ABE TOBING: Distorsi Industrial yang Satir

Lirik satir Abe Tobing, telah diluncurkan lewat lagu rilisan tunggal terbaru, yang melebur nuansa industrial gelap dengan electro-rock yang kotor.
abe tobing
ABE TOBING

Abe Tobing adalah seorang engineer di siang hari, dan musisi di malam hari. Ia lantas membawa keresahan urban Jakarta ke dalam musik dengan distorsi gitar, elemen elektronik serta lirik satir.

Lewat karya rekaman terbarunya yang bertajuk “Sik Sik Sibatumanikam”, musisi bernama asli Abraham Tobing ini membuat karya yang ia inginkan menjadi cermin sosial, suara resistensi, dan ruang ekspresi yang jujur.

Harapannya kepada para pendengarnya, mereka tidak hanya mendengarkan karyanya sebagai hiburan, tapi juga menangkap pesan. Kalau ada satu-dua orang yang merasa ‘gue gak sendirian’, itu sudah cukup bagi Abe.

“Sik Sik Sibatumanikam” sendiri mengambil ungkapan tradisional, diangkat ke konteks modern sebagai satir kondisi sosial. Ajakan untuk tidak hanya diam dan ikut-ikutan.

“Lagu ini adalah suara resistensi. Bukan sekadar lagu, tapi ajakan untuk berani berbeda dan berani bersuara,” ujar Abe Tobing menegaskan pesan lagunya.

Proses kreatif penggarapannya sendiri dimulai dari potongan lirik atau ide keresahan, yang lantas dilanjutkan lewat peracikan musik menggunakan kombinasi instrumen gitar dengan bantuan program digital audio workstation (DAW).

Abe merekam “Sik Sik Sibatumanikam” secara independen di studio rumahan miliknya. Latar belakang profesinya sebagai software engineer banyak membantu musisi asal Karawang, Jawa Barat (namun telah menetap di Jakarta selama dua dekade) ini untuk lebih teliti secara teknis dalam urusan produksi lagunya.

Kebebasan Tanpa Band

Dari segi musikal, kepada MUSIKERAS, Abe mengungkapkan bahwa ia membalut lagunya dengan nuansa industrial dan electro-rock. Ada distorsi gitar yang kotor, beat elektronik yang gelap, serta lirik satir yang jadi tulang punggungnya.

“Kalau musisi lain mungkin mengedepankan sound yang polished atau sekadar gimmick, saya justru ingin jujur dan apa adanya: musik ini lahir dari keresahan sehari-hari,” cetusnya.

Lalu Abe menambahkan, bahwa yang membuat musiknya berbeda di skena rock adalah cara ia memadukan referensi dari berbagai musisi serta band mancanegara seperti Rob Zombie, Nine Inch Nails, Ministry, hingga Van Halen dan Mötley Crüe, serta musik-musik 90-an, dengan konteks sosial Indonesia.

abe tobing

“Jadi hasilnya bukan sekadar meniru genre, tapi adaptasi yang membumi dengan realitas urban kita.”

Sebagai solois, Abe tentunya mendapatkan kebebasan untuk menentukan sendiri segalanya. Mulai dari menulis lirik, meracik aransemen, sampai tahapan mixing. Semua dikerjakannya sendiri, yang justru membuat prosesnya menantang, sekaligus seru.

“Secara teknis, itu berarti saya harus berpikir ganda: sebagai penulis lagu sekaligus sebagai produser. Tapi justru itu yang bikin seru. Saya bisa mengontrol penuh karakter sound yang saya mau, tanpa harus kompromi. Jadi setiap elemen musik di lagu ini benar-benar mencerminkan visi saya.”

Kebebasan dan keseruan itu pula yang membuat Abe merasa lebih nyaman untuk berkarya sendiri ketimbang bergabung dalam sebuah formasi band.

“Saya dulu berawal dari band, tapi sering kali ide jadi terlalu lama untuk direalisasikan. Diskusi dan kompromi itu penting, tapi prosesnya bisa membuat inspirasi keburu basi,” serunya beralasan.

Sementara buat Abe, momentum itu vital. Kalau ada keresahan, ia ingin langsung dituangkan menjadi karya. Dengan menjalani karier solo, ia merasa bisa lebih cepat, lebih fleksibel dan lebih jujur.

“Tapi bukan berarti saya menutup diri dari kolaborasi. Justru saya tetap terbuka, hanya saja fondasi ide dan eksekusinya saya kerjakan sendiri.”

Usai perilisan “Sik Sik Sibatumanikam”, Abe juga tengah menyiapkan jalan menuju perilisan album penuh, yang ditargetkan rilis pada awal tahun depan. Saat ini, sudah mulai memasuki tahap pematangan materi.

Abe Tobing mencanangkan, album itu nantinya tidak hanya terhidang di berbagai platform digital, namun juga bisa tersedia dalam format fisik seperti CD atau piringan hitam (vinyl).

“Karena saya percaya musik punya pengalaman berbeda ketika bisa disentuh dan dikoleksi.”

Sebelum “Sik Sik Sibatumanikam”, Abe Tobing telah memperdengarkan dua rilisan lepas, yang masing-masing berjudul “Melelang Keadilan” (9 Juni 2025) dan “Atas Nama Ilahi” (28 Juni 2025). (mdy/MK01)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts
exentrix
Read More

EXENTRIX: Ajak Kembalikan Rock yang Teknikal

Walau kini hanya diperkuat dua personel, namun Exentrix masih menyimpan energi rock yang meledak-ledak, seperti yang tersalurkan di karya terbarunya.