“Evil War” dan Kehidupan Baru GIANT STEP

Salah satu artefak sejarah dalam perkembangan musik rock di Indonesia adalah Giant Step. Band ini dimotori oleh Benny Soebardja, musisi legendaris asal Tasikmalaya yang sangat layak disebut sebagai ‘the Godfather’ untuk musik rock progresif underground di Tanah Air. Kiprahnya di panggung musik rock sudah dimulai sejak 1966 silam lewat band The Peels yang termasyhur hingga ke negara tetangga, Singapura dan Malaysia. Lalu setelahnya, tepatnya pada 1970, Benny membentuk band rock yang kental akan nuansa progresif dan elemen psikedelik bernama Shark Move. Bersama band ini, lahir sebuah album legendaris, sebuah masterpiece bertajuk “Ghede Chokras” yang sampai saat ini masih disebut-sebut di media Internasional sebagai salah satu album rock progresif terbaik yang pernah lahir dari bumi Indonesia.

Sayangnya, Shark Move tidak bertahan lama. Tapi laju Benny sendiri tak tertahankan. Pada 1971, Benny lantas mendirikan Giant Step, band baru yang lebih berorientasi rock dan awalnya kerap membawakan lagu-lagu milik Emerson Lake & Palmer (ELP) dan Deep Purple. Tapi setelah lebih dari empat tahun, Giant Step akhirnya merilis album perdana bertajuk “Giant Step Mark I”.

Sejak itu, Giant Step yang kerap berganti formasi – antara lain pernah dihuni musisi-musisi rock terbaik era itu seperti Deddy Dores, Deddy Stanzah, Jockie Suryoprayogo, Albert Warnerin, Jelly Tobing hingga Triawan Moenaf (sekarang menjabat sebagai Kepala Badan Ekonomi Kreatif) – lantas rutin merilis album, yaitu “Giant on The Move” (1976), “Kukuh Nan Teguh” (1977), “Persada Tercinta” (1978), “Tinombala” (1979), “Volume III” (1980) dan “Geregetan” (1985). Tapi setelah itu, kiprah Benny memudar dan sempat meninggalkan dunia musik dan terjun di bisnis furnitur.

Tapi, aliran deras darah musik di dalam dirinya tak pernah benar-benar surut. Sejak perilisan ulang album Shark Move oleh Shadoks Music (Jerman) pada 2007, gairah itu kembali menggebu. Dan sejumlah momentum panggung – salah satunya penampilan kolaboratif dengan unit rock asal Bandung, The SIGIT di panggung “Djakarta Artmosphere 2012” yang berlangsung di Balai Sarbini, Jakarta – akhirnya benar-benar bagai magnet kembali menarik Benny untuk menghidupkan warisan musiknya. Dengan dukungan penuh dari Rockpod Records, label independen yang didirikan Rhama Nalendra, putra Benny yang juga musisi, album Giant Step yang berjudul “ Giant on the Move” pun dirilis ulang dalam format kaset.

Dan tak berhenti sampai di situ. Giant Step sendiri pun lantas dihidupkan kembali dengan formasi baru, melibatkan beberapa musisi muda. Benny mengajak gitaris band rock progresif Imanissimo, Johanes Jordan Sebastian, lalu ada musisi senior Debby Nasution (kibord/Hammond/Moog) yang sebelumnya dikenal lewat Gank Pegangsaan dan sempat pula terlibat di God Bless. Personel lainnya adalah Audi Adhikara (bass) dan Rhama Nalendra (dram/perkusi).  Formasi inilah yang lantas menghasilkan album baru berjudul “Life’s Not the Same” yang telah dirilis via Rockpod Records pada 26 Maret 2017 lalu, bertepatan saat Giant Step diundang tampil di Crazy Elephant, Clarke Quay, Singapura.

Menurut Rhama yang dihubungi MUSIKERAS, materi album “Life’s Not the Same” sebenarnya digarap sejak 2011 silam, namun direkam hanya dalam waktu tiga bulan, di Porsea Studio, Jakarta. Album ini, bisa dibilang telah mengembalikan jiwa progresif Giant Step dengan pendekatan lirik yang lebih intuitif dan aspiratif. “Tema yang dibawakan juga beda, mulai dari penjiwaan terhadap hidup, keadaan sampai alam, tapi tidak menghilangkan signature lama dari sisi aransemen dan cara penyampaian melodi dalam lagu-lagunya.”

Di antara lagu-lagu baru yang tersaji di “Life’s Not the Same”, terselip daur ulang komposisi “Evil War” karya Benny Soebardja, yang sebelumnya termuat di album “Ghede Chokras” (Shark Move) dan di album kompilasi “Those Shaking, Shocking Days. Indonesian Hard, Psychedelic, Progressive Rock and Funk: 1970-1978” rilisan Now-Again Records (AS). Ada perubahan di lini aransemen, dimana unsur funk lebih ditonjolkan. Lagu tersebut, menurut Rhama lagi, kembali dimasukkan atas kehendak sang ayah, Benny Soebardja. “Itu kemauan bokap. Jadi pas lagu itu direkam di Sharkmove, bokap nggak puas,” ungkapnya.

Lagu lainnya yang termuat di “Life’s Not the Same” adalah “Lady with A Knife”, “Humble Sorrow Man”, “Fly Away”, “Thoughts” (ditulis oleh Rhama), “Alam Tersiksa” (Benny Soebardja) dan “Life’s Not the Same” (Benny Soebardja & Bob Dook). (MK01)

Kredit foto: Dok. Giant Step

.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts
stowaway
Read More

STOWAWAY: Energi Punk yang Tak Terduga

“La Primo”, lagu terbaru dari Stowaway memadukan luapan punk yang energik dengan suntikan elemen city pop, jazz hingga math rock.
ssis
Read More

SSIS: Bukan Sekadar Teriak dan Distorsi

Awalnya dikenal memainkan pop punk, tapi kini SSIS bergerak menuju modern rock dengan sentuhan emosional di lagu terbarunya, “Luka”.