Lewat “Mesin Masa Depan”, Sic Mynded kembali bereksplorasi dalam semesta industrial dan electronic, tanpa mengesampingkan darah daging mereka di metal.
Saat ini, unit industrial asal Jakarta ini diperkuat Oddie Octaviadi (vokal), Adra Karim (synthesizer/keyboard), Aldi Pagaruyung (bass/vokal latar), Gatot Alindo (gitar/programming) serta Marcell Siahaan (dram/programming) yang juga merangkap sebagai produser.
“Mesin Masa Depan” direkam dan diedit di Studio Ruang Menyusui oleh Yusuf Effendi Hadiyanto, dengan proses penataan serta pelarasan suara (mixing dan mastering) yang dikerjakan oleh Lawrence Random untuk menyempurnakan kualitas audionya.
Lirik “Mesin Masa Depan” sendiri ditulis oleh Oddie, dimana ia mengangkat tema yang mendalam dan relevan, mengulas dilema antara manfaat dan ancaman teknologi bagi kehidupan manusia. Ia menyebut lagu baru ini sebagai refleksi dari peran teknologi dalam kehidupan manusia saat ini.
Di satu sisi, teknologi memberi kemudahan dan inovasi; namun, di sisi lain, ia juga membawa risiko yang dapat mengancam kemanusiaan. Pesan itu lantas disampaikan pula lewat visualisasi video musik yang memanfaatkan teknologi artificial intelligence (AI) generatif.
Adalah Oddie sendiri yang mengeksekusi video tersebut, menghadirkan elemen visual futuristik yang merefleksikan tema lagu tentang teknologi dan manusia. Menurutnya, dengan bantuan AI, mereka ingin menyajikan visual yang mampu menyentuh sisi estetika dan intelektual penonton, menggambarkan masa depan dimana batas antara manusia dan mesin semakin kabur.
Di tengah berbagai pro-kontra terhadap penggunaan AI di dunia seni, bagi Oddie, justru melihatnya sebagai sebuah alat bantu yang berguna bagi para seniman untuk berkarya.
“Itu yang kami selalu percaya. Seniman yang dulunya hanya punya instrumen-instrumen analog, lalu mengintegrasikan instrumen-instrumen digital, termasuk sampling, di dalam karya-karya mereka. Rangkul teknologi dan jadikan teknologi sebagai teman satu band yang akan membantu proses kreatif kita jadi lebih cepat,” cetusnya kepada MUSIKERAS, beralasan.
Semua teknologi, lanjutnya, begitu diperkenalkan ke publik memang pasti akan mengalami tiga siklus ini; hysteria, paranoia dan acceptance. “Pelajarin AI, gunakan sebaik-baiknya,” serunya.
Video musik “Mesin Masa Depan” bisa disaksikan di tautan kanal YouTube ini.
Karakteristik Industrial
Sejak terbantuk pada 1993 silam di San Diego, California (AS) oleh Rudi Soedjarwo (kini berprofesi sebagai sutradara film layar lebar) dan Oddie Octaviadi, paham industrial sudah sangat lekat dengan band ini.
Menurut Oddie lagi, musik industrial bagi mereka merupakan sebuah pakem yang membuka ruang kreativitas bermusik lebih luas, karena di dalamnya memberikan kebebasan untuk menggabungkan berbagai elemen musik yang menjadi insiprasi mereka selama ini, yaitu rock, new wave, metal dan elektronik.
Termasuk saat meracik komposisi serta aransemen “Mesin Masa Depan”. Tapi mereka menegaskan, tak ada referensi khusus untuk membentuk musik mereka.
“Kami tidak pernah meluangkan waktu untuk membanding-bandingkan dengan band industrial atau alternatif lain di Indonesia maupun di luar negeri. Menurut kami, musik yang Sic Mynded hasilkan adalah cerminan terbaik dari karakteristik dari band ini, baik dari penulisan musik maupun lirik.”
Ketika menjalani proses kreatifnya, Oddie mengawalinya dengan membayangkan ritme vokal yang mudah diingat dan dinyanyikan, bukan saja oleh dirinya sendiri tapi juga nanti oleh penonton yang menyaksikan penampilan Sic Mynded di panggung.
Dari situ, Marcell lalu menciptakan aransemen dasar dengan kesepakatan bahwa lagu tersebut diniatkan ‘straightforward‘, tidak banyak embelan intro maupun outro yang berlebihan. Bahkan dengan sengaja, Oddie membuat lagu ini verse dan chorus saja, tanpa bagian bridge.
“Sebagai personel yang ditugasi memproduseri dan merancang ide dasar aransemen lagu ini,” imbuh Marcell, “saya bisa bilang bahwa salah satu tantangan terbesar dalam memproduksi ‘Mesin Masa Depan’ adalah bagaimana meletakkan dasar aransemen yang sekalipun simple dan straightforward, tapi tetap mampu bertindak sebagai ‘karpet merah’ yang mengantarkan pesan utama dalam lirik.”
Selain itu, lanjutnya, tantangan lainnya adalah bagaimana menyeimbangkan unsur analog dan digital yang tetap mengesankan konsep musik hibrida yang optimal dan sangat merepresentasikan Sic Mynded.
Setelah “Mesin Masa Depan” serta “Just Another Day” yang dirilis pada Desember 2021 lalu, kini sebuah album tengah digodok dengan target peluncuran pada 2025 mendatang.
“Kami akan rilis satu per satu lagunya dalam bentuk single. Ketika mungkin sudah 80% rilis, maka albumnya akan diluncurkan. Sejauh ini sudah ada empat sketsa lagu dengan tingkat kelengkapkan yang beragam.”

Kembali Berputar
Sejak terbentuk, sejauh ini Sic Mynded telah merilis demo pertama berjudul “Room 99” (1993), lalu EP self-titled via Regarding Records di San Francisco pada 1995 dan album “Insight” (1995) yang berhasil menarik perhatian hingga dirilis ulang di Indonesia dengan judul “Jelaga” pada 1999 oleh Rotorcorp.
Sic Mynded merilis album ketiganya, “Ketidaksempurnaan” (2003) via Staria Music yang terus menancapkan nama mereka di skena musik alternatif Indonesia. Namun, perjalanan mereka sempat terhenti saat Oddie bergabung dengan unit goth-rock Getah, hingga akhir 2018.
Pada 2017, Marcell Siahaan, memproduseri reka ulang lagu “Ketika Dunia Berhenti Berputar”. Lagu ini dirilis di platform musik streaming di tahun berikutnya, sebagai bagian dari proyek EP Marcell bertajuk “Menurut Saya”. Versi ini berhasil masuk nominasi AMI Awards 2018 untuk kategori Best Electronic Duo/Group.
Peluncuran “Ketika Dunia Berhenti Berputar” menjadi titik penting kembalinya Sic Mynded sebagai sebuah band. Kurang lebih di saat bersamaan, terjadi reuni antara Oddie dan Rudi Soedjarwo yang langsung menghasilkan ide-ide lagu baru, termasuk menghasilkan komposisi “Peace Within” pada Februari 2020.
“Mesin Masa Depan” sendiri sudah tersedia di berbagai layanan streaming platform sejak 31 Oktober 2024 lalu. (mdy/MK01)