Marsmolys akhirnya membayar lunas kebekuan prosesi perilisan album debutnya. Pada awal Maret 2023 lalu, karya rekaman kolektif berjudul “Verticalysm” tersebut telah dilampiaskan ke ruang dengar publik via label Boneless Records. Ya, terhitung berjarak cukup lama, sejak band rock asal Yogyakarta ini meluncurkan lagu rilisan tunggal bertajuk “Cosmic Still” (2017) serta album split bersama band rock Kavaleri bertitel “Splitual” (2018).
“Verticalysm” sudah lama tertunda lantaran terhadang beberapa kendala. Karena dalam menjalani proses rekamannya, Antino Restu Aji (gitar/vokal), Yudha B. Nugraha (bass), Adam Yudha Nugraha (dram) serta mantan bassis mereka, Dede Cipon harus menghapus hasil rekaman sampai beberapa kali. Alasan utamanya karena masih merasa kurang sreg di beberapa bagian.
“Kurang feel bagi kami,” ujar pihak band kepada MUSIKERAS. “Ibarat karya seni visual yang bagus secara estetik, tapi jiwanya tidak ada. Hingga kami menunda-nunda sampai pada akhirnya proses kami paksakan berbulan-bulan. Kami merekam dan hapus sampai membuat stress hingga akhirnya kami berpikir untuk dibawa fun, karena membentuk band untuk fun, bukan menjadi beban. Hingga akhirnya ‘Verticalysm’ yang bisa didengar adalah proses panjang kami dalam mengeluarkan sebuah album.”
Di lagu yang berjudul “Undestructible” menjadi salah satu contoh kasus, bagaimana Marsmolys harus berulang kali melakukan revisi di beberapa bagian lagu. Manuver kreatif tersebut juga berdampak pada lirik, yang terhambat diselesaikan karena harus mengikuti bagian-bagian yang mengalami perubahan.
“Sehingga kami deadline untuk segera selesaikan lirik sebelum rekaman dimulai. Improvisasi tentu ada waktu rekaman. Itulah yang menjadi kejutan bagi kami ketika mendengarkannya sekarang. Kami (tentunya) merasa belum puas, karena masih ingin mencoba meracik berbagai ide lagi dalam materi berikutnya. Jangan sampai puas karena ketika puas, akan berhenti melakukan sesuatu itu sendiri.”
“Verticalysm” yang eksekusi rekamannya dilakukan di Watchtower Records punya arti yang sangat besar bagi Marsmolys. Karena, album tersebut berisikan materi yang mengawali karir para personelnya dalam bermain musik. Marsmolys yang terbentuk pada 2016 berangkat dari kesepakatan tiga mahasiswa seni rupa yang melihat bahwa musik dan seni rupa punya korelasi yang tidak terlalu jauh.
.
.
“Sehingga kami membentuk band dan mengusung cerita hidup yang kami alami sebagai mahasiswa seni waktu itu. Seperti kebosanan, kebingungan, keterbatasan dan problem yang kompleks dari dasar kehidupan. Dan karena waktu mahasiswa adalah waktu dimana keinginan yang menggebu-gebu, kami pun mengemasnya dengan influens musik yang dekat dengan kami, hingga terbentuklah Marsmolys, dan lahirlah ‘Verticalysm’,” urai Marsmolys lagi, mengungkap latar belakang kelahiran bandnya.
Ada enam lagu dalam “Verticalysm” yang masing-masing mempunyai rasa serta nuansa berbeda, mulai dari psikedelik, surealis hingga heavy. Keragaman itu menjadi semacam buah kesadaran bahwa sejatinya tiap persoalan dalam kehidupan yang telah dilewati akan mengantarkan tiap orang ke tingkatan yang lebih jauh, tak terbatas.
Sejak awal terbentuk, Marsmolys telah menerapkan konsep leburan agresifitas hard rock, kecairan psychedelic rock, riff-riff berat dari stoner rock serta keenerjikan garage rock. Gitar dengan terapan fuzz tebal yang memainkan riff-riff agresif nan kompleks, hingga alunan solo echoey yang manis dan syahdu, lalu diikuti permainan bass dengan alur yang dinamis dan organik, namun di sisi lain tetap raw, dan dipertegas oleh panduan entakan dram yang kasar dan meledak-ledak, namun secara tiba-tiba bisa berubah menjadi groovy dan elegan.
“Kami menerapkan metode seni rupa dalam bermain musik, dan sebaliknya. Jadi kami ingin menembus batasan-batasan yang ada sehingga kami tidak memikirkan output (karya) ini mau ke mana. Karena kami menyampurkan beberapa referensi dari para personel yang masing-masing memiliki latar belakang (berbeda) sehingga dengan kenaturalan tersebut kami output-kan sebagai Marsmolys seperti ini.”
Lebih spesifik, referensi-referensi itu lebih condong ke musik heavy metal dari era ’60, ’70 hingga ’80-an seperti Black Sabbath, Led Zeppelin, Pink Floyd, Hawkwind dan masih banyak lagi lainnya.
“Kami gabungkan ke nuansa imajinasi karena kami membayangkan visual ketika menciptakan musik sehingga kami taruh bagian-bagian yang menurut kami mewakili keinginan kami tanpa mempedulikan batasan dalam bermusik.”
Susuri petualangan musikal Marsmolys di “Verticalysm” via berbagai platform penyedia akses digital streaming. (mdy/MK01)
.
.
1 comment