Invasi Magis THE SMASHING PUMPKINS di Jakarta

Selama dua jam 26 menit, The Smashing Pumpkins menggelorakan para pemujanya di Jakarta, lewat suguhan konser bertajuk “Rock Invasion 2025”.
the smashing pumpkins
THE SMASHING PUMPKINS di JIEXPO Kemayoran, Jakarta, Jumat malam (3/10). (Foto Dok. CK Star Entertainment)

Sejak The Smashing Pumpkins resmi mengumumkan tur dunianya yang bertajuk Rock Invasion 2025, para penggemar band rock alternatif legendaris ini di seluruh dunia tentu senang dan ‘harap-harap cemas’ agar negara domisilinya masuk dalam peta tur tersebut.

Termasuk pemujanya di Indonesia yang telah menunggu selama 15 tahun sejak konser pertama The Smashing Pumpkins di Java Rockin’ Land Festival, Jakarta pada 8 Oktober 2010 silam.

Gayung bersambut. Promotor CK Star Entertainment telah terbukti berhasil mengabulkan harapan tersebut. Konser Billy Corgan dan bandnya yang berlangsung pada Jumat, 3 Oktober 2025 lalu di JIEXPO Kemayoran, Jakarta lantas menjadi malam yang tak terlupakan bagi ribuan saksi mata yang menonton.

Antusiasme fans terhadap konser band asal Chicago, AS yang terbentuk sejak 1988 kali ini juga nampak lebih besar karena dua faktor. Yang pertama, menampilkan formasi klasik band yang terdiri atas tiga punggawa orisinal, yakni vokalis dan gitaris Billy Corgan, gitaris James Iha serta dramer Jimmy Chamberlin.

Yang kedua, meskipun minus bassis orisinal D’arcy Wretzky, dua musisi tambahan, Jack Bates (bass) dan Kiki Wong (gitar) merupakan nilai plus dalam performa panggung band. Terutama sosok Kiki Wong, gitaris cewek nan cadas yang memesona terus mendapat sorotan dan pujian publik.

the smashing pumpkins

Beberapa jam sebelum konser dimulai, pemandangan di sekitar venue Hall A2 (area konser indoor) terasa sekali vibrasi retro rock alternatif ’90-an. Mayoritas dipenuhi oleh generasi angkatan era tersebut.

Laki-laki dan perempuan dewasa yang ingin bernostalgia bersama lagu-lagu tenar The Smashing Pumpkins yang menemani mereka tumbuh-kembang di masa mudanya. Tidak sedikit yang mengenakan t-shirt klasik berdesain sampul album lawas The Smashing Pumpkins seperti “Siamese Dream”, “Adore”, “Machina/The Machines of God” hingga yang paling banyak, “Mellon Collie and the Infinite Sadness”.

Namun terlihat juga banyak fans generasi Z dan Alpha yang hadir didampingi orang tuanya. Membuktikan bahwa musik The Smashing Pumpkins mampu mencetak regenerasi penggemar.

Suasana siang hingga malam hari itu pun sangat seru, apalagi dimeriahkan pula aneka games di area konser dari booth Supermusic, serta videotron yang menampilkan deretan poster konser rock/metal international di Indonesia masa lampau yang bernuansa historis.

Invasi Rock

Konser dimulai tepat pukul 20:00 WIB. Suara riuh gembira penonton membahana sejak panggung berubah dari gelap menjadi terang menampilkan sosok anggota The Smashing Pumpkins secara nyata. Di depan mata.

Tanpa basa-basi, mereka membuka konser dengan “Glass’Theme”, lagu sarat distorsi keras bergaya punk rock yang irama mengentaknya memiliki vibrasi “Psycho Therapy” dari Ramones.

Lalu langsung disambung “Heavy Metal”, lagu yang tidak kalah distortif namun lebih groovy. Dua lagu ‘appetizer’ tersebut cukup memanaskan mesin adrenalin penonton, karena mereka seperti sengaja disiapkan terlebih dahulu untuk ‘benar-benar siap’ menyambut lagu berikutnya.

Benar saja, keluarlah bait pembuka yang mengerikan dari mulut Billy Corgan, ‘The world is a vampire…’ dan musik pun berdentum. Yeah! “Bullet With Butterfly Wings” langsung membuat penonton ‘klojotan’ dan ber-sing along di sepanjang lagu.

Bahkan di bagian pertengahan lagu, band sengaja berhenti dan Billy sengaja tidak bernyanyi dan membiarkan penonton yang menyanyikan bait refrain; ‘Despite all my rage but I’m still just a rat in a cage. Someone will say, what is lost can never be saved….’.

Dan kerennya, setelah penonton menyanyikan bait terakhir, ‘Despite all my rage but I’m still just a rat in a…’ Billy langsung kompak menyambungnya dengan teriakan “cage…!!!” bersama dentuman keras musiknya. Dan semua penonton kembali melompat-lompat sambil terus membahanakan liriknya.

Usai salah satu lagu hit dari mahakarya album ganda, “Mellon Collie and the Infinite Sadness” (1995) tersebut, James Iha mulai menyapa penonton.

“Hello, selamat malam, terima kasih! We are The Smashing Pumpkins. Thank you for coming out tonight. Let’s rock!”

Setelah itu, Billy langsung memainkan intro petikan gitar “Today”, salah satu nomor populer dari album fenomenal lainnya, “Siamese Dream” (1993). Penonton kembali ber-sing along di sepanjang lagu tersebut berkumandang.

Di bagian repertoar konser ini, penonton benar-benar dimanjakan oleh lagu-lagu terbaik The Smashing Pumpkins. Setelah Billy dan Kiki mengganti gitarnya, “1979” langsung digeber.

Diawali oleh ketukan drum elektronik dari sequencer yang kemudian disusul oleh isian dram asli dari Jimmy Chamberlin yang ritmik. Usai lagu yang riff gitarnya ikonik tersebut, penonton seperti diajak istirahat sejenak dengan menggelontorkan dua lagu dari album terakhir band, “Aghori Mhori Mei” (2024), yakni “Pentagrams” dan “Edin”.

Tentu saja, dua lagu tersebut disambut adem-ayem oleh penonton dan lebih memilih menyimak saja karena tentu saja mereka belum begitu familiar.

Untuk kembali mencairkan suasana, Billy meraih mikrofon dan memandu rekan-rekannya untuk menyanyikan “Take My Breath Away”, lagu lawas populer milik band pop asal AS, Berlin. Kali ini Billy bernyanyi tanpa memainkan gitarnya.

Akhirnya, Billy Corgan menyapa penonton juga; “Hi good evening everyone, thank you so much!” dan menyapa James Iha, “James, how are you feeling tonight?”. “I feel great,” jawab gitaris berdarah Jepang tersebut.

“James, would you like to play a song from ‘Siamese Dream’?” tanya Billy lagi. Namun James meresponnya dengan sikap ragu, “Hmm…I don’t know”.

Kemudian Billy mengajak penonton menyemangatinya dan memandu seruan; “James! James! James!” dan diikuti penonton berkali-kali hingga akhirnya James berkata, “Okay, I’ll do it!”

Keren juga drama Billy dan James tersebut yang sukses memantik keceriaan. Maka, mengalunlah “Mayonaise”, lagu manis bertempo pelan namun dinamis yang membuat suara penonton serak kebanyakan sing along.

Setelah itu, suasana berubah pilu saat “Disarm” dimainkan, lagu balada emosional yang mampu menggetarkan jiwa siapa pun yang mendengarnya.

Berturut-turut, penonton lantas kembali dimanjakan oleh dua lagu tenar mereka, yakni “Tonight Tonight” dan “Cherub Rock”. Billy dan bandnya kembali menurunkan tensi penonton dengan menggelontorkan beberapa nomor non hits. Dari “Sighommi” dari album anyar hingga “Bodies” dan “Porcelina of the Vast Oceans” dari album lawas.

Meskipun lagu-lagu tersebut cukup berdistorsi keras dan mengentak, penonton bergeming hingga “Jellybelly” berkumandang. Lagu banger yang berhasil memantik energi penonton untuk headbanging. Sedangkan lagu berikutnya, “999” dari album terbarunya lebih bernuansa progressive rock. Mengingatkan kita akan karakter musik Tool.

the smashing pumpkins

Kekuatan Magis

Sang frontman bernama lengkap William Patrick Corgan Jr alias Billy Corgan memang pantas disebut ‘tua-tua keladi’. Malam itu, pria berkepala plontos karismatik ini memakai kostum gaun panjang bergaya gothic. Sosoknya menyerupai cosplay Uncle Fester, karakter dalam film The Adams Family.

Sebagai penulis lagu utama band, performa pria berusia 58 tahun itu masih prima dan sama sekali tidak nampak penurunan fisik dari segi vokal dan energinya selama konser berjalan.

Begitu juga dengan James Iha (57 tahun) dan Jimmy Chamberlin (61 tahun). Kehadiran Kiki Wong (36 tahun) seperti ingin menggantikan sosok feminin yang hadir sejak awal karir band, yaitu dari bassis cewek D’arcy Wretzky yang kemudian digantikan oleh Melissa Auf der Maur.

Biasanya ada satu lagi musisi tambahan cewek, yaitu Katie Cole, kibordis dan vokal latar. Namun malam itu tidak nampak. Mungkin kali ini perannya digantikan oleh sequencer.

Kembali ke Kiki Wong, gitaris energik yang satu ini terlihat cukup menonjol dan banyak digemari fans. Meskipun belum dibaptis sebagai anggota tetap The Smashing Pumpkins, Billy cs membebaskan Kiki untuk berekspresi dan terbukti gitaris tersebut memang memiliki daya tarik yang kuat.

Sebagai band rock alternatif, musik The Smashing Pumpkins memiliki berbagai elemen sub-genre rock. Dari punk rock, blues rock, new wave, heavy metal hingga synth-pop.

Di antara banyak band di kategori rock alternatif yang berjaya di era ’90-an, The Smashing Pumpkins termasuk band dengan formula musik yang unik dan orisinal karena beberapa karakteristik yang distingtif.

Dari langgam vokalnya Billy, riff gitar ikonik dan melodi-melodi dreamy yang khas dan hibrida berbagai elemen sub-genre yang diracik sedemikian brilian. Dan konser malam itu menunjukkan bahwa The Smashing Pumpkins seperti mempertahankan konsep ‘old school’ di tengah pesatnya perkembangan teknologi.

Terlihat dari absennya penggunaan layar LED yang biasanya menampilkan visualisasi indah sebagai latar dan sayap panggung. Seperti umumnya diterapkan oleh band-band sekaliber mereka. Bahkan juga tidak ada backdrop bernama atau berlogo The Smashing Pumpkins.

Meskipun permainan lampunya cukup ciamik dengan mengikuti alur emosi tiap lagunya, suguhan demikian termasuk sederhana bagi band sebesar The Smashing Pumpkins. Tapi rasanya band ini tidak memerlukan penunjang teknis yang lebih tinggi lagi. Sebab, lagu-lagu yang digeber malam itu telah sukses menghipnotis penonton.

Dengan tata suara yang bagus, performa aksi dan semua harmoni bunyi dan nada yang keluar dari band ini mampu mengisi relung jiwa yang kosong dan menyentuh hati pemujanya yang terdalam. Itulah beberapa faktor yang menjadi fondasi kekuatan magis konser ini.

the smashing pumpkins

Terbayar Tuntas

Kami setuju dengan pernyataan, “Jakarta’s crowd is the best” dari berbagai konser rock atau metal. Wajah sumringah dari Billy dan personel lainnya menandakan kesuksesan sinergi antara band dan penonton yang sama-sama mencapai klimaks.

Menurut pengamatan MUSIKERAS, sesi paling epik konser ini adalah pada empat lagu tenar terakhir yang dimainkan dan sukses ‘mengharu biru’ penonton. Berturut-turut dimainkan, “Ava Adore”, “Stand Inside Your Love”, “Zero” dan “The Everlasting Gaze”.

Jika mengingat dan membandingkan konser The Smashing Pumpkins di Jakarta pada 15 tahun silam, sangat jelas bahwa konser malam itu jauh lebih baik. Situasi The Smashing Pumpkins memang berbeda pada 2010 dimana hanya menyisakan Billy Corgan seorang diri dengan beberapa personel baru.

Menurut majalah Rolling Stone Amerika, sejak hengkangnya dramer Jimmy Chamberlin pada Maret 2009 lalu, The Smashing Pumpkins menjadi lebih seperti sebuah konsep ketimbang band, sehingga Billy Corgan bebas bermain dengan siapa saja. Bahkan tidak sedikit penonton konser saat itu yang menjuluki formasi 2010 tersebut sebagai ‘Billy Corgan and friends’.

Konser pertama The Smashing Pumpkins di Indonesia tersebut membuat banyak penggemar kecewa lantaran nir-komunikasi dan sikap dingin Billy Corgan dan setlist yang kurang memuaskan serta permintaan encore yang tidak digubris.

Kembalinya James Iha dan Jimmy Chamberlin memang menyuntikkan darah segar ke Billy Corgan. Chemistry antara mereka berdua bisa dilihat melalui kolaborasi seru selama konser. Terutama ketika Billy bercanda dengan James sebelum menggeber lagu pamungkas malam itu, “The Everlasting Gaze”.

Di depan James, Billy memamerkan kepiawaiannya memainkan solo gitar bergaya blues. Kemudian memancingnya dengan riff gitar “Are You Gonna Go My Way” milik Lenny Kravits dan “Nativity in Black” dari Black Sabbath.

Aura dingin James ternyata justru memiliki selera humor yang baik dengan merespon aksi Billy dengan jenaka, sebelum akhirnya menggeber riff pembuka “The Everlasting Gaze” yang ikonik.

Usai lagu tersebut, semua awak band pamit ke penonton dan menghilang ke balik panggung. Kecuali Billy Corgan yang masih menunjukan gestur rasa terima kasihnya kepada penonton yang terus berteriak “We want more! We want more!”.

Meskipun tidak bisa mengabulkan permintaan encore, para penonton tidak kecewa karena sudah cukup puas oleh berondongan 21 lagu yang didominasi komposisi terbaik band tersebut. (Bimo D. Samyayogi/MK03)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts