Lima musisi yang pernah menjadi motor penggerak utama Funky Kopral, band alternative rock berkontur funk yang pernah cukup disegani namanya pada akhir era ‘90an hingga 2000-an, kini berkumpul lagi. Mereka adalah Anggara Mulia (vokal), Bondan Prakoso (bass/vokal), Arlonsy ‘Oncy’ Miraldi (gitar/vokal), Iman Taufik Rachman (gitar/piano/vokal) dan Robby Wibowo (dram). 

Tapi kali ini tidak dengan nama yang sama, melainkan dengan identitas baru, yaitu Halfmath. Pada 20 Maret 2023 lalu, ‘reuni’ mereka pun ditandai secara resmi lewat peluncuran lagu baru, sebuah rilisan tunggal bertajuk “Wait And See”.

“Halfmath berarti keseimbangan. Di mana otak kiri, yang biasanya menjadi tolak ukur seseorang yang lebih unggul dalam Matematika dan logika, tidak lebih mendominasi dari otak kanan. Begitu juga sebaliknya. Halfmath adalah sebuah nama dan istilah yang kami pilih karena kami yakini mampu mewakili karakter dan tujuan kami dalam berkarya,” seru Bondan Prakoso, yang sekaligus bertindak sebagai produser di proyek baru ini. 

Tapi lebih jauh, Bondan juga menegaskan bahwa karya musik yang diciptakan Halfmath tidak selalu mengedepankan hitungan dan logika, tapi juga rasa dan kreatifitas. Dan satu yang pasti, konsepnya sangat berbeda dibanding band mereka yang dulu, yakni Funky Kopral. Itu pula salah satu alasan mereka tidak menggunakan nama Funky Kopral lagi. Apalagi, band yang dimaksud di sisi lain masih aktif dikibarkan oleh Robby Wibowo.

“Karena kami butuh ruang yang baru untuk bisa menampung ide dan kreatifitas berkarya, yang juga bisa secara leluasa keluar dari konsep band yang dulu,” urai Bondan kepada MUSIKERAS, beralasan.

Apalagi, kurang lebih dua dekade terpisah, tentunya membuat para personel Halfmath kini datang dengan referensi yang lebih luas. Dengan bergabungnya Iman sebagai personel tetap, menurut Bondan, sudah pasti juga memberi warna baru. Iman sendiri pernah tergabung di Funky Kopral menggantikan Oncy pada periode 2001-2004, sebelum akhirnya membentuk J-Rocks. 

.

.

“Ditambah lagi jam terbang masing-masing personel yang tinggi, serta pengalaman baru yang didapat dari hasil berkelana selama 20 tahun, sudah barang tentu akan mengubah wajah yang dulu lugu dan ingusan ini menjadi agak keriput dan berengosan, hahahaha. Pastinya, hasil berkelana selama 20 tahun, jatuh bangun dalam karir masing-masing, (membuat) referensi kami pasti bertambah. Dan semua yang tahu warna kami di band yang dulu pasti bisa merasakan ketika mendengarkan single ‘Wait And See’. Intro ala Japanese rock, balutan distorsi 7 strings, dan reffrain yang catchy dan nge-hook. Yes, we’ve all been thru a lot, and hear much more music for sure!”

Walau terpisah cukup lama, namun Bondan mengakui tak menemukan kendala berarti dalam menyatukan visi bermusik mereka satu sama lain. Karena tanpa adanya chemistry, tentunya proyek ini tidak akan berjalan. Walau ia akui, sempat ada kekakuan di proses awal. 

“Namun dengan comeback-nya Angga sebagai vokalis, ini juga yang menjadi salah satu ice breaker dan perekat untuk kita semua. Bahkan gue baru inget, ternyata Angga itu dulu teman sebangku gue waktu SMA, sebelum dia jadi vokalis Funky Kopral, hahaha. Well, semua butuh waktu. Enjoy the process aja.”

Iman yang kini harus bersanding dengan Oncy pun mengaku tak menghadapi masalah berarti di Halfmath, khususnya dalam pembagian porsi dalam mengeksekusi isian gitar. Karena menurut Iman, semuanya sudah dibicarakan sejak awal bersama-sama. “Intinya, konsepnya kami saling mengisi dan melengkapi. Begitu juga untuk sound,” ucap Iman meyakinkan.

Setelah “Wait And See”, Halfmath sudah merekam beberapa lagu lagi di Black Rose Studio, yang dalam waktu dekat bakal diluncurkan sebagai rilisan tunggal berikutnya. 

Sedikit menengok ke belakang, Funky Kopral yang terbentuk pada awal Desember 1998 diperkuat oleh Angga, Bondan, Oncy, Robby dan gitaris Kristo Perwira di masa terbaiknya. Khususnya ketika merilis dua album awal, yakni “Funchopat” (1999) dan “Funkadelic Rhythm And Distortion” (2000). Setelah itu, formasinya pun kerap terjadi bongkar-pasang, yang berkontribusi saat penggarapan album-album berikutnya seperti “Misteri Cinta (2002 – berkolaborasi dengan Setiawan Djodi), “Lembaran Baru” (2006), “Funky Kopral” (2010) dan “Street Funk” (2013). (mdy/MK01)

.

.