DRAG ME TO HELL: Kobarkan Bara yang Tertunda Satu Dekade

Memanaskan jalan menuju perilisan album mini (EP) debutnya, Drag Me To Hell luncurkan lagu rilisan tunggal yang tertunda sejak 10 tahun lalu.
drag me to hell
DRAG ME TO HELL

Drag Me To Hell bangkit dari tidur panjang. Unit death metal asal Kota Bogor, Jawa Barat ini sempat vakum pada 2014 silam, dan tertidur selama lebih dari satu dekade akibat kesibukan para personelnya.

Tahun ini, band yang digerakkan formasi vokalis Nicko Landa Kemala, gitaris Rizky Moro dan Fandy Moro, bassis Dika Sanga dan dramer Adnan Zahry ini pun menyusun kekuatan baru dan melepas lagu baru, “Delegation Against Tyranny”.

Sebuah karya yang proses penulisannya sebenarnya telah dimulai sejak lebih dari 10 tahun lalu. Berbagai tantangan sempat menghambat kelahirannya, namun justru membuat lagu ini lantas berevolusi menjadi komposisi yang lebih matang, berat dan emosional.

“Saat itu, kami sudah menyiapkan konsep dasar dan beberapa struktur awal lagunya,” ujar pihak band kepada MUSIKERAS, mengenang awal proses kreatif pembuatan lagunya.

Namun karena kendala personal dari masing-masing personel band, mulai dari kesibukan kerja, studi dan komitmen lain mengakibatkan proses penggarapan “Delegation Against Tyranny” terpaksa dihentikan tanpa batas waktu.

Baru pada awal 2025, seluruh personel akhirnya bisa kembali berkumpul dan sepakat untuk melanjutkan karya yang sempat tertunda itu.

“Sejak momen reuni tersebut, proses penulisan ulang, pengembangan komposisi, hingga tahap rekaman kami tuntaskan dalam kurun waktu sekitar tujuh bulan, sampai akhirnya lagu selesai dan dirilis.”

Proses rekaman “Delegation Against Tyranny” dieksekusi di beberapa studio. Untuk isian dram direkam di Rocky Music Studio (Bogor), lalu gitar di Venom Music Studio (Jakarta) dan di Fathin Fawwaz Studio, sementara vokal direkam di Firdi Kraken Studio.

Pendekatan ini untuk mencapai karakter suara paling tepat dan agresif, sekaligus memastikan setiap elemen memiliki kekuatan teknis dan emosional yang maksimal.

drag me to hell

Representasi Simbolis

“Delegation Against Tyranny” sendiri dibangun dengan berondongan riff cepat dan nuansa melodik yang tetap mempertahankan karakter death metal agresif.

Dentuman dram yang intens, komposisi dua gitar yang saling mengisi, serta dinamika bass yang harmonis menghadirkan suasana yang energik.

Komposisi ini dikemas sebagai sajian yang dapat memuaskan pendengar lama sekaligus menarik pendengar baru untuk lebih mengenal Drag Me To Hell.

Sementara untuk liriknya, “Delegation Against Tyranny” tidak memborbardir lewat tema fiksi atau distopia, yang lazim di lirik metal. Melainkan, lebih menyoroti perjuangan melawan ketidakadilan yang mengekang manusia dalam kehidupan nyata.

Seruan ‘God, my righteous plea, guide me to my vengeance!’ menjadi representasi simbolis dari suara mereka yang ditekan dan disisihkan.

Liriknya menggambarkan bagaimana kebebasan selalu memiliki harga, dan dalam banyak situasi hanya dapat diperoleh melalui keberanian serta perlawanan yang tidak bisa lagi dibungkam.

Pesan tersebut menjadikan “Delegation Against Tyranny” bukan hanya sekadar karya musik, tetapi juga deklarasi sikap.

Adnan, sang dramer yang sekaligus menulis liriknya, mengatakan bahwa Drag Me To Hell ingin menghadirkan karya yang bukan hanya keras, tetapi juga bermuatan makna.

Tekstur Modern

Walau tetap berangkat dari death metal, namun Drag Me To Hell ingin ada sentuhan lain yang bisa membuat musik mereka berbeda.

Seperti yang diterapkan di “Delegation Against Tyranny” ini, warna unik yang menjadi pembeda dikucurkan lewat sentuhan nuansa classical rock dengan vokal pitch tinggi dari Togar Naibaho.

Penyanyi tamu ini, juga dikenal sebagai vokalis dari grup modern progressive metal, Indra Lesmana Project (ILP).

“Perpaduan karakter vokal tersebut dengan riffing death metal yang agresif menciptakan klimaks emosional yang menjadi ciri khas komposisi kami,” urai kubu Drag Me To Hell meyakinkan.

“Jadi, walaupun akar kami tetap death metal, kami membangun identitas melalui penggabungan high-pitch rock vocals dan elemen metal modern untuk menciptakan atmosfer yang lebih dinamis.”

Saat peracikan komposisi serta aransemen “Delegation Against Tyranny”, pihak band menyebut album “Oracles” dari band symphonic death metal Fleshgod Apocalypse (Italia) sebagai salah satu acuan. Album itu memadukan elemen seriosa dengan technical death metal.

“Pendekatan mereka dalam menggabungkan musik klasik dengan ekstremitas metal menjadi inspirasi besar dalam membangun pondasi kreatif lagu ini.”

Selain itu, “Kami juga menyerap elemen dari berbagai genre lain untuk memperkaya aransemen. Mulai dari metal modern, progressive, hingga musik orkestra sehingga ‘Delegation Against Tyranny’ memiliki tekstur yang lebih luas tanpa meninggalkan identitas kami.”

Sambil memanaskan kebangkitan Drag Me To Hell lewat “Delegation Against Tyranny”, kini band bentukan 2009 silam ini juga tengah merampungkan EP pertama mereka.

Dipastikan, EP tersebut bakal disesaki lima amunisi lagu, dan akan diluncurkan secara resmi pada Januari 2026 mendatang. (mdy/MK01)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts
exentrix
Read More

EXENTRIX: Ajak Kembalikan Rock yang Teknikal

Walau kini hanya diperkuat dua personel, namun Exentrix masih menyimpan energi rock yang meledak-ledak, seperti yang tersalurkan di karya terbarunya.