itu pun menjadikan unsur ‘Mosh’ mengakar kuat di musik Godless Symptoms.
Setelah “Crossover”, Godless Symptoms lantas merilis album “Revolusi Demokrasi” via label Die Trying Records pada 25 Maret 2012, lalu “Negeri Neraka” pada Oktober 2013. Di kedua album tersebut, pengisian bass masing-masing dieksekusi oleh Joe (Terapi Urine) dan Lukita (Pitfall/Lose It All). Di album kompilasi digital “Musikeras Cracked It! Vol. 1” yang dirilis Musikeras dan Locker Media pada 22 Maret 2017 lalu, Godless Symptoms menyodorkan, “Kebenaran Harus Lantang Bicara”, salah satu trek dari album “Negeri Neraka”. (Mdy)