Sejak 20 Januari 2020 lalu, akhirnya HLMN bisa bersuara dengan lantang, lewat album debut beramunisikan 10 lagu bertajuk “Menolak Padam”. Warna musiknya didominasi punk dan sentuhan alternative rock yang telah diasah band asal Bogor ini sejak terbentuk hingga sekarang.
“Menolak Padam” adalah ruang ekspresi keresahan HLMN dalam menjalani kehidupan dan proses berkesenian dari pinggiran urban. Sebuah karya yang menjadi bentuk perlawanan Calvar Novandri (gitar/vokal), Angga ‘Kabow’ Pramana (bass/vokal) dan Reiza ‘Jovie’ Pahlevi (dram) terhadap keterbatasan, tentang kerasnya hidup dan keinginan untuk terus bertahan. “Menolak Padam” seolah menjadi penyulut bahan bakar tambahan yang siap mengisi kembali energi HLMN kembali untuk tancap gas ke pijakan berikutnya, meneruskan nyala semangat yang sebelumnya telah dikobarkan di lagu “Api” dan “Escape” yang telah mereka perkenalkan dalam format video musik.
HLMN butuh dua tahun berproses untuk mewujudkan kelahiran “Menolak Padam”. Proses panjang nan terjal untuk sebuah band dalam memproduksi album. Tapi menurut HLMN, memang harusnya tak ada batasan dalam berkarya, walau pun harus melewati banyak kendala.
“Saat itu banyak kendala yang harus kami hadapi, salah duanya yang paling vital adalah waktu dan masalah keuangan. Berat bagi kami bertiga diharuskan berbagi waktu, berbagi kebutuhan antara band dan kehidupan di luar band, tapi di saat yang bersamaan pula kami sangat menikmati prosesnya,” tutur pihak band kepada MUSIKERAS, berterus-terang.
Bisa dibilang, materi “Menolak Padam” awalnya tersulut dari karya lama Calvar yang telah ditulisnya bahkan sejak HLMN belum terbentuk. Ide membuat album sudah terpikir olehnya sejak 2015, tetapi baru terealisasi pada Maret 2018 lalu.
“Jadi ketika telah siap untuk rekaman, kami tinggal mengolah materi yang sudah ada. Proses terjal selama hampir dua tahun, dimulai Maret 2018 untuk sesi dram terlebih dahulu di Fakehero Studio, Bogor. Kemudian menyusul gitar, bass dan vokal (di ImahLuhur) ditambah mixing dan mastering di home recording milik kawan kami, Opus Offrecord, di daerah Caringin Maseng, Bogor. Sampai akhirnya rampung di penghujung tahun 2019 dan rilis pada 20 Januari 2020!”
Dibanding single “Escape” yang pernah mereka rilis pada awal 2019, dari sudut konsep musik, HLMN menegaskan tak ada perubahan atau pergeseran yang signifikan. Hanya saja, jika dibandingkan dengan lagu lain di album ‘Menolak Padam’, ada sedikit perbedaan dari warna musik. “Tapi secara garis besar masih tetap di jalur awal punk rock atau alternatif.”
Awal 2013 silam adalah masa kelahiran HLMN, namun dengan nama awal Heroes Of Over, dan saat itu diperkuat empat personel, yaitu Calvar, Kabow, Jovi dan gitaris Dogol. Namun saat merilis album mini (EP) pertamanya di tahun kedua perjalanan karirnya, Dogol mengundurkan diri. Singkat cerita, tiga personel yang tersisa memutuskan meneruskan roda karir band. Nama pun diubah menjadi HLMN. Lalu, genre punk rock/alternative dijadikan paham utama untuk mengeksekusi ide-ide kreatif mereka. Namun dalam penerapannya, berbagai referensi yang mereka hirup dari band-band atau musisi seperti Ramones, No Use For A Name, Nirvana, The Clash, Foo Fighters hingga bahkan Iwan Fals disuguhkan dengan pola yang tidak rumit di setiap karyanya. Penuh energi namun tidak menghilangkan estetika sebuah perjuangan dan keharmonisan. (aug/MK02)
.