VOIEL kembali meletupkan lagu rilisan tunggal terbaru, hanya berjarak beberapa bulan dari karya lepas sebelumnya, “Withered” yang diluncurkan pada 23 April 2025 lalu.
Kini, unit independen yang menganut paham post metal/shoegaze asal Jakarta ini meluncurkan lagu berjudul “Judas”, pada 5 September 2025 lalu. Bercerita tentang kesetiaan yang hancur. Sebuah himne pengkhianatan, lahir dari sunyi setelah pisau jatuh.
Lagu ini, menurut personelnya; vokalis Alfian Adi Putra, gitaris Arief Muhammad (Gorebone) dan dramer Ardian memanggul amarah sekaligus nestapa. Menenun luka menjadi sesuatu yang abadi.
Aransemen dan lirik “Judas” sendiri ditulis oleh Arief Muhammad pada April 2025, tak lama setelah merilis “Withered”.
“Proses kreatifnya melibatkan banyak eksperimen, bahkan sempat melalui beberapa versi sebelum akhirnya menemukan bentuk final,” ulas pihak VOIEL kepada MUSIKERAS.
“Judas” direkam di X Studio, ketika VOIEL baru diperkuat dua personel, yakni Arief dan Alfian saja. Dalam proses rekaman, Arief yang juga merupakan pendiri band, mengeksekusi isian gitar dan bass. Sementara Alfian mengambil alih dram dan vokal.
“Meskipun hanya berdua, kami berhasil menyelesaikan ‘Judas’ setelah tiga bulan penuh bereksperimen dan pengolahan ide kreatif, yang akhirnya melahirkan sebuah karya yang kami banggakan.”
Dalam peracikan musiknya, VOIEL menggabungkan atmosfer gelap post-metal dengan keindahan tekstur shoegaze. Gitar yang berat dan penuh distorsi mereka padukan dengan efek delay dan reverb yang memberikan dimensi luas dan introspektif.
“Kami tidak hanya fokus pada sound yang kuat, tapi juga pada vokal emosional yang bisa dirasakan pendengar. Ada kontras antara kehampaan dan ketenangan dalam kehancuran itu sendiri,” urai pihak band lagi menegaskan konsepnya.

Lebih jauh, mereka juga mengungkapkan bahwa cara mereka membangun suasana di lagu-lagunya sebagai karakter yang membedakan VOIEL dengan band-band yang bereksplorasi di ranah yang sama.
Setiap elemen musik, mulai dari feedback, ketukan dram, distorsi bass hingga aksi panggung vokal yang ekspresif, mereka rancang untuk bisa berbicara dan meresonansi dengan pendengar secara pribadi.
“‘Judas’ bukan sekadar perjalanan musikal, tapi juga sebuah pengalaman emosional yang kami harap bisa dirasakan, bukan hanya didengar.”
Komposisi musik yang diterapkan di “Judas”, disebutkan oleh VOIEL, terinspirasi oleh kekuatan atmosferik dan emosional dari beberapa ikon musik yang sangat mereka kagumi.
Di antaranya dari band-band mancanegara macam Deftones dan Marilyn Manson (AS) serta Amenra (Belgia). Dari Deftones, mereka mengakui menyerap kedalaman tekstur suara dan kontras dinamis yang tajam.
Lalu dari Marilyn Manson, mereka mengambil keberanian untuk mengeksplorasi sisi gelap dan eksperimental dalam musik. Sementara dengan Amenra, mengajarkan mereka tentang kekuatan intensitas emosional yang ‘kasar’ dan mendalam.
“Gabungan pengaruh ini membentuk fondasi musikal ‘Judas’, menciptakan sebuah karya yang tidak hanya berat, tetapi juga penuh dengan lapisan emosional yang kompleks.”
Keseluruhan referensi serta inspirasi lantas diramu dalam konteks post metal/shoegaze, yang sejak awal memang dianggap memberi kenikmatan tersendiri bagi para personel VOIEL dalam memainkannya. Menurut mereka, ada kebebasan dalam mencipta dinding suara yang masif tapi tetap melodius.
“Tantangannya adalah menjaga keseimbangan antara bising dan keindahan, antara energi dan melankoli. Di situlah kami menemukan ruang untuk jujur menyalurkan perasaan, dan itu yang membuat genre ini selalu hidup buat kami.”
Dengan dua modal lagu yang telah diperdengarkan ke khalayak musik, yakni “Withered” dan “Judas”, kini VOIEL semakin fokus untuk menyiapkan materi album penuh. Proyek yang mereka sebut sebagai ‘sesuatu yang lebih besar’.
“Prosesnya masih berjalan, tapi kami ingin menjadikannya perjalanan emosional yang lebih dalam untuk tahun ini.”
Kedua lagu rilisan VOIEL bisa didengarkan via berbagai platform digital, termasuk di tautan kanal Bandcamp ini. (mdy/MK01)