ARCHSONIC: Kali Ini Lebih Politikal dan Konfrontatif

Lewat rilisan tunggal terbaru, “Nepotisme”, Archsonic menegaskan posisinya sebagai band independen yang produktif yang bersuara menuntut keadilan.
archsonic
ARCHSONIC

Archsonic kembali meluncurkan karya baru, dimana unit keras asal Jakarta ini mempertajam formula musiknya, yang mengeksplorasi keseruan metal masa kini.

Di lagu “Nepotisme”, band bentukan Februari 2024 lalu ini menghadirkannya sebagai luapan kemarahan terhadap korupsi, ketidakadilan hukum, serta praktik-praktik kotor yang mengekang rakyat kecil namun mengistimewakan penguasa.

Lirik-lirik tajam seperti ‘haram yang dihalalkan’ dan ‘tajam ke bawah, tumpul ke atas’ menangkap esensi ketidakadilan struktural yang banyak disuarakan masyarakat hari-hari ini.

“Lagu ini bukan sekadar musik, tapi bentuk perlawanan. Kami muak dengan sistem yang rusak, hukum yang bisa dipermainkan, dan rakyat kecil yang selalu jadi korban,” ungkap pihak band meyakinkan.

“Nepotisme” sendiri sebenarnya sudah ditulis sekitar lima bulan lalu, jauh sebelum gelombang demonstrasi rakyat beberapa pekan terakhir yang menyoroti isu kenaikan tunjangan DPR, pelanggaran HAM oleh aparat, hingga tuntutan besar “17+8 Rakyat”.

Meski lahir lebih awal, “Nepotisme” kini terasa semakin relevan sebagai cerminan keresahan sosial yang sudah lama mengakar.

Materi lagu ditulis oleh gitaris Wiki Widianto, dengan penyuntingan lirik dipercayakan kepada vokalis Piero Awuy, serta aransemen dan musik oleh dramer Noviar Fikal Laude (Koko Kal Kal).

Band yang juga diperkuat bassis dan screamer Ahmad Bazuki (Abas) ini mengungkapkan kepada MUSIKERAS, proses kreatif peracikan “Nepotieme” terbilang cukup intens.

Proses rekamannya dilakukan di studio milik Koko, yaitu Tama Suara Akustik di daerah Depok, Sawangan pada April 2025 lalu. Secara keseluruhan, mulai dari penulisan hingga rekaman final, memakan waktu kurang lebih satu bulan.

“Karena kami ingin memastikan setiap detail — dari riff gitar, dinamika vokal, sampai sound elektronik — terasa padat dan emosional,” cetus Archsonic.

archsonic

Metal Sinematik

Dari segi musikal, Archsonic menegaskan bahwa “Nepotisme” merupakan representasi paling jelas dari identitas metal modern mereka sejauh ini.

Mereka menggabungkan scream dan clean vocal dengan aransemen yang lebih agresif, riff gitar yang lebih tajam, serta lapisan sound desain elektronik sinematik untuk menambah nuansa gelap.

Lebih jauh, mereka menyebut referensinya antara lain datang dari beberapa band metal modern dan metalcore internasional seperti Architects, Bad Omens hingga Annisokay.

“Kami juga terinspirasi dari nuansa post-hardcore dan cinematic metal untuk menciptakan atmosfer yang intens sekaligus dramatis. Dibanding karya (kami) sebelumnya seperti ‘Elegi’ atau Eksil, lagu ini lebih politikal dan konfrontatif, baik dari sisi lirik maupun energi musiknya.”

Sebelum “Nepotisme”, Archsonic telah dikenal lewat lagu rilisan tunggal “Elegi” yang berhasil menembus jumlah streams sebanyak lebih dari 22.000 di Spotify dan 35.000 angka views serta streams di kanal YouTube.

Kehadiran “Nepotisme”, sekaligus membuka jalan menuju perampungan album perdana yang rencananya akan digelar pada Desember 2025. Sejauh ini sudah dalam tahap penyusunan daftar lagunya, dengan beberapa materi baru yang masih dalam proses rekaman.

“Bisa dibilang progresnya sudah sekitar 80%. Selain itu, kami juga berencana untuk memperluas jangkauan dengan tampil di lebih banyak gigs, baik di Jakarta maupun luar kota.”

“Nepotisme” kini sudah bisa digaungkan di berbagai platform digital, termasuk Spotify, YouTube (video lirik) dan YouTube Music. (mdy/MK01)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts
exentrix
Read More

EXENTRIX: Ajak Kembalikan Rock yang Teknikal

Walau kini hanya diperkuat dua personel, namun Exentrix masih menyimpan energi rock yang meledak-ledak, seperti yang tersalurkan di karya terbarunya.