Mahasura telah merilis album debutnya, “Suffering I” yang menajamkan racikan maut antara death metal yang modern, deathcore serta sentuhan symphonic yang menghantui.
Disemburkan lewat balutan aransemen agresif, breakdown yang tajam, serta komposisi bernuansa gelap dan atmosferik. Di sini, Mahasura menawarkan pengalaman mendengarkan yang brutal sekaligus sinematik.
Band yang dihuni formasi gitaris Imadudin Adam dan Dede Iskandar, dramer Reza Andrian, vokalis Zakiy Syawalludin dan bassis Nurul Arifin ini menyebut “Suffering I” merupakan bentuk pernyataan Mahasura terhadap skena bawah tanah Indonesia, bahwa Mahasura hadir untuk bertarung, bukan sekadar lewat.
“Kami ingin membawa deathcore lokal ke level berikutnya, tanpa kehilangan akar gelap dan keras yang menjadi jati diri musik ekstrem,” cetus mereka.
Delapan trek yang menjadi amunisi “Suffering I” dirancang tanpa kompromi. Dari detik pertama hingga terakhir, pendengar akan dibawa dalam perjalanan penuh teror sonik.
Setiap lagu dibangun dengan riff cepat nan tajam, gebukan dram menghentak, vokal guttural bertenaga, serta sisipan elemen symphonic yang memberikan lapisan kedalaman musikal tersendiri.
Beberapa lagu seperti “Suffering I” dan “Conquer the Empty Throne” menjadi bukti bagaimana Mahasura mampu menyatukan kekejaman musikal dengan aransemen megah, seakan menyusun puisi kematian dalam format audio.
Tidak hanya bermain keras dan cepat, Mahasura juga menghadirkan dinamika emosional melalui komposisi “Ashes of the Innocent” dimana elemen simfoni gelap memberi ruang renungan di balik kegilaan musiknya.

Breakdown Peluru
Dibentuk oleh individu-individu yang telah malang melintang di berbagai proyek ekstrem sebelumnya, Mahasura adalah hasil penggabungan visi kolektif yang ingin membawa genre deathcore ke arah yang lebih progresif dan berani.
Di “Suffering I”, tiap personel menunjukkan kekuatan dan kedewasaan musikal, menjadikannya sebagai debut yang solid dan terarah.
Namun di sisi lain, misi itu mendatangkan konsekuensi dimana para personel harus mendorong kemampuan teknikalnya secara maksimal dalam menaklukkan kebutuhan lagu.
Kepada MUSIKERAS, mereka mengakui menghadapi tantangan terberat dalam mengeksekusi lagu “The Tales Agony Ov Undead” saat rekaman. Bahkan juga saat membawakannya di panggung pada masa awal-awal.
“Untungnya sekarang kami bisa jauh lebih enjoy memainkan lagu tersulit itu. Buat kami, faktor yang membuat ‘The Tales Agony Ov Undead’ sangat sulit adalah temponya yang cepat, breakdown peluru yang sangat brutal, hingga riff gitar yang menuntut teknik down picking yang lumayan tight,” ujar mereka mempertegas.
Bahkan saking susahnya lagu itu dimainkan, lanjut mereka lagi, dramer mereka harus secara khusus melatih teknik heeltoe untuk bisa mengejar kecepatan tempo kick-nya agar lebih efisien dari sisi tenaga.
Lalu kesulitan lainnya, juga pada terapan vokalnya yang menuntut pergantian teknik secara konstan sehingga membuat stamina vokalis diperas habis di lagu tersebut.
“Jadi, untuk membawakan lagu ini atau saat melakukan take di studio, kami benar-benar harus menunggu mood bagus. Karena jika tidak, pasti akan sangat sulit sekali jadinya.”
Dengan “Suffering I”, Mahasura tak hanya merilis album, melainkan membuka babak baru dalam ranah deathcore Indonesia. Mereka menunjukkan bahwa musik ekstrem tak harus terbatas pada pola lama.
Album itu merupakan bentuk perlawanan, pembuktian, dan sekaligus perayaan terhadap stagnasi musik keras lokal. Sebuah pembuktian bahwa bakat dan kualitas produksi lokal bisa bersaing, dan perayaan akan kekuatan deathcore sebagai bahasa ekspresi paling jujur dari amarah, kegelisahan, dan harapan yang dibungkus dalam format sonik ekstrem.
Bukan hanya untuk headbanger, tapi juga untuk pendengar yang mencari kedalaman emosi dalam kebisingan. Di tengah ledakan riff dan dentuman dram, Mahasura menyisipkan lapisan-lapisan komposisi yang memperkaya nuansa album.
Hasilnya adalah sebuah karya yang bisa dinikmati dalam berbagai level, dari kegilaan moshing hingga kontemplasi dalam kegelapan.
Meski versi digital sudah bisa dinikmati di berbagai digital streaming platform sejak 5 Juli 2025 lalu, Mahasura juga tengah menyiapkan versi fisik dalam jumlah sangat terbatas.
Rencananya akan dirilis dalam bentuk CD eksklusif, hanya 50 keping yang akan diproduksi dan didistribusikan secara personal melalui kanal resmi Mahasura. (mdy/MK01)