“Suffocating”, Protes Keras GASM di Jalur Hardcore Punk/Crust

Protes. Itu pemicu utama kehadiran unit beringas asal Bandung ini. Bermuara dari keresahan akan kejadian-kejadian tahun lalu yang terus berlanjut hingga hari ini. Sebuah catatan tahun yang paling buruk di dunia akibat gempuran pandemi, yang menerjang segala aspek kehidupan manusia, baik itu ekonomi hingga aktivitas skena musik yang tidak bisa dipungkiri sangat terdampak. Banyak kegiatan panggung diundur dan tak sedikit yang akhirnya batal dan keproduktifan band untuk merilis sesuatu pun banyak yang tertunda. Sementara, di balik kesusahan itu kita juga digegerkan oleh perilaku oknum pemerintahan yang melakukan korupsi di masa sulit seperti ini.

Lewat single demo terbarunya yang bertajuk “Suffocating”, GASM ingin berbagi keresahan tersebut, dan ingin terus menyebarkan protes terhadap ketidakadilan. Mereka seperti menyatakan ini adalah waktu yang tepat untuk menyadarkan semua orang untuk saling perduli terhadap sesama. 

“Menurut kami, hari-hari yang kami lalui belakangan ini sudah sangat tidak baik-baik saja. Kami harus berangkat memulai untuk menyadarkan banyak orang, ‘Hei, ini adalah bencana! Saling berpegangan, jaga teman di sekitarmu dan ayo protes agar jangan ada lagi penindasan atas nama kekuasaan dan lainnya, sudah banyak yang mati karena itu!’ Media musik sepertinya akan lebih cepat direspon dan digemari oleh anak-anak muda. Kami muat dengan musik hardcore punk dengan lirik yang diharapkan mudah diingat dan dimengerti oleh pendengar,” beber pihak band kepada MUSIKERAS, semangat. 

.

.

“Suffocating” direkam Reyga Adi Glatira (gitar/vokal), Desta Fadilla (dram) dan Eka Nurzaman (bass/vokal) sekitar delapan bulan lalu di studio TwentyDB, bersamaan dengan lagu “Persetan” yang telah termuat di “Indonesian Dbeat Crust Compilation”, rilisan awal 2021 lalu via Bukan Records, Medan. Eka Nurzaman sendiri baru mulai bergabung mengisi vokal dan bass saat penggarapan lagu “Suffocating”.

“Menurut kami Jay Stiles adalah musisi hebat dan band yang ia ciptakan selalu luar biasa dan sukses, kami ingin sepertinya… hahaha. Musik yang selalu cepat dan lirik yang mengkritik nan lugas. Tetap bermain seperti pendahulu Dischage, Disrupt, State of Fear, kami ingin meneruskan apa yang sudah mereka lakukan berprotes dan menyuarakan hal-hal yang terlihat, tidak masuk akal, ketidaksetujuan dan saling menguatkan. Namun karena ini sudah era modern, kami hanya memaksimalkan semua fasilitas yang ada. Kami mencoba memuat sound yang lebih fresh dan modern namun ingin tetap (terdengar) raw.” 

GASM sendiri, saat baru terbentuk pada 2019 lalu sempat memainkan musik-musik powerviolence. Namun ketika Eka Nurzaman menjejakkan kakinya di band ini, konsep bergeser ke pola hardcore punk/crust, namun dengan gaya vokal terdengar seperti Nuclear Death Terror.

“Jika kalian mendengarkan musik-musik hardcore punk seperti Discharge dan crust-nya Disrupt, ini bisa jadi rekomendasi baru yang layak didengarkan. Lancarkan terus protes ini jangan berhenti di kamu, lakukan seperti tembakan yang terus menerus,” seru GASM berpromosi. 

Melanjutkan langkah setelah peletusan “Suffocation”, GASM langsung tancap gas, melakukan workshop untuk mengumpulkan materi demo atau materi untuk album mini (EP) yang rencananya akan disebarkan via Goldmine Records, label independen dari Kanada. “Rencana yang kami inginkan pertengahan tahun kami dapat menyelesaikan semuanya dan keluar dengan cepat.” (aug/MK02)

.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts
exentrix
Read More

EXENTRIX: Ajak Kembalikan Rock yang Teknikal

Walau kini hanya diperkuat dua personel, namun Exentrix masih menyimpan energi rock yang meledak-ledak, seperti yang tersalurkan di karya terbarunya.