Buckskin Bugle menandainya lewat perilisan karya rekaman terbaru. Sebuah lagu energik bertajuk “Came Home Again” yang telah mengudara sejak 8 Agustus 2025 lalu.
Yang menarik, proses rekaman “Came Home Again” ini sendiri menghadirkan kolaborasi yang tidak biasa. Adalah Sandi Haerudin, seorang Buckskin Buddies (sebutan untuk penggemar setia band asal Bandung tersebut) yang kini dilibatkan, berperan sebagai produser.
Sandi, yang telah mengikuti perjalanan musik band ini sejak awal, membawa pemahaman mendalam tentang karakter, semangat, dan arah musikal Buckskin Bugle, sehingga proses kreatif berjalan mulus tanpa hambatan berarti.
Direkam di This Street Record studio, Bandung, “Came Home Again” memadukan energi khas Buckskin Bugle dengan sentuhan produksi yang segar. Lagu ini menjadi representasi evolusi musikal entitas tersebut dari masa ke masa, tanpa kehilangan identitas yang telah dibangun sejak awal perjalanan.
Dengan “Came Home Again”, Buckskin Bugle tidak hanya mempersembahkan karya baru bagi para pendengar, tetapi juga membuktikan bahwa hubungan erat antara band dan penggemar dapat berkembang menjadi kolaborasi kreatif yang autentik dan berkesan.
Titik Balik
Sebenarnya, proses kreatif penggarapan “Came Home Again” sudah berakar sejak dua tahun lalu, ketika vokalis dan bassis Tedi Setiadi mulai menulis materi demo setelah pindah domisili dari Bandung ke Bekasi.
Materi-materi itu awalnya masih berupa versi dasar (beta version) dan sempat tertunda karena dinamika internal di band. Namun, momen ini justru membuka jalan untuk berbenah dan menemukan energi baru dalam proses kreatif.
Pertemuan kembali dengan Sandi Haerudin – seorang teman lama yang kini merintis studio rekaman—menjadi titik balik penting. Dalam waktu singkat, Tedi dan Sandi berhasil merombak aransemen “Came Home Again”. Bahkan lebih cepat dari ekspektasi.
Proses rekaman musik lantas dilakukan di ThisStreet Record Studio, Bandung, sementara rekaman vokal dieksekusi di Stockroom HQ, Bandung.
Secara keseluruhan, proses dari aransemen ulang hingga tahap mixing dan mastering membutuhkan waktu sekitar dua minggu.
O ya, sementara ini, Buckskin Bugle tidak lagi berformat band. Hanya ada Tedi yang tersisa. Tapi, seperti yang diungkapkan kepada MUSIKERAS, semangat untuk terus berkarya dan berkembang tidak padam.
“Justru situasi ini memberi keleluasaan lebih untuk bereksplorasi, mengeksperimen dengan ide-ide baru, sekaligus menjaga benang merah identitas musik Buckskin Bugle yang sudah dibangun sejak awal,” ujar Tedi meyakinkan.
Buckskin Bugle sendiri terbentuk sejak 1997 silam, dan tentu sudah melalui berbagai fase perubahan musikal. Dari era rekaman analog dengan hasil yang raw dan minimalis, kemudian beradaptasi dengan rekaman digital sederhana. Hingga kini memanfaatkan teknologi rekaman modern dengan kualitas high-resolution—semua itu membentuk perjalanan evolusi peracikan identitas bunyi musiknya.
“Secara musikal, di ‘Came Home Again’ kami mencoba menghadirkan pendekatan baru dalam melodic punk/pop punk dengan memperhatikan detail produksi, pemilihan intro, melodi, hingga groove yang lebih relevan dengan era sekarang. Perubahan ini mungkin akan terasa jelas bagi mereka yang sudah mengikuti kami sejak awal.”
Bawah Sadar
Tedi tidak mengklaim diri sebagai band yang ‘unik’, namun ia percaya pada kerja keras, konsistensi, dan proses adaptasi. Identitas Buckskin Bugle terjaga lewat ciri khas vokal, karakter aransemen, serta pendekatan post-production yang memadukan semangat punk lama dengan sentuhan produksi modern.
“Standar awal kami adalah bagaimana membawa sound dari album ‘Langkah Penuh Harap’ ke level yang lebih segar dan relevan dengan perkembangan musik saat ini. Di sisi lain, peran Sandi sebagai produser sangat besar dalam mengarahkan detail aransemen. Banyak inspirasi yang muncul secara spontan—bahkan dari bawah sadar—selama proses kreatif, sehingga hasil akhirnya terasa lebih natural namun tetap fokus pada karakter band,” urai Tedi memberi detail.
Dalam meracik komposisi serta aransemen “Came Home Again”, Tedi mengaku banyak dipengaruhi oleh musik-musik yang memang ia kagumi, terutama dari ranah hardcore/punk hingga pop punk dengan sentuhan hardcore.
“Referensi yang kami ambil sifatnya tidak spesifik, lebih kepada spirit dan energi dari genre tersebut, lalu kami olah menjadi sesuatu yang relevan dengan identitas Buckskin Bugle hari ini.”
Usai perilisan “Came Home Again”, fokus Tedi berikutnya adalah melanjutkan proses produksi menuju karya yang lebih besar. Saat ini ia sudah merekam tiga lagu dari sekitar 27 tabungan materi demo. Targetnya, materi itu akan dirangkai menjadi sebuah album penuh.
“Kami ingin memastikan setiap lagu yang masuk benar-benar merepresentasikan identitas Buckskin Bugle sekaligus menghadirkan sesuatu yang relevan dengan pendengar hari ini.”
Untuk mendapatkan kualitas yang diinginkan, Tedi menginginkan prosesnya berjalan wajar, tanpa tindakan yang terburu-buru. Baginya, album ini bukan sekadar kumpulan lagu, tapi juga sebuah pernyataan musikal tentang siapa Buckskin Bugle sekarang dan ke mana arah perjalanan band ini ke depannya.
“Jadi, mohon ditunggu, karena kami sedang menyiapkan sesuatu yang lebih matang dan berarti!”
Sejak 8 Agustus 2025 lalu, “Came Home Again” sudah tersedia di berbagai gerai digital streaming serta di kanal YouTube. (mdy/MK01)
 
			 
												 
												 
												 
												 
				 
						 
						 
						