“Moon and Sun”, Picu Gairah Baru BRAINJUICE PARLOR

Bergabungnya Arslan ‘Alan’ Mursifya di band rock asal Jakarta ini, pada 9 Desember 2023 lalu menyuntikkan gairah, energi serta warna baru dalam raga Brainjuice Parlor. Bisa dibilang, kehadiran mantan pembetot bass band metal Deadsquad dan Hellcrust tersebut telah menjadi pemicu bagi dua personel Brainjuice Parlor, yakni vokalis/dramer Dustin Brilliant serta gitaris Romi Rheza untuk menyegerakan perampungan ide-ide musikal terbarunya.

Hasilnya adalah lagu rilisan tunggal terbaru berjudul “Moon and Sun”, yang telah dilepasliarkan oleh Irama Records sejak 19 April 2024. Lagu itu, diolah dan dikembangkan berdasarkan sebuah ide lagu yang belum matang, dimana sebagian besar kord dan riff, serta melodi lagunya sudah dibuat oleh Romi. Lewat obrolan di aplikasi WhatsApp, ketiganya akhirnya memutuskan untuk bertemu di studio latihan untuk mengaransemen lagu tersebut bersama-sama.

Proses latihan berjalan sangat lancar karena Dustin, Romi dan Alan, masing-masing sudah membawa ide untuk dapat menemukan aransemen lagu yang terbaik. Yang menarik dari proses rekaman “Moon and Sun”, tutur pihak band kepada MUSIKERAS, adalah untuk pertama kalinya mereka membuat bagan lagu atau guide terlebih dahulu, agar proses tracking saat rekaman berjalan lebih efisien.

“Sebelumnya, Brainjuice Parlor selalu merekam instrumen lagu – terutama gitar, bass dan dram – secara live dan tanpa metronome. Ini adalah salah satu andil besar dari Alan yang memperkenalkan proses pembuatan guide kepada Brainjuice Parlor. Rupanya proses seperti ini sudah sangat umum Alan lakukan bersama dengan band-band sebelumnya.” 

Akhirnya, pada 28 Januari 2024, tiga personel Brainjuice Parlor memutuskan untuk merekam “Moon and Sun” di Grim Studio, Jakarta. Mereka juga dibantu oleh pemilik Grim, yakni Yobbi Ananta untuk pemolesan mixing dan mastering pada awal Februari 2024, yang berlangsung selama sekitar seminggu. Secara keseluruhan, proses rekaman berjalan sangat lancar lantaran baik Dustin, Romi maupun Alan sudah mempersiapkan apa yang akan direkam di departemen masing-masing.

“Khusus melodi vokal lagu ini, pada saat itu diciptakan beberapa hari sebelum proses rekaman berlangsung. Seluruh personel belum pernah mendengar melodi vokal yang digubah oleh Dustin pada saat itu. Beberapa isian vokal juga diciptakan secara spontan sesuai dengan mood yang tercipta saat proses rekaman. Kombinasi antara proses rekaman dengan persiapan matang dan improvisasi di studio inilah yang menjadi momen spesial yang tidak terlupakan bagi kami,” urai pihak band lagi, mengungkapkan prosesnya.

Dari sisi musikal, proses kreatif penggarapan “Moon and Sun” mengarahkan Brainjuice Parlor untuk memasukkan elemen progresif dan art rock di aransemen musiknya. Antara lain diwakili lewat terapan notasi vokal yang melodius, yang dipadukan dengan raungan gitaris Stratocaster dari Romi yang menjadi tema utama dari lagu tersebut, yang lantas dipertegas dengan dentuman bass berenergi dari Alan serta entakan dram yang solid dari Dustin.

Adanya elemen progresif, di sisi lain juga menjadi daya tarik sendiri bagi Alan. Menjadi salah satu alasan utamanya bergabung di Brainjuice Parlor. Secara personal, Alan sangat antusias dengan komposisi lagu yang disajikan oleh trio progressive rock asal Kanada, yaitu Rush. Khususnya di album “Hemispheres” (1978), yang merupakan salah satu album yang memberikan pengaruh besar terhadap Alan dalam bermain bass dan membuat komposisi lagu. 

“Saya merasa Brainjuice Parlor bisa mengakomodir ruh musik prog-rock yang disinergikan dengan pondasi musik Brainjuice Parlor yang sudah terbentuk sebelumnya,” cetusnya meyakinkan. 

Bagi Brainjuice Parlor sendiri, progressive rock juga lekat dengan paham musik yang mereka anut, dimana kecenderungan komposisi serta aransemen lagu-lagunya kental akan nuansa rock dari era 70-an. Di mata mereka, musik pada era tersebut memiliki keunikan dalam hal sound serta aransemen. Benang merah musik dari band-band seperti Led Zeppelin, Rush, Black Sabbath, Deep Purple, Cream, King Crimson hingga Pink Floyd tidak bisa dengan mudah dilabeli dengan ‘genre’ atau ‘aliran’ tertentu.

“Karena begitu banyaknya unsur musik yang terkandung di dalam karya band-band tersebut.” 

Walau demikian, Brainjuice Parlor menegaskan bahwa mereka bukanlah band revivalist atau band yang berfokus untuk ‘menghidupkan’ kembali musik-musik pada era tertentu. “Semakin ke sini tentunya musik yang kami buat semakin berkembang agar tercipta karakter musik yang kalau didengar orang; ‘Wah, ini Brainjuice Parlor banget’. (Jadi) Tidak sekadar mengambil langsung influens musik 70-an beserta gimmick-nya. Apalagi penampilannya, hahaha!” 

Sebelum melahirkan “Moon and Sun”, Brainjuice Parlor yang terbentuk pada 2013 silam telah mengoleksi beberapa karya rekaman, yaitu album penuh debut dalam bentuk fisik (CD) dan digital berjudul “Verse 1: I Dived into the Utmost Depth of My Mind” (2016) yang diedarkan via label demajors. Di album tersebut, corak perpaduan antara musik psikedelik, blues, serta sedikit nafas progresif sudah tertanam dan menjadi katalis bagi Brainjuice Parlor, yang membawa mereka bisa tampil di panggung bergengsi Java Jazz Festival 2016. 

Selain album penuh, Brainjuice Parlor juga telah merilis lagu rilisan tunggal “Apocalyptica Dancer” (2020) dan “False God” (2021) dalam format digital via Irama Records. Tahun ini, berencana akan mengeluarkan 2-3 lagu baru lagi untuk lebih mempertegas karakter musik Brainjuice Parlor yang terkini.

“Apabila tidak ada halangan, tujuan utama kami adalah pembuatan album penuh. Proses rekaman album saat ini sedang berjalan. Bisa dibilang 50% lagu sudah direkam, termasuk single-single lain yang akan dirilis tahun ini juga. Jadi nantikan kabar selanjutnya dari kami!” (aug/MK02)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts