WHAT THE FRIDAY Tancapkan “FVCKSIN” Sebagai Gebrakan Debut

Mengedepankan konsep indie rock yang berakar kuat pada paham punk, band ini lahir lantaran para personelnya didera kejenuhan memainkan genre musik yang selama ini digeluti sebagai musisi reguler (café). Setelah resmi dibentuk di Jakarta pada November 2019, mereka pun bertekad kuat untuk menancapkan eksistensi di pentas permusikan Tanah Air lewat karya lagu sendiri. 

“FVCKSIN” dilampiaskan What the Friday sebagai karya lagu rilisan tunggal pembuka, yang telah diperdengarkan sejak 26 Januari 2023 lalu. Vokalis Rakhmatullah (Ole), gitaris Achmad Imran (Rusty), dramer Caesar Allen (Allen) dan bassis Hendra Setiawan (Ndroz) menyebut “FVCKSIN” sebagai salah satu cara mereka untuk bersuara, mengingat segala hal pasti ada yang pro dan kontra. Walau terbilang terlambat, namun tak ada kata terlambat untuk mencurahkan keresahan,” seru Rusty mewakili rekan-rekannya di band. 

Lagu itu sendiri, menurut ungkapan Rusty kepada MUSIKERAS, sebenarnya sudah selesai ia tulis sejak Mei 2020 lalu. Namun karena keterbatasan gerak akibat kebijakan PSBB waktu itu, ia dan personel lainnya baru bisa merekamnya pada Desember 2020. Instrumen gitar dan dram direkam secara live di PMP Music Studio, sementara bass dan vokal direkam secara terpisah di studio mini milik Ndroz. 

“(Karena) Dirasa belum mendapat racikan yang pas untuk mixing dan mastering, ‘FVCKSIN’ sempat ‘terbengkalai’. Ditambah lagi, masing-masing personel masih aktif menjadi musisi cafe dan session musician. Setelah pencarian panjang, akhirnya pilihan jatuh pada Pandu Fuzztoni (Morfem/The Adams) yang didaulat untuk (mengeksekusi) proses mixing dan mastering,” ujar Rusty lagi, memperjelas.

.

.

Dari segi musikal, “FVCKSIN” digarap What the Friday dalam pengaruh punk. Bahkan aransemen awalnya, kata Rusty, ketukannya juga berpola punk! “Beberapa hari sebelum masuk studio untuk rekaman, atas beberapa pertimbangan akhirnya kami sepakat untuk mengubah beat awal menjadi seperti yang sekarang.” 

Banyak pengaruh musikal yang menjadi inspirasi penganyaman aransemen “FVCKSIN”. Selain dari band-band dunia seperti The Stooges, Black Flag, Nirvana dan Weezer, mereka juga banyak menyerap ide dari beberapa band alternative rock era 90-an dan 2000-an. The Vines salah satunya. “Tapi tetap, ‘nafas’ punk nggak boleh hilang dari pondasi, hahaha!”

Konsep indie-punk yang mereka kembangkan itu lantas dipadu dengan terapan efek suara fuzz di departemen gitar. Rusty mengakui sangat menyukai jenis sound itu, yang tak lepas dari kekagumannya terhadap gitaris-gitaris pengguna fuzz lainnya seperti Mark Arm (Mudhoney), Jimi Hendrix hingga John Frusciante (Red Hot Chili Peppers).

Sambil mempromosikan “FVCKSIN”, kini What the Friday juga tengah berkutat merampungkan materi album mini (EP) yang sejauh ini sudah mencapai 40% dari keseluruhan produksi. Karena pada saat merekam “FVCKSIN”, mereka sebenarnya sudah merekam sekitar lima lagu sebagai modal menuju EP.

“Hanya, ada beberapa masalah teknis sehingga lagu-lagu tersebut perlu untuk direkam ulang. Belum lagi hubungan jarak jauh dengan Ole, yang memutuskan untuk bermukim di Yogyakarta sejak 2022 lalu. Harapannya, kami bisa merampungkan EP sebelum akhir tahun. Doain yaa….”

Bekerja sama dengan Inside Indo, kini “FVCKSIN” sudah bisa diraungkan via berbagai penyedia jasa dengar lagu secara digital (streaming) seperti Spotify, Apple Music, Deezer, Amazon music, Tidal dan Pandora. (mdy/MK01)

.

.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts
exentrix
Read More

EXENTRIX: Ajak Kembalikan Rock yang Teknikal

Walau kini hanya diperkuat dua personel, namun Exentrix masih menyimpan energi rock yang meledak-ledak, seperti yang tersalurkan di karya terbarunya.