IRON VOLTAGE Eksploitasi Thrash Metal Gaya Lama di “Devastation”

Perjalanan menuju pelampiasan album studio debut yang bisa dibilang telah dipanaskan sejak sebulan sebelum band thrash metal asal Bandung, Jawa Barat ini resmi terbentuk, akhirnya menemui ujungnya. Tepat pada Kamis, 1 Desember 2022 lalu, album penuh Iron Voltage yang bertajuk “Devastation” akhirnya dihempaskan ke sjena metal via Disaster Records.

Di karya rekaman kolektifnya ini, band yang dideklarasikan kelahirannya pada September 2020 lalu ini mencoba menaikkan kembali takaran thrash metal gaya lama, yang belakangan mereka anggap seolah senyap dari rotasi genre di ranah musik ekstrim Tanah Air. 

“Mengingat band thrash sekarang sudah mulai memainkan musik thrash yang modern, dan hanya sedikit yang memainkan oldschool thrash, kami ingin membuka memori lama itu untuk dimainkan lagi di masa sekarang, sehingga band thrash di Indonesia ini bisa lebih berwarna lagi dan lebih fresh lagi, meskipun membawa warna musik yang oldschool,” seru pihak band kepada MUSIKERAS, beralasan.

Konsep thrash metal yang diterapkan Iron Voltage sendiri di album “Devastation” sedikit banyak mengacu pada kegarangan band-band dunia panutan mereka seperti Exodus dan Metallica di era awal, hingga thrash revival macam Power Trip. “Dan juga sedikit pengaruh dari Pantera, karena konsep album ini masih nyambung dengan dengan single sebelumnya, kami hanya meneruskan saja.”

O ya, sebelumnya Iron Voltage yang diperkuat formasi Edy Haryants (vokal), Yowdi Santiar (gitar), Reyga ‘Ega’ Adi Glatira (gitar), Eka Nurzaman (bass) dan Garry ‘Ge’ Yulianto (dram) sudah lebih dulu berkoar lewat rilisan “Demo 2020” yang mulai diperdengarkan pada 11 Desember 2020. Demo itu memuat tiga amunisi panas, masing-masing bertajuk “Power Mad”, “Enslave Warfare” dan “Wasted to Death”. Setelah itu, ada satu lagu rilisan tunggal berbahaya lainnya yang menyusul, berjudul “Immortal Crush” pada pertengahan April 2021 lalu. Keempat lagu itu menjadi bagian dari album “Devastation”, bersama enam lagu lainnya.

.

.

Salah satu lagu lainnya, yakni “Levels of Carnage” disebut Iron Voltage sebagai karya mereka yang paling menantang eksekusi rekamannya secara teknis. Karena saat penggarapannya, mereka terpaksa harus memainkan tempo dan dinamika yang berubah-ubah, mulai dari kecepatan, groove hingga mid tempo. “Dan lagu ini juga menjadi (karya) terakhir yang kami selesaikan saat pembuatan album. Karena prosesnya yang rumit dan dinamika musiknya yang berubah-ubah.”

Dari sisi lirik, secara garis besar album “Devastation” menceritakan masa-masa gelap di tengah perang dunia kedua terjadi. Begitu banyak kehancuran dan korban jiwa yang berjatuhan. Masa itu merupakan masa dimana hasrat para pemimpin dunia membuncah untuk berkuasa dengan menyodorkan pion-pion budak untuk berperang. Prajurit maju bertempur membawa delusinasionalisme, menanggalkan rasa iba dan kemanusiaan, membunuh atau dibunuh.

Banyaknya manuver eksperimentasi, membuat proses kreatif penggodokan “Devastation” dikerjakan para personel Iron Voltage secara mandiri, dengan memaksimalkan studio rekaman rumahan. Termasuk untuk vokal. Hanya isian dram yang harus dieksekusi di Funhouse Studio, Bandung. Keseluruhan tahapan berlangsung selama hampir setahun. Dan sepanjang menjalani prosesnya, mereka sempat terhadang kendala teknis, dimana hampir keseluruhan data rekaman hilang.

“Di tengah proses mixing, semua file hilang, karena perangkat terformat. Sehinga terpaksa harus mengerjakan semuanya dari awal karena belum (sempat) ter-backup ke device lain. Untungnya file (rekaman) dram masih ada. Tapi terpaksa gitar, bass dan vokal di-take ulang. Itu yang memakan proses cukup lama. Tadinya (album) akan rilis awal tahun dan akhirnya mundur di akhir 2022,” beber mereka mengungkapkan.

Lalu saat mengeksekusi isian gitar, Iron Voltage juga sempat melakukan rekaman ulang lantaran tidak puas dengan karakter suara yang dihasilkan. Tiap lagu melibatkan tiga kali perekaman untuk gitar. “Setelah selasai 10 lagu, kami dengarkan berulang-ulang. Karena sebelumnya kami menggunakan senar ukuran 0,10, akhirnya kami ganti dengan ukuran 0,09 untuk mendapatkan karakter (yang diinginkan), dan akhirnya take ulang….”

Satu hal unik yang dilakukan di album “Devastation” adalah adanya keterlibatan ilustrator asal Italia, Velio Josto di perancangan sampul album. Padahal, sejumlah personel Iron Voltage sendiri juga berprofesi sebagai ilustrator. Velio yang dihubungi Iron Voltage pada September 2021 lalu, sebelumnya dikenal telah membuktikan kelihaian bakat artistiknya di sampul album milik band-band seperti Vulture, Alkoholizer, Cruel Force hingga Enforcer.

“Karena kesibukan untuk membereskan rekaman album ini, jadi kami mempercayakannya kepada Velio Josto. Meskipun beberapa personel ilustrator juga. Kami tertarik pada Velio karena desainnya sangat cocok untuk kebutuhan visual Iron Voltage, mengingat jam terbang Velio di dunia illustrasi sudah cukup lumayan, dan juga untuk menambah eksposur untuk band. Khususnya di thrash metal, speed metal bahkan black metal. Jadi kami mempercayakannyan (kepada Velio),” ujar pihak band mengungkap alasan.

“Devastation” yang diproduksi dalam kemasan fisik (CD) sudah bisa didapatkan melalui pemesanan di akun Instagram @dsstrrecs, serta marketplace Disaster Records dan juga seluruh flagship store Maternal Disaster. (mdy/MK01)

.

.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts
exentrix
Read More

EXENTRIX: Ajak Kembalikan Rock yang Teknikal

Walau kini hanya diperkuat dua personel, namun Exentrix masih menyimpan energi rock yang meledak-ledak, seperti yang tersalurkan di karya terbarunya.