Hipnosis Massal Konser Epik BABYMETAL di Jakarta 

Kerinduan menyaksikan Babymetal sudah terpendam sejak trio cantik itu pertama kali tampil di Anime Festival Asia Indonesia (AFA ID), Jakarta pada 2013 silam.
babymetal
Babymetal

Babymetal akhirnya konser lagi di Jakarta!

Menonton konser band idola merupakan suatu kesempatan emas. Siapa pun pasti tidak akan rela melewatkannya. Selain bisa dengan jelas melihat paras rupawan sang bintang, euforia berada di tengah lautan manusia yang bersenandung seirama tentu menjadi momen yang tidak terlupakan. Mungkin akan terpatri dalam memori kamu sepanjang masa.

Euforia The One Indonesia

Pasalnya, konser pionir Kawaii Metal bentukan 2010 ini di Jakarta sudah cukup lama diantisipasi oleh para ‘The One’ – sebutan penggemar fanatik Babymetal – di Indonesia. Terutama sejak konser “Metal Galaxy World Tour” yang semestinya digelar oleh promotor Nada Promotama pada 29 Maret 2020 lalu, namun batal lantaran imbas pandemi Covid-19.

Dan sebenarnya, kerinduan sebagian The One sudah berlangsung setelah trio gadis cantik Su-Metal, Moa-Metal, dan Yui-Metal pertama kali tampil di Jakarta meramaikan Anime Festival Asia Indonesia (AFA ID) 2013 silam. Namun di era itu, album studio debut “Babymetal” belum dirilis hingga setahun kemudian. Popularitas mereka dituai melalui sederet lagu tunggal yang hit. Dan saat itu pula, sayangnya Babymetal beraksi di atas panggung bukan bersama Kami Band. Melainkan bersama Babybones, grup band berkostum tengkorak yang tampil ‘lip-sync’.

Padahal sejak akhir 2012, Babymetal sudah mulai tampil live bersama Kami Band yang dihuni gerombolan musisi berkemampuan teknik level virtuoso. Formasi mereka sering dirotasi, dan yang paling terkenal adalah gitaris Takayoshi Ohmura, Leda Cygnus, bassis BOH, dramer Aoyama Hideki serta mendiang gitaris Mikio Fujioka. Namun hanya untuk keperluan event atau festival tertentu sebelum akhirnya Kami Band dibaptis sebagai pengiring tetap Babymetal. Walhasil, keputusan tepat tersebut membuat konser Babymetal menjadi jauh lebih memukau dan menarik massa fanatik.

Sebelumnya, Babymetal sempat dianggap ‘lelucon’, namun perlahan tapi pasti diakui kegarangannya di skena metal internasional. Kesimpulannya, The One Indonesia sudah lama mengidamkan konser Babymetal bersama Kami Band!

Faktor-faktor itulah yang menjadi sebagian hulu ledak euforia konser kedua Babymetal di Indonesia gelaran promotor iMe Indonesia ini. Dan Jakarta mendapat kehormatan menjadi titik ‘kick off’ “BABYMETAL World Tour 2023” yang digelar di ICE BSD Hall 10, Tangerang Selatan (tidak benar-benar berlokasi di area Jakarta), pada Kamis (25/5) lalu. Setelah Indonesia, Babymetal bertolak ke Thailand, Hong Kong, Taiwan, Malaysia, Australia, Jepang, Amerika Serikat dan Eropa, menjalani jadwal tur yang padat hingga akhir tahun ini. 

Suasana Pra-Konser

Pemandangan beberapa jam sebelum konser cukup menarik mata yang tertuju pada maraknya para The One yang didominasi remaja berpakaian serba hitam. MUSIKERAS melihat, tidak sedikit perempuan muda berpenampilan nyentrik atau yang menirukan dandanan (cosplay) trio personel Babymetal. Sedangkan yang lelaki menerapkan corpse paint ala personel Kami Band. Pasukan lainnya ada yang membawa bendera Babymetal Indonesia Fansu dari berbagai kota. Antusiasme besar konser juga terlihat dari merchandise resmi Babymetal yang terjual habis.

Setelah masuk ke Hall 10, ternyata area konser yang dipakai hanya sekitar tiga perempat dari luas total area tersebut. Sisanya dipakai untuk jalur keluar-masuk penonton yang terbagi tiga kategori, yakni VIP, Cat 1, Cat 2 dengan masing-masing posisi A (kiri) dan B (kanan) dari depan panggung. Keseluruhan sekat dinding ditutupi kain hitam. Kekhawatiran konser ini bakal sepi terbantah keras oleh realita di venue. Ternyata penonton sudah memadati sisi A dan B tiap kategori sejak pukul 19:30 WIB.

Maklum, sejak sebulan menjelang konser, cukup ramai netizen penggemar Babymetal yang mengeluhkan tingginya harga tiket – yang dimulai dari harga Rp 1,6 juta hingga Rp 2,3 juta – serta pemilihan waktu yang bukan akhir pekan. Hal pertama tentunya hanya promotor yang tahu pasti alasannya. Hal kedua, jika digeser ke 26 Mei, maka akan bentrok dengan konser Suga aka Agust D (personel boyband asal Korea, BTS) yang juga berlangsung di ICE BSD. Sementara di akhir pekan, Babymetal sudah terjadwal tampil di Bangkok, Thailand. 

The One Disabilitas

Di dalam area konser, saya menemui salah seorang The One penyandang disabilitas yang menonton di kategori Cat 1 A bersama saya. Namanya Faqih, berusia 22 tahun. Dia datang dari Yogyakarta ditemani Ibunda tercinta. Pemuda yang duduk di kursi roda ini mengaku sedang proses penyelesaian skripsi kuliahnya di jurusan Teknik Komputer, Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta. “Saya suka Babymetal sejak tahun 2019. Lagu yang paling saya tunggu ‘Road of Resistance’, semoga dibawain,” ucap Faqih. Ia bersama penyandang disabilitas lainnya ditempatkan khusus oleh penyelenggara di pojok area Cat 1 A, di balik pagar besi sebagai pelindung dari gesekan penonton di mosh pit

Babymetal Death!

Sekitar 10 menit sebelum konser dimulai, ribuan penonton sudah menyerukan yel-yel “Babymetal…!” yang diikuti tepuk tangan tiga kali. Tepat jarum jam di angka delapan, lampu di dalam venue padam dan penonton serentak berteriak histeris. Layar LED raksasa sebagai latar panggung mulai menampilkan film introduksi Babymetal bergaya kolosal yang bermuara kur lagu pembuka konser: “Babymetal Death”!

Satu per satu personel Kami Band mengambil posisinya masing-masing dan disusul oleh Moa Kikuchi a.k.a Moa-Metal, Suzuka Nakamoto a.k.a Su-Metal, dan Momoko Okazaki a.k.a Momo-Metal (pengganti resmi Yui Mizuno a.k.a Yui-Metal) berjalan pelan diiringi gemuruh dobel bass drum dan ritem gitar berdistorsi bak gergaji yang sangar. Histeria massal membahana ketika penonton pertama kali melihat ketiga sosok trio Babymetal secara langsung.

Yup, mereka nyata di depan mata, bukan di depan layar ponsel atau komputer! Terlihat jelas paras wajah asli mereka yang lebih cantik dan menawan. Begitu musiknya masuk ke tempo cepat, penonton di beberapa kategori terlihat membentuk circle pit kemudian berlompat-lompat sambil sing along: ‘Desu!’ lima kali sebagai bridge vokal tiap personel Babymetal secara berurutan. ‘Su-Metal Desu! Moa-Metal Desu! Momo-Metal Desu! Babymetal Desu!’ Dilanjutkan refrain vokal bergaya pemandu sorak yang diiringi riffing keren: ‘B-A-B-Y-M-E-T-A-L’ yang diikuti penonton.

Usai komposisi “Babymetal Death” lampu langsung padam. Hanya jeda satu menit, lagu “Megitsune” segera mengambil alih untuk mengajak penonton berdansa sambil bersorak ‘Sore Sore Sore!’. Tidak sedikit penonton yang bersorak sambil mengikuti koreografi Moa, Su dan Momo. Di pertengahan salah satu hit dari album pertama tersebut, Su-Metal mulai menyapa penonton dalam berbahasa Indonesia. “Selamat malam Jakarta! Kami Babymetal, apa kabar?” seru vokalis utama grup ini dengan senyum manisnya. Tentu saja penonton menjawab dengan senang, “Baiiiiik!”. Sebelum melanjutkan lagu, Su-Metal berteriak lagi, “Are you ready?” yang langsung disusul gelombang gerakan massa berdansa brutal bagaikan pusaran bah.

“line!” untuk Jakarta

Lagu ketiga masih berkutat di album pertama. Namun, kali ini Babymetal memainkan lagu yang jarang dimainkan secara live. Yup, “line!” merupakan lagu yang pertama kali dimainkan di luar Jepang, negara asal mereka sejak 2017. Lagu hibrida J-pop metal yang berelemen dansa elektronik yang kuat ini menjadi kejutan spesial bagi The One yang mengikuti sepak terjang Babymetal sejak awal karirnya. 

Di lagu “Shanti Shanti Shanti”, Babymetal menurunkan tensi sejenak. Sebuah lagu dari album ketiga mereka, “Metal Galaxy” (2020) yang memiliki bauran corak instrumentasi India dengan bahasa Jepang dan Sansekerta. Lagu yang lebih menyulut dansa ketimbang headbanging ini terbilang unik dan diperkuat pula dengan visual artistik bernuansa Hindu. Koreografi mereka di lagu ini pun eksepsional. Sweet and tender.

Pada 24 Maret lalu, Babymetal merilis album studio baru atau album keempat, “The Other One” dan tur dunia mereka ini tentu saja untuk mendukung album tersebut. Maka dimainkanlah repertoar dari karya itu. Diawali dengan “Maya”, lagu catchy bertempo sedang dengan bauran metalcore dan elektronik, dengan riffing utama penyulut headbanging yang bikin nagih. Sebagian besar penonton terlihat cukup hafal dengan nada lagunya secara garis besar. 

Demikian pula saat lagu “Metalizm” yang lebih kental akan elemen elektroniknya diluncurkan. Penonton begitu menikmati lagu bergaya industrial metal tersebut walau tidak terlihat aktivitas ekstrim di moshpit. Hanya tepukan dan kepalan tangan di udara dan anggukan kepala. Visualisasi latar dan tata lampunya pun sedap dipandang dan mampu mengekspresikan emosi lagu.

Sebelum lanjut ke lagu baru lagi, Babymetal kembali ke album “Metal Galaxy” untuk menggelontorkan “BxMxC” sebagai pemantik semangat penonton, setelah diistirahatkan di lagu sebelumnya. Ribuan penonton kompak bersorak “B-M-C!” menyahuti vokal rap Su-Metal di lagu bergaya trap metal tersebut. Meski bertempo sedang, komposisi metalcore berelemen hip hop itu mampu menciptakan headbanging massal. 

Kembali ke album “The Other One”, lagi-lagi Babymetal turun tempo dengan memainkan “Monochrome”. Meski demikian, lagu ini juga menyulut penonton untuk sing along; ‘Oh-Whoa Oh-Whoa Oh-Whoa…’ sambil melambai-lambaikan tangan di udara. Seni visual di layar belakang yang dominan warna kelam dan kalem menambah nuansa manis lagu ini. Kualitas vokal Su-Metal memang luar biasa, merdu dan stabil walau sambil berdansa. Di pertengahan lagu, cewek yang kini berusia 26 tahun ini pun memerintahkan penonton untuk menyalakan flash light dari ponsel masing-masing.

Please help to shine light this dark dark world, take your phone out,” serunya lantang. Ribuan penonton langsung mematuhi perintah Su dan sang ‘Ratu Babymetal’ itu pun merespon senang. “Wow, I can see so many lights, it’s so beautiful, terima kasih Jakarta!” 

Berakhirnya ‘Monochrome’ tanda usainya waktu istirahat penonton. Jurus berikutnya, Babymetal kembali memantik penonton gila-gilaan di lagu “Distortion” dari album “Metal Galaxy”. Koreografinya pun kembali energik. Moa-Metal dan Momo-Metal terlihat lebih menggemaskan. ‘Give up, give up, can’t stop the power’, sorak penonton mengiringi vokal Su-Metal dan juga memiliki yel-yel ‘Whoa Whoa Whoa’. Lagu sarat bagian gempuran dobel bass drum dan chugga riff ini juga memiliki bagian pemancing tepuk tangan massal di udara. 

Bring it on… Pa Pa Pa Ya!!

Tetapi itu tidak ada apa-apanya. Salah satu highlights konser ini adalah pada saat lagu “Pa Pa Ya!!” berkumandang. Ribuan penonton berdansa, melompat, ber-sing along secara non-stop mengikuti entakan irama bernuansa riang yang sangat provokatif. Semuanya hanyut dalam pusaran arus yang mengandung dopamin tinggi dari awal hingga akhir lagu. Problematika hidup seketika lenyap melalui handuk atau bendera yang dikibas-kibaskan di udara.

Bring it on bring it! Pa Pa Pa Pa Ya! Bring bring bring bring it,’ teriak Su-Metal melantunkan lirik yang begitu melekat di kepala. Lagu yang sarat yel-yel serta permainan riff dan synth yang infeksius ini sukses ‘memecahkan’ penonton. Pada saat bagian vokal rapper F. Hero, hanya ditampilkan di layar LED tanpa mengurangi kualitas suguhan konsernya.

Lagu berikutnya, Babymetal kembali membuka katalog lama dengan menggeber “Gimme Chocolate!!”. Mega hit lawas ini sukses menciptakan suasana mosh pit menjadi brutal dengan hantaman riff dan degup pemicu headbanging dan pogo. Hebatnya sekaligus menampilkan gaya vokal imut dan koreografi yang menggemaskan dengan refrain yang super catchy. Sepertinya lagu ini wajib masuk dalam set list konser Babymetal.

Babymetal kali ini tidak memberi ampun ke penonton. Lagu yang biasanya menjadi pamungkas konser ini digeber lebih dahulu. Karya rekaman bernuansa epik power metal ini juga tidak pernah luput dari daftar lagu di konser Babymetal. Yes, apalagi kalau bukan “Road of Resistance” yang intro dual gitarnya sekeren ‘Helion’-nya Judas Priest. Lagu ini sendiri didesain untuk menciptakan ‘wall of death’, di mana Su-Metal memberi isyarat untuk membelah kerumunan pentonon melalui gerakan kedua tangannya. Ketika dia memberi aba-aba ‘One Two Three Go!’ dan musik bertempo cepat masuk, kedua belah kerumunan penonton dari kedua sisi saling bertubrukan dan kemudian membentuk circle pit mengikuti irama yang super energik. Lagu ini memang memiliki yel-yel yang paling anthemic. ‘Whoa Oh Whoa Oh Whoa Oh Whoa Oh’ berulang kali. Lagu ini tidak pernah gagal meninggalkan impresi di hati penonton. Permainan Kami Band pun semakin memukau, terutama saat solo gitar shredding yang sahut-sahutan.

Kembali ke konser. Usai menggedorkan “Road of Resistance”, lampu kembali dipadamkan dan Babymetal menghilang ke balik panggung. Satu, dua, tiga menit mereka belum juga muncul lagi untuk memancing encore. Kali ini penonton tidak teriak ‘We want more!’ seperti konser-konser umumnya, melainkan yel-yel ‘Babymetal!” yang diikuti tepuk tangan tiga kali.

Akhirnya Babymetal muncul dengan menggeber lagu baru, “Metal Kingdom’. Sepertinya lagu bertempo sedang ini sebagai pemanasan sebelum mereka kembali merangsek dengan komposisi cepat. Lagu ini memiliki refrain yang gampang nyantol di kuping dan vokal latar Moa dan Momo di bagian chorus. Sayang sekali, usai lagu ini, “Divine Attack -Shingeki-“ yang merupakan single pertama dari album “The Other One” tidak dibawakan.

Menolak Berakhir 

Babymetal menutup konser ini dengan hit lawas “Ijime, Dame, Zettai” yang merupakan lagu anthem untuk melawan bullying. Tentu saja, masing-masing area kategori penonton kembali ‘pecah’ di sepanjang lagu bergaya power metal tersebut. Usai lagu ini, Su-Metal mengapresiasi penonton. “Thank you for coming down to Babymetal show today! It’s great to be back to Indonesia! You gave us so much power!”. Kemudian dia bertanya, “How was our show?”, yang langsung dijawab sebagian besar penonton, “Amazing! Great!”

Namun kalimat terakhir justru menjadi momentum yang bikin sedih. “Terima kasih! Sampai jumpa,” ucap Su-Metal sambil melambaikan tangan bersama Moa-Metal dan Momo-Metal. Bagaimana tidak, salah satu mega hit yang masih ditunggu-tunggu penonton ternyata tidak dibawakan malam itu. Ya, apalagi kalau bukan “Karate”. Tentu saja masih banyak lagu keren lainnya yang diharapkan masuk dalam set list. Tetapi “Karate”, men! Sama perkaranya jika Iron Maiden tidak membawakan “The Number of the Beast” atau Metallica luput memainkan “Master of Puppets”. Oh men, konser Babymetal yang nyaris sempurna ini berakhir dengan total 14 lagu. Never get enough

Sindrom Pasca-Konser

Sebuah konser ‘mimpi’ yang menjadi kenyataan, khususnya bagi para The One Indonesia. Segala sesuatunya berjalan tanpa kendala yang berarti. Tata suara, seni visual serta penataan cahayanya patut diacungkan dua jempol. Di momen inilah kita menikmati euforia dan bahagia karena tubuh memproduksi dopamin yang menimbulkan energi besar dan kita menjadi merasa sangat termotivasi. Namun ketika konser berakhir, kita dipaksa oleh kenyataan bahwa euforia yang kita rasakan hanya sementara dan adrenalin menurun drastis. Oleh karena itu, hari-hari pasca konser kita akan merasa kelelahan luar biasa, sedih, kehilangan motivasi, dan perasaan hampa karena tubuh kehabisan dopamin. Fantasi-fantasi suasana konser dan performa super keren Babymetal terus menghantui, membuat pikiran terpusat pada ‘keinginan untuk mengulang’. Imajinasi wajah cantik Su, Moa dan Momo serta koreografinya yang begitu menggemaskan sulit hilang dari pikiran. Tetapi syukurlah, dengan total bed rest dan pola hidup sehat, post-concert syndrome saya bisa sembuh.

Sebenarnya konser Babymetal ini berpotensi menyedot jumlah penonton lebih banyak. Mungkin salah satu alasan promotor iMe Indonesia mematok harga tiket yang dinilai terlalu tinggi lantaran kapasitas venue yang tidak begitu besar. Semoga tahun depan Babymetal bisa kembali ke Indonesia dan tampil di venue berkapasitas yang lebih besar, atau menjadi salah satu headliner di sebuah festival musik akbar. (Bimo D. Samyayogi)

Kredit foto: Dok. iMe Indonesia

.

.

2 comments
Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts
worthless
Read More

WORTHLESS: Dari Rasa Sakit Menjadi Duka

Dengan formasi terkini, Worthless tunjukkan kematangan dalam meramu karya yang penuh intensitas, lewat sebuah album mini (EP) terbaru.