Piringan hitam (vinyl) benar-benar menjadi primadona baru di industri musik dunia saat ini. Tahun lalu, menurut catatan resmi yang dirilis oleh British Phonographic Industry (BPI), asosiasi pemasaran industri musik di Inggris, penjualan piringan hitam di negara tersebut telah melampaui angka 4 juta keping. Angka itu menunjukkan peningkatan sebesar 26.8 persen selama 12 bulan terakhir. Atau naik sekitar 1,892 persen dari penjualan di tahun 2007 silam yang hanya sebesar 205 ribu keping.

Angka penjualan di 2017 kini merupakan pencapaian tertinggi, sejak vinyl mulai diproduksi lagi pada 1991. Tercatat, selama 2017, ada sekitar 40 ribu album rekaman yang dirilis dalam format piringan hitam. Walau masih relatif kecil dibanding perolehan dari konsumsi musik digital (streaming) yang mencapai 50.4% dan bahkan cakram padat (CD) yang masih berada di takaran 30.8%, namun penjualan piringan hitam terus mengalami peningkatan dan menyumbang sebanyak 3% dari keseluruhan pemasukan dalam konsumsi musik di Inggris.

Sampai saat ini, menurut data yang dikeluarkan pihak BPI, album-album rekaman dari ranah rock tetap menjadi pilihan terlaris untuk pembelian piringan hitam. Pada 2017 lalu, album solo mantan vokalis Oasis, Liam Gallagher yang bertajuk “As You Were” berada di peringkat kedua terlaris, hanya terkalahkan oleh penyanyi pop solo Ed Sheeran lewat album “+”. Dan dalam daftar 10 besar terlaris, bertengger album-album legendaris milik band rock Fleetwood Mac, Pink Floyd, The Beatles, Oasis dan David Bowie.

Cerita kesuksesan vinyl di Inggris, kurang lebih, juga terjadi di Amerika Serikat.   Badan survei Nielsen Music mencatat angka penjualan sebesar 14.32 juta keping selama periode 30 Desember 2016 hingga 28 Desember 2017, atau ada peningkatan sebanyak 9% dibanding tahun 2016 dimana penjualan piringan hitam mencapai angka 13.1 juta keping. Nielsen sendiri mulai mendata grafik pertumbuhan industri musik sejak 1991 silam, atau sering disebut dengan istilah “Nielsen era”.

Namun tak bisa dipungkiri, album-album rilisan lama, terutama dari band-band rock legendaris juga tetap menjadi primadona para pemburu piringan hitam di Amerika. Dari keseluruhan album piringan hitam yang terjual di 2017, 67% di antaranya adalah album rock. Sampai saat ini, rekor 10 besar penjualan tertinggi masih dipegang oleh dua album klasik milik The Beatles, yakni “Sgt. Pepper’s Lonely Hearts Club Band” dan “Abbey Road” yang masing-masing terjual sebanyak 72 ribu dan 66 ribu keping.

Album rock lainnya adalah “Purple Rain (Soundtrack)” (Prince and the Revolution), “Legend: The Best Of…” (Bob Marley and The Wailers), “The Dark Side of the Moon” (Pink Floyd) serta album soundtrack yang didominasi lagu-lagu rock era ‘70an, “Guardians of the Galaxy: Awesome Mix Vol. 1“. Mereka diapit oleh album-album rekaman pop milik Ed Sheeran, Amy Winehouse, Soundtrack film La La Land dan Michael Jackson.

Fenomena kesuksesan penjualan piringan hitam, menurut Matt Ingham dari label independen di Inggris, Cherry Red Records, menunjukkan bahwa industri musik telah menunjukkan transformasi yang permanen, yang terbentuk dari paduan piringan hitam, CD dan streaming. “Kombinasi teknologi baru dan lama menunjukkan industri ini akan terus bertahan menghadapi tantangan untuk memenuhi kebutuhan musik publik selamanya.”

Oh ya, berbicara tentang teknologi lama, format rekaman musik lainnya yang juga secara perlahan menanjak penjualannya adalah kaset. Laporan tahunan Nielsen Music, angka penjualan wadah rekaman dalam bentuk pita ini di Amerika Serikat mencapai 174 ribu keping, atau telah meningkat sebesar 35% dibanding data 2016. Atau yang terbaik sejak produksi kaset mulai menggeliat lagi pada 2012 silam. Memang, jika dibandingkan jumlah keseluruhan produksi album rekaman fisik, sumbangsih kaset masih terbilang kecil, hanya sebesar 0.17%. Namun tak bisa dipungkiri, tidak sedikit insan musik yang mulai melirik format ini, dan merilisnya secara resmi.

Tahun lalu, rekor tertinggi penjualan kaset didominasi oleh album soundtrack film ”Guardians of the Galaxy, Vol. 2: Awesome Mix Vol. 1”, “Guardians of the Galaxy: Awesome Mix Vol. 2” dan “Guardians of the Galaxy: Cosmic Mix, Vol. 1”. Tiga band rock yang berhasil masuk 10 besar terlaris adalah album milik “Purple Rain” (Prince and the Revolution), “Blurryface” (Twenty One Pilots) dan “Nevermind” (Nirvana).

Sayangnya, di Indonesia tak ada data resmi yang bisa menjadi acuan mengenai angka penjualan piringan hitam dan kaset. Tapi satu yang pasti, kedua format tersebut juga telah mewabah di negara kita. Terutama di skena independen, yang ditandai menjamurnya rilisan berformat piringan hitam dan kaset. Di samping itu, di berbagai acara festival musik, menjamur pula ajang penjualan piringan hitam dan kaset, baik produk baru maupun lama atau bekas. Dan menurut data yang dihimpun oleh situs vinylhub.com, ada lebih dari 20 toko vinyl yang tersebar di berbagai pelosok Indonesia. Di antaranya seperti Lokananta (Solo), Yes No Shop dan Popeye Music Entertainment (Yogyakarta), Toko Musik Garasi (Medan), Raw (Palembang), Bhang Records (Bandung), No Label Records (Surabaya) serta Aksara, Hey Folks!, Movement Records, Grieve Records, Warrior Records dan Monka Magic di Jakarta. Selamat datang di era, dimana keajaiban dunia analog bersanding harmonis dengan kecanggihan teknologi digital. (Mudya Mustamin)

.