Selain disibukan dengan jadwal manggung yang padat, band rock kawakan Tanah Air, Jamrud kini bersiap untuk merilis ulang album terakhir mereka, “80’s”, yang diluncurkan pertama kali pada Maret 2017 lalu. Bobot musik yang terkandung dalam album ini berpijak di atas pondasi musik rock era ‘90an yang mengingatkan kita pada album debut mereka, “Nekad” (1995).

Alasan Jamrud merilis ulang album “80’s”, diakui vokalis Krisyanto lantaran sejak Maret 2017 Jamrud melepaskan diri dari manajemen yang menaungi mereka selama 21 tahun, Log Zhelebour dimana kini mereka memiliki manajemen sendiri.

“Bekerja sama selama 21 tahun dan sekarang kami memutuskan berpisah. Tidak ada perubahan signifikan jika dibandingkan dengan versi pertamanya. Tapi, kami akan menambahkan beberapa lagu baru dan akan merilisnya secara independen,” beber Krisyanto kepada MUSIKERAS.

Namun, hingga kini Jamrud belum memulai proses rekaman lagu baru yang akan mereka ceploskan ke dalam album re-packaged tersebut. Jadwal off air yang sangat padat diakui Krisyanto sebagai salah satu  alasan mereka untuk menunda proses penggarapannya. “Dalam sebulan kami bisa dapat show 6-8 kali,” urainya menegaskan.

Rilisan versi pertama album ini sendiri sebenarnya sudah terjual melalui jalur komunitas para pecinta Jamrud dan gerai-gerai digital seperti iTunes. Tapi karena penyebarannya belum terlalu masif dan langsung dihentikan begitu Jamrud melepaskan diri dari Log, tidak ada alasan lain bagi mereka untuk tidak memasukkan beberapa materi baru di dalamnya.

“Mungkin akan ditambahkan 2-3 lagu, biar jadi beda dibanding rilisan sebelumnya. Rencananya sih bakal rilis awal tahun depan. Tapi, masih harus kami pikirkan secara matang,” ungkap Krisyanto mewakili personel Jamrud lainnya; Azis Mangasi Siagian (gitar), Ricky Teddy (bass), Danny Rachman (dram) dan Mochamad Irwan (gitar).

Saat terbentuk pertama kali di Cimahi, Jawa Barat pada 1984 silam, kehadiran Jamrock (nama awal Jamrud) digerakkan oleh formasi Azis, Ricky Teddy, Agus (dram) dan Oppi (vokal). Lalu sempat pula bergabung, Budhy Haryono (sebelum melanjutkan karir di band pop rock GIGI). Tak lama setelahnya, terjadi perubahan formasi, dimana Azis dan Ricky Teddy diperkuat oleh Krisyanto (vokal), Fitrah Alamsyah (gitar) dan Sandhy Handoko (dram). Nama Jamrock berubah menjadi Jamrud atas inisiatif Log Zhelebour, produser dan promotor rock yang akhirnya meminang mereka di bawah naungan label rekaman Logiss Records pada 1995. Setahun kemudian, Jamrud merilis “Nekad”, album yang terhitung sukses dari segi komersil. 

Penjualan album-album Jamrud terbilang fenomenal untuk ukuran band rock era itu. “Nekad” terjual sebanyak lebih dari 150.000 keping kaset dan CD, lalu “Putri” (1997) terjual sebanyak lebih dari 300.000 kaset/CD, “Terima Kasih” (1999) sebanyak 800.000 kaset dan CD dan “Ningrat” (2000) ludes hingga 2.000.000 kaset dan CD sehingga meraih penghargaan di lima kategori AMI Award 2001. Puncaknya, bersama Log Zhelebour, Jamrud menggelar tur tunggal di 120 kota di Indonesia, lalu menyeberang ke Jepang dan Korea serta melakukan rekaman di Australia, yang melahirkan album “Sydney 090102” (2002) yang terjual sebanyak lebih dari 1.000.000 keping kaset dan CD.

Pada 2007, Krisyanto mengundurkan diri dari formasi Jamrud. Posisinya lantas sempat digantikan oleh vokalis muda Donal dan Iwan Vox. Sementara di lini instrumen lain, Jamrud era ini diperkuat pula dua personel baru, yakni gitaris Irwan serta dramer Danny yang bertahan sampai sekarang. Formasi ini sempat melahirkan album “New Performance” (2009) dan “Best Of The Best” (2010). Pada Oktober 2011, Krisyanto kembali bergabung di Jamrud. Di tahun yang sama, Iwan mengundurkan diri, yang lantas disusul Donal setahun kemudian. (Riki Noviana)

.