‘Pertapaan’ selama lima tahun menggiring kuartet liar asal Yogyakarta ini ke petualangan baru yang seru. Setelah dua karya album penuh sebelumnya, yakni “The Prove” (2010) dan “Hibernate in Harder Pain” (2015), kini konsep musik Serigala Malam meregang bebas, ke arah yang lebih luas dan lebih serius. Seperti yang mereka lampiaskan di album terbarunya, yang bertajuk “Bloodlines”.
“Konsep musik yang ada di album ‘Bloodlines’ ini bisa saya katakan lebih liar, karena eksploitasi influences yang kami lakukan lebih luas. Jika mungkin banyak orang yang mendeskripsikan Serigala Malam sebagai band hardcore dengan sound ala NYHC di album pertama atau kedua, maka kali ini akan berbeda,” seru vokalis Herman Yoseph Dhyas Aries Utomo aka Komeng kepada MUSIKERAS, memulai klarifikasinya.
Lebih jauh, menurut Komeng lagi, “Bloodlines” seolah menjadi ‘album baru’ Serigala Malam. Dalam arti, album yang digodok sepanjang 2017 hingga 2022 tersebut menjadi titik balik dimana musik mereka mungkin akan terasa berbeda ke depannya. Dan seperti album-album sebelumnya, kali ini band bentukan 2008 silam tersebut juga tidak memperdulikan pendapat orang lain tentang musik mereka.
“Menurut saya, kami memproses album ini lebih ‘gelap’ dari album-album sebelumnya, entah secara instrumen atau vokalnya,” ujar bassis Peter Andreas Tapilatu turut mempertegas.
Senada dengan Komeng dan Peter, gitaris Tutut Aribowo Herlambang juga menganggap “Bloodlines” seperti ‘alterego’ dari para personel Serigala Malam, tapi diterapkan di band yang sama. “Waktu proses compose musik, myatanya kayak ada ketertarikan pada musik ‘lain’ di luar ekosistem musik kami yang lama, yang coba kami bangun di tiap track yang ada di album ‘Bloodlines’.”
“Selama kami senang dengan yang telah kami buat dan mainkan, saya rasa itu adalah pencapaian yang luar biasa buat kami. We just enjoy our kind of shit,” seru Komeng menegaskan keyakinan bandnya.
Satu yang pasti, keseruan saat penggarapan “Bloodlines” menjadi bagian dari proses yang memberi kepuasan tersendiri. Walaupun sejak awal pembuatan masing-masing trek sudah terasa tak lagi semudah album-album sebelumnya. Kebebasan dalam pemilihan referensi hingga ego dari para personel yang makin tinggi kini menjadi tantangan baru. Selain itu, ungkap Komeng, proses produksi juga sempat terbentur pandemi, serta semangat yang sempat menurun dan kehilangan arah di tengah penggodokan album.
“Yang kami lakukan untuk penggarapan album ketiga ini, hampir semuanya seru,” celetuk Peter. “Menyemangati yang lagi take juga seru, melihat mereka tertekan harus take berulang kali demi hasil yang terbaik… hahaha! Dibanding dulu, masih semangat dan masih muda. Sekarang, ya tetap dengan semangat, tapi sudah tua dan sudah memliki tanggung jawab hidup masing-masing. Jadi tentu saja waktunya sangat susah untuk bisa bertemu, butuh adjustment….”
Di sisi lain, Tutut juga menyebut proses kreatif yang mereka jalani terkadang terlihat lucu. Karena ternyata beberapa riff justru tercipta dari ‘celotehan’ atau ‘celetukan’ Komeng dan dramer Nikodemus ‘Niko’ Pratama yang notabene kurang atau tidak bisa memainkan instrumen gitar.
“Kan otomatis nggak bisa kasih contoh tuh, jadi harus ngeraba nada-nada (yang keluar) dari ‘mulut’ mereka dulu sampai ketemu bentuk riff yang mereka maksud. Edit dikit, lalu transpose ke lagunya, karena ‘nada’ mereka nggak tuning sama gitar dan bass di album ini… hahaha!”
Untuk memperluas eksplorasi musiknya, para personel Serigala Malam kali ini cukup banyak menyimak referensi dari band-band keras mancanegara. Di antaranya macam Behemoth, Hatebreed, Terror, Madball, Malevolence, Watain, Body Count, Slayer, Pantera, Trash Talk, No Warning, Sick of It All, Power Trip, No Turning Back, Misery Index, High on Fire, Mastodon, Ghost hingga Megadeth.
“Kalau disuruh deskripsikan cuma dengan satu kata, ‘Bloodlines’ itu ‘bebas’! Percayalah, ini sebuah corak baru, visi baru di musik Serigala Malam. Kami ingin di tiap album harus ada ‘sesuatu’ yang baru dan itu menjadi progres, meliputi sound, materi bahkan (hingga) proses rekaman,” ujar Tutut meyakinkan.
Dalam perilisan “Bloodlines”, Serigala Malam bekerja sama dengan label baru yang berbasis di Yogyakarta bernama Wild Youth Records, yang bakal mengedarkan album tersebut pada Juni 2022 mendatang. Namun sebelumnya, tepatnya pada 30 Mei mendatang, Serigala Malam bakal melakukan pemanasan dengan memperdengarkan lagu rilisan tunggal pertama dari album baru tersebut, yang berjudul “No Problem”. (mdy/MK01)
.