Party at Eden sendiri sudah mulai menancapkan eksistensinya di ranah musik keras Tanah Air sejak 2020, yang diinisiasi oleh dramernya, Vincent Atmadja.
Konteks musiknya, mencoba menerapkan formula yang mengaplikasikan tone ‘djent’, dengan diimbuhi elemen modern metal, groove metal, metalcore hingga post-hardcore.
Seperti yang bisa didengarkan di rilisan lagu tunggal terbarunya yang bertajuk “Crown of the Emperor”. Proyek rekaman pertama mereka dengan vokalis baru, Keisha Andaviar. Di lagu ini, juga menghadirkan kontribusi vokal scream dari Dhika Dongeng.
“Yes, pada karya kali ini kami benar-benar eksperimental dan sangat kontras dibanding beberapa single sebelumnya,” seru Vincent, menegaskan konsepnya kepada MUSIKERAS.
Memang setiap lagu yang mereka rilis, lanjutnya, selalu menghadirkan karakter tersendiri yang unik. Namun khusus di lagu terbaru sedikit lebih menantang karena mereka harus memadukan beberapa unsur trap, progressive, metalcore, electronic dengan tone serta groove yang lebih modern.
Konsep itu terbilang cukup menantang dalam pembuatan lagu ini karena mereka harus bisa memberikan kesan ‘ear catchy’ di telinga pendengar. Sementara di karya rilisan sebelumnya mereka hanya mengeluarkan karya berdasarkan kejujuran isi hati dan pikiran berdasarkan fenomena yang terjadi.
“Khusus kali ini benar-benar menjadi pengalaman baru untuk sedikit bereksperimen di luar pakem sebagai bentuk pendewasaan karakter Party at Eden.”
Gitaris Victor Ibanez Dimarzio juga menimpali, bahwa konsep musik Party at Eden kali ini juga menambahkan warna lain seperti math rock pada bagian verse lagu serta entakan hip-rock yang sangat bounchy setelah reff pertama.
“Juga ada beberapa referensi musik yang menjadi acuan, yang memberikan kesan modern ala-ala Cyber punk,” ujar gitaris Silvester Dani Pratama.
Jika dibandingkan dengan rilisan-rilisan sebelumnya, imbuh bassis Hadi Ming, kali ini juga ada penggunaan range nada yang baru dan fresh. Terutama dengan adanya bergabungnya vokalis baru, Keisha serta keterlibatan vokalis tamu untuk pertama kalinya.
Sopran ke Alto
Walau baru bergabung, pengembangan eksplorasi di lagu terbaru Party at Eden juga dirasakan Keisha. Khususnya, di jangkauan vokal putri dari gitaris Noviar ‘Ovy’ Rachmansyah (/rif) tersebut, yang memang berbeda dibanding vokalis-vokalis sebelumnya.
“Aransemennya memang dibuat memberi ruang untuk aku bereksplorasi. Pasti ini juga jadi salah satu pembeda dari lagu-lagu yang sebelumnya,” katanya.
Tentu saja, para personel Party at Eden melakukan beberapa penyesuaian dengan Keisha saat meracik komposisi serta aransemen “Crown of the Emperor”. Bahkan Vincent menegaskan, hal itu wajib diterapkan. Karena kedua pihak harus bisa menyatu, terutama dalam membangun chemistry.
“Otomatis karakter lagu akan sedikit berubah dengan karakter yang dimiliki Keisha, but it does’t matter…. Hal tersebut bukan menjadi halangan bagi kami untuk berkarya dan menjadi lebih baik bersama ke depannya.”
Yang jelas, lanjutnya, ia percaya bahwa progres yang bertumbuh kembang pastinya akan menghasilkan sesuatu yang lebih baik bagi Party at Eden sendiri.
“Sebagai vokalis baru, aku rasa teman-teman memang menyesuaikan supaya karakternya nyatu sama warna vokal aku. Tapi aku juga melihat ini sebagai kolaborasi. Lagu ini udah punya bentuk, lalu aku masuk untuk memberi warna tambahan, bukan mengubah esensi yang udah ada,” seru Keisha memperjelas.
Lini vokal memang menjadi posisi yang krusial bagi band Jakarta bentukan 12 Februari 2021 lalu ini. Keisha merupakan vokalis ketiga, setelah sebelumnya sempat diperkuat Elly Chia dan Gita Desilia. Namun banyak faktor yang akhirnya membuat mereka harus kembali merombak lini tersebut.
Mulai dari alasan klasik seperti faktor problem internal dari individunya sendiri serta dari pihak eksternal yang sedikit banyak ikut memberi pengaruh. Tapi menurut Vincent, kehadiran Keisha justru membuka peluang eksplorasi baru bagi Party at Eden.
“Yang menarik, sebelumnya Party at Eden suka sekali eksplorasi range dari terbawah – teratas dari segala teknik vokal agar cocok menyesuaikan mood lagu. Itulah mengapa vokalis sebelumnya selalu memiliki timbre yang luas dengan range vokal sopran.”
Namun dengan Keisha yang mulai dikenal para personel Party at Eden sejak 2018 silam, justru memiliki timbre yang unik. Warna suaranya berada di wilayah karakter alto.
Jadi, terpikirkan bagi Vincent dan personel lainnya untuk mencoba mengeksplorasi potensi tersebut, ketimbang mengamini stigma masyarakat awam bahwa suara sopran lebih bagus daripada alto.
“Gue yakin bakal works kok. Keisha nggak kalah bagus juga… and we’ll prove it soon!”
“Karakter vocalnya cukup unik, tidak terdengar seperti penyanyi lokal, (sehingga) menantang kami untuk membuat komposisi musik dengan warna musik yang lebih beragam, up-to-date,” ucap Victor turut meyakinkan.
Lewat momentum “Crown of the Emperor”, Party at Eden berharap ke depannya tidak lagi terjegal urusan gonta-ganti vokalis dan bisa segera melangkah lebih jauh, dengan menyiapkan album. Mereka mengakui, sejauh ini sudah mengantongi tiga materi baru yang bakal segera dirampungkan.
O ya, dalam proses perilisan “Crown of the Emperor”, Party at Eden juga mendapat dukungan dari Haircoolest Barbershop yang menjadikan band ini sebagai duta resmi mereka. Sesuai dengan konsep barber tersebut yang mengedepankan imej modern metal.
Tonton video musik “Crown of the Emperor” via tautan kanal YouTube ini.
Baca juga artikel Party at Eden sebelumnya di tautan ini. (mdy/MK01)