GERDZ: Teriakan Kebebasan dalam Punk Rock

Persiapan dan produksi album debut GERDZ berjudul “Kemudi”, telah dimulai sejak 2022 dan akhirnya rampung pada Februari tahun ini.
gerdz

GERDZ membawa seluruh kisah kehidupan nyata yang terjadi sehari-hari di album perdananya itu. Unit alternative punk rock asal Jakarta Utara tersebut menyebutnya sebagai bahan bakar dalam berjuang menghadapi riuhnya dunia pekerjaan.

Mereka menumpahkannya lewat 10 lagu terbaru yang menyesaki “Kemudi”, masing-masing berjudul “Intro”, “Delusi”, “Long Distance”, “Duel”, “Sedang Cuti”, “Senandung Distortion”, “Terima Kasih Sepi”, “Anak Mami”, “Palung” serta yang dijadikan judul album, “Kemudi”

Membalut antara kehidupan perjuangan sebagai seorang pekerja, kisah percintaan, pergaulan yang menyimpang dan masa depresi disatukan dalam album yang menggambarkan kehidupan era saat ini.

GERDZ yang terbentuk pada 24 Mei 2022 ini mencoba memberikan pesan kepada masyarakat untuk tetap semangat dan berjuang menghadapi dunia khususnya di-era yang penuh ambiguitas ini.

Lompat Sana Lompat Sini

Proses kreatif yang GERDZ lalui dalam pembuatan album “Kemudi” sendiri melewati beberapa momen yang saling bersinergis. Mereka memang berangkat dari keluh-kesah sehari-hari yang teramati, mulai dari pertemanan yang terkadang menimbulkan konflik, riuhnya dinamika dunia kerja yang sesekali mencekik, serta beberapa kisah asmara yang dialami para personel.

Semuanya, mereka ungkapkan kepada MUSIKERAS, menjadi bahan bagi vokalis dan gitaris Lukman Fajri (Uukz), bassis Syukron Nurfikri (Kibul) dan dramer Andika Yuda Susanto (Bule) dalam pembuatan lagu-lagu di album tersebut.

Di sisi lain, penggarapan “Kemudi” juga banyak mendatangkan pengalaman menarik. “Salah satunya pada saat perekaman awal, kami beberapa kali megalami permasalahan teknis, mencari sound yang sesuai, lompat sana lompat sini untuk menemukan studio mana yang paling bisa memahami keinginan kami,” urai GERDZ, menjelaskan.

Dalam mengeksekusi produksi “Kemudi”, GERDZ dibantu oleh beberapa rekan mereka dari skena Jakarta Utara. Di antaranya ada Galih Putra Albeno dari Loops Studio serta Bigart dari Burntheleaf. Pada akhirnya, merekalah yang berperan penting dalam suksesnya produksi “Kemudi”.

“Selain itu, tantangan terbesarnya adalah menyatukan waktu, karena Uukz selaku vokalis bekerja di BSD, Kibul dan Bule berada di Jakarta, jadi bener-bener harus atur waktu buat brainstorm.”

gerdz

Lagu Tersakral

Walau di siaran pers resminya, GERDZ menyebut alternative punk rock sebagai paham utama musiknya, namun mereka merasa genre tersebut tidak lebih dari sekadar syarat dalam melakukan administrasi.

“Namun kami mencoba memahami dari segi musikal bahawa alternative punk rock yang kami ketahui saat ini ialah bagaimana energi dan teriakan kebebasan dalam diri dapat selaras dengan kord serta ketukan dram, distorsi dan tempo cepat yang dimainkan.”

Saat peracikannya, komposisi serta aransemen lagu-lagunya sedikit banyak terpengaruh atau terinspirasi beberapa referensi berbeda dari ketiga personel. Bule cenderung mendengarkan kekerasan metal, seperti band As I Lay Dying, Cannibal Corpse, lalu Kibul lebih kegesitan ke punk dan Uukz cenderung ke ayunan hip hop dan soul.

Namun khusus di album “Kemudi”, mereka lebih mengarah ke musik The Chats (Australia), Motorhead, the Presidents Of The United States Of America, 311 hingga Sublime sebagai sumber ide-ide kreatifnya.

Dari 10 lagu yang mereka suguhkan, tentu terselip beberapa tantangan teknis yang dihadapi saat menjalani produksi rekamannya. Pihak band bahkan menyebut, “Kemudi” merupakan nama sekaligus lagu tersakral yang pernah mereka jalani.

Di awal mula pembuatannya, Bule sempat mengalami cedera pada kaki. Selang beberapa lama kembali untuk latihan, beberapa jari telunjuk Kibul berdarah. Begitu pun Uukz yang mengalami putus senar hingga melukai tangan kanan pada saat mengulik lagu “Kemudi”.

“… dan ‘Kemudi’ merupakan lagu yang hampir empat kali mencari studio yang pas dan sesuai, selebihnya susah juga.”

Tapi terlepas dari semua itu, GERDZ mengaku masih belajar mencoba memahami terkait genre yang dipilih saat ini. Mereka mencoba memberikan kejujuran dalam pengamatan sehari-hari dan menjadi diri sendiri dalam berkarya.

“Bisa dilihat dari bagaimana GERDZ berpenampilan… ya udah kemeja, celana panjang sepatuan yang mungkin jika diilustrasikan adalah seperti pekerja yang ingin melampiaskan semua perasaan di hari itu, tapi nggak sempet ganti outfit lalu teriak-teriak sampe puas.”

Sejak 14 Februari 2025 lalu, album “Kemudi” bisa dilantangkan di berbagai gerai layanan musik digital. (mdy/MK01)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts
exentrix
Read More

EXENTRIX: Ajak Kembalikan Rock yang Teknikal

Walau kini hanya diperkuat dua personel, namun Exentrix masih menyimpan energi rock yang meledak-ledak, seperti yang tersalurkan di karya terbarunya.