Anniverscary, menggambarkan kelaparan akan kemasyhuran, dimana ambisi dan keserakahan adalah sumber kepuasan. Lapar dalam urusan pangan memang menyakitkan, tapi lapar akan pengakuan bisa jadi lebih mematikan.

Tema itu, menjadi amunisi utama unit punk rock asal Kota Malang, Jawa Timur tersebut, yang dimuntahkan lewat “Emaciated”, paket rilisan maxi-single terbarunya, yang memuat lagu “Lapar” dan “Carnage”. Dengan ledakan energi dan barisan lirik yang tak kenal kompromi, Anniverscary menjelajahi sejauh apa manusia akan menuruti hasrat tak terkendali yang tak hanya merusak jati diri, tapi juga kemanusiaan itu sendiri. 

Mempertahankan format dari pendahulunya, dua lagu di “Emaciated” menggabungkan dentuman energik dari street punk dengan sentuhan melodi blues serta elemen thrash yang agresif. Menampilkan riff yang kasar, ritme yang mengentak serta juga vokal yang keras.

Perancangan lagu-lagunya, ujar pihak Anniverscary kepada MUSIKERAS, cukup simpel. Seringkali bassis Riyant Fajar dan vokalis Noviar Rahmat (Dion) yang menentukan tema atau isu apa yang ingin diusung. Biasanya, mereka punya banyak ‘slentingan’ riff, reff atau intro, dalam bentuk rekaman menggunakan ponsel, atau sekadar tersimpan di kepala para personelnya.

“Punya bekal tema dan riff, udah cukup buat ngumpul-ngumpul genjreng-genjreng gitar nyari kerangka penuh lagunya. Bawa ke studio latihan buat poles, nyari fill-in, melodi, bassline, drum hook dan lain-lain. Sisanya tinggal tulis lirik, bungkus!”

Secara teknis, hampir tak ada kendala atau tantangan yang ditemui saat rekaman. Tapi mungkin yang berbeda dibanding karya lagu-lagu mereka sebelumnya, terletak pada keterlibatan Phondra Luwarta, seorang rapper punk kawakan asal Solo.

“Posisi dia di Solo, jadi dia take di sana. Tapi ngga jadi masalah juga. Kendalanya lebih ke waktu. Punk bapak-bapak nih harus bagi-bagi waktu di sela kesibukan masing-masing.” 

Apa referensi mereka saat menggarap “Emaciated”? Tak ada yang spesifik. Bahkan band yang juga diperkuat dramer Fandi Bagus Tofani (Jono), serta gitaris Verizza Rizky dan Heru Karzah ini mengaku sudah jarang sekali mendengarkan band atau playlist punk. Namun kalau pun harus menyebut nama, adalah band-band dunia seperti The Casualties, Metallica, Blitzkrieg, Motorhead dan The Distillers yang sedikit banyak terlintas di benak mereka. “Nggak selalu harus kaya lagu ini, lagu itu. Organik aja!”

Lagu pembuka “Lapar” mengeksplorasi tema kelaparan dengan lebih mendalam, menyajikan pandangan satir tentang masyarakat saat ini— saat kelaparan tidak hanya berkisar pada pemenuhan kebutuhan, tetapi juga keinginan akan pengakuan. Lagu ini menyoroti bagaimana kebanyakan orang saat ini lebih dari bersedia untuk mengorbankan identitas mereka demi sebuah viralitas.

Di lagu ini juga, Anniverscary menampilkan Luwarta, dimana bait buatannya dijamin membuat bulu kuduk berdiri. Dengan frasa tajam seperti, “remukkan kesadaran, porak-porandakan, garis nasib disayat habis belati hipokrit,” “Lapar” dirangkai untuk menghadirkan intensitas yang terus-menerus tanpa pernah melamban. 

Mengambil inspirasi dari peristiwa besar terkini: genosida, lagu kedua “Carnage” mengeksplorasi bagaimana keserakahan mendorong mereka yang lapar akan kekuasaan untuk melakukan tindakan keji tersebut. Melalui penggambaran yang penuh kepedihan, “Carnage” mengisahkan kebejatan manusia dan bagaimana itu menghancurkan kehidupan orang-orang tak bersalah. Lagu tersebut adalah nyanyian konflik yang penuh kekuatan, sekaligus meresahkan. 

“Emaciated” sendiri merupakan kelanjutan dari rilisan Anniverscary pada 2022 lalu, yakni “Coveted”, sebagai bagian dari proyek berkesinambungan band ini untuk merilis serangkaian rilisan lepas yang akhirnya akan dikompilasi menjadi sebuah album penuh.

Setelah “Emaciated”, band bentukan 2006 ini bakal meluncurkan maxi-single lagi yang akan diberi judul “Satiated”. Selanjutnya, semua lagu yang sudah dirilis disatukan dalam album, plus tambahan paling tidak empat lagu lagi, dan diberi judul “Bloated”. “Sekarang kami akan mulai merancang dua lagu untuk maxi-single selanjutnya,” ujar pihak Anniverscary memberi bocoran.

Proses rekaman “Emaciated” yang dirilis via label independen asal Austin, Texas (AS), Grimace Records dilakukan di Griffin Music Studio, Malang. Termasuk untuk pengolahan mixing dan mastering yang diserahkan kepada Satrio Utomo. 

Sebelum “Emaciated” yang sudah terhidang di platform digital sejak 15 Juli lalu, Anniverscary juga tercatat telah meluncurkan album penuh berjudul “Jurassic Punk” (12 Desember 2013), album mini (EP) “Nevermind the Street” (2016) serta maxi-singleCoveted” (9 September 2022). Juga pernah terlibat di album four-way split berjudul “Andat Ayahab” (12 Februari 2021). (aug/MK02)