September kemarin, Rachun kembali merilis sebuah album mini (EP) terbaru yang bertajuk “SANS” pada 13 September 2018. Rilisan ini berjarak lebih dari setahun dengan EP sebelumnya, “Pra-Karya” yang diluncurkan pada Juni 2017 lalu. Dan kali ini ada yang berbeda. Unit rock asal Potlot, Jakarta tersebut tak lagi memproduksinya dalam format fisik sama sekali. Enam track yang mereka suguhkan di EP tersebut hanya diperdengarkan melalui layanan streaming digital, seperti Spotify, Joox, Apple Music, Deezer, dan lain-lainnya. Sementara untuk melihat desain sampul (artwork) serta lirik, daftar lagu serta kredit produksi bisa dibaca melalui post story dan feed di kanal Instagram resmi Rachun, pada www.instagram.com/rachunmusik.

Keputusan Rachun untuk merilis EP hanya dalam format digital sangat realistis. Paling tidak, itulah yang mereka ungkapkan kepada MUSIKERAS. “Karena stok rilisan ‘Pra-Karya’ yang belum terjual masih numpuk, hahaha… dan frekeunsi mendengarkan CD kami juga udah nggak sesering itu, jadi ya balik lagi, kami bikin untuk kami dan rilis juga untuk kami. Kalo kamu suka, ya selamat menikmati. Karena kalo mau rilis dengan format fisik, harus ‘keren’ supaya laku. Agak nggak penting sih. Tapi nanti ada waktunya untuk ‘keren’,” cetus para personelnya, Yudhis (gitar/vokal), Firas (bass/vokal) dan Ode (dram) blak-blakan.

Lagipula, lanjut mereka, tak ada alasan juga yang mengharuskan orang-orang mendengarkan musik Rachun. Karena pada dasarnya, mereka menganggap musik mereka cuma sarana untuk berekspresi. “Kami nggak bikin ini untuk orang lain dan nggak akan memaksa orang untuk mendengarkannya. Kalo ada yang iseng mau denger dan jadi suka dengan musik atau liriknya ya berarti kita punya selera yang sama. Nggak harus dengerin, tapi nggak harus nggak dengerin juga. Yang ‘sans’ (santai) aja menurut kalian.”

Oh ya, ‘SANS’ sendiri memang merupakan sebuah istilah slang atau ucapan populer yang berasal dari kata santai dan berarti santai. Istilah ini dipakai untuk menggambarkan lagu-lagu pada EP ini yang cenderung lebih santai jika dibandingkan dengan lagu-lagu Rachun yang telah dirilis sebelumnya.

Yudhis, Firas dan Ode menggarap rekaman “SANS” di POTS pada Maret hingga Agustus 2018 lalu. Saat menjalaninya, mereka dibantu oleh Haryo Widi dari Tarrkam, yang merekam lima track, dan tim dari Sunyata Session yang merekam satu track berjudul “Dia Pergi” secara live acoustic (sesi rekaman bersama Sunyata ini dirilis di kanal Youtube Sunyata Session). Di EP ini pula, Rachun juga berkolaborasi dengan salah satu grup musik keroncong tertua di Jakarta, yaitu Krontjong Toegoe. Uniknya, lagu yang berjudul “Humanity” tersebut ditulis dalam bahasa Inggris dan dibalut dengan alunan musik keroncong yang sangat Indonesia.

Jika membandingkannya dengan EP “Pra-Karya”, dari segi musikal “SANS” cenderung menawarkan tempo yang lebih pelan. Dan dari segi teknis rekaman, ini merupakan rilisan pertama Rachun yang menggunakan metronome. Sementara saat menggarap “Pra-Karya”, mereka merekamnya secara live.

Selain “Pra-Karya” dan “SANS”, Rachun sebelumnya pernah pula meluncurkan rilisan bertajuk “Demonya Rachun Yang Direkam di POTS” (2015) yang memuat lima lagu. Selera musik ketiga personel Rachun tak lepas dari lingkungan pertumbuhan dan pergaulan yang mereka lalui di kawasan Potlot, Duren Tiga, Jakarta Selatan. Seperti diketahui, Potlot merupakan komunitas musik yang sukses melahirkan band-band rock Tanah Air jempolan semisal Slank, The Flowers, BIP hingga yang terbaru The Sidhartas. (mdy/MK01)

.