Thrash metal, bagi sebagian metalhead, mungkin mulai terdengar usang dengan cakupan penggemar yang semakin terbatas. Anggapan tersebut tidak sepenuhnya salah, namun kuartet dari Malang ini terbilang keras kepala dan menolak untuk punah. Di mata mereka, crossover thrash metal yang menjadi kitab utamanya justru menggelar ruang eksplorasi yang lebih lebar.
“Yang membuat crossover thrash metal menjadi menarik menurut kami, selain beat yang kencang dan groove yang konstan, banyak sekali unsur musik lain yang bisa kami masukkan ke dalam sebuah lagu, tidak melulu thrash metal saja,” cetus Babirusa kepada MUSIKERAS, meyakinkan.
Crossover thrash metal yang mereka racik, lanjut Babirusa, banyak melibatkan unsur genre lain di luar thrash metal. Di antaranya, ada suntikan hardcore punk, crust punk, black metal dan bahkan death metal. “Menjadi sebuah musik yang lebih menyenangkan namun masih tetap pada benang merah thrash metal.”
Single terbaru Babirusa, “Pertempuran Para Siluman” merangkum formula persilangan metal tersebut. Masih tetap pada konsep penggabungan thrash metal era Big Four hingga era sekarang, yang antara lain terpengaruh racikan band-band luar macam Municipal Waste, Power Trip dan Dr. Living Dead, lalu dibumbui beat hardcore/punk yang membentuk musik khas Babirusa. Jika dibandingkan dengan materi di album mini (EP) sebelumnya, “Hymne Puja Belantara” (2016), kali ini Babirusa menyuguhkan beat serta riff-riff yang lebih kencang, yang diyakini bakal menjadi pembasuh dahaga akan circle pit dan stage-dive di arena moshpit.
Babirusa yang saat ini digerakkan formasi Khriesna Nurfianto (gitar), Ronny Yonaz (bass), James Lesmana (dram) serta vokalis baru Limbang Nidiasmoro menggarap “Pertempuran Para Siluman” selama kurang lebih delapan bulan. Selain kesibukan para personelnya, proses tersebut berlangsung lama karena deraan efek pandemi. Untuk isian dram, pihak band merekamnya di Studio Virtuoso, sementara instrumen lainnya dieksekusi di Wild Cat Rec, studio rekaman rumahan milik Khriesna. Sedangkan pemolesan mixing dan mastering diolah oleh Gigih Prasetya di AA Studio.
Oh ya, ada wajah baru di tubuh Babirusa sekarang. Kini di lini vokal tak lagi diperkuat Fajar Adityo yang memutuskan untuk mundur pada pertengahan 2018 lalu lantaran urusan pekerjaan yang mengharuskannya pindah ke Jakarta.
“Pada waktu itu semua materi yang akan kami rekam sudah siap, jadi secepatnya kami mencari vokalis baru. Setelah beberapa obrolan akhirnya kami memilih Limbang dari Lolyta and The Disgusting Trouble untuk mengisi posisi vokal.”
Setelah perilisan “Pertempuran Para Siluman”, Babirusa telah menyiapkan beberapa single lagi yang akan diperdengarkan dalam waktu dekat. Lalu selanjutnya, semoga akhir tahun mereka sudah bisa merilis album pertamanya. Menurut mereka, saat ini semua lagu sudah terekam, tinggal produksi fisik yang kemungkinan bakal mereka rilis secara mandiri dalam format fisik (CD) serta digital. (mdy/MK01)
.